7. 💯

2.6K 194 7
                                    

Setelah perkuliahan selesai Chika keluar dari kelas berjalan santai menuju taman belakang fakultas, kampus sudah terlihat sepi, setelah kejadian yang menimpa Ara, para mahasiswa di wajibkan langsung pulang ke rumah setelah perkuliahan selesai, kegiatan organisasi kampus sampai di laksanakan di luar sesuai dengan apa yang sudah di siapkan kampus demi keamanan untuk sementara.

Gadis itu duduk di rerumputan menunggu sesekali menatap jam tangan berwarna putih, mencuatkan bibir kesal cowok yang memintanya datang ke belakang fakultas tidak kunjung datang, Chika membuka ponsel kembali membuka roomchat dengan cowok idamannya, perlahan wajah gadis itu memerah.

"Ehm"

Senyuman Chika mengembang menoleh membelalak spontan berdiri ketakutan melihat di sana seorang cowok menggunakan topeng anonim mendekat ke arahnya, "lo siapa ?", tanya gadis itu dengan suara bergetar.

"Sayang ini gue", ujar cowok itu dengan seringai di balik topeng.

Chika menggelengkan kepala menguasai diri mencoba kabur namun sialnya cowok itu lebih dulu menangkap lengan gadis itu, "lepas", berontak Chika mengigit tangan cowok itu.

"Auh anjing", umpat cowok itu kembali berlari mengikuti Chika dari belakang tersenyum senang.

Chika benar-benar ketakutan mengutuk diri yang lupa daratan hanya karena chat cowok idamannya, gadis itu masih berlari sudah sampai di koridor, namun untuk mencapai gerbang utama masih membutuhkan usaha, apa lagi kampus begitu luas dan megah, Chika masih berlari sesekali melihat ke belakang.

Happpp

"Aaaaaaaaaa tolonggggggggg",

Teriak Chika melengking dengan kemunculan cowok itu dari arah berlawanan, gadis itu paham jika cowok yang tengah memeluknya kuat sudah paham seluk beluk kampus, "lepasss", berontak Chika sekuat tenaga.

"Gue akan lepasin lo kalau kita sudah bermain cantik, gue sangat suka sama lo, senyuman lo sangat mirip dengan dia", ujar cowok itu membekap mulut Chika dengan tangan.

"Mmhhhhhh leppmmmm", teriak Chika menggelengkan kepala air mata sejak tadi keluar membasaki pipi

Cowok itu semakin menguatkan bekapan di mulut Chika sambil menarik keras gadis itu, "ssttt jangan nangis sayang, gue akan memberi kenikmatan luar biasa", ujar cowok itu dengan senyuman menakutkan di balik topeng.

Tenaga Chika berkurang setelah melakukan perlawanan, mata Chika membola melihat cowok itu menendang pintu toilet perempuan yang tidak jauh dari ruang kelas.

Bughhhh

"Auhhhhh"

Chika menjerit kesakitan, tanpa perasaan cowok itu mendorong Chika sampai membentur dinding toilet, gadis itu semakin ketakutan melihat cowok beropeng mengeluarkan pisau lipat berjongkok mengangkat dagu Chika, perlahan cowok bertopeng mengusap wajah gadis itu menggunakan pisau sampai ke leher, menjambak rambut Chika keras.

"Aushhh sakit, lepass, gue mohon hiks, apa pun yang lo minta gue akan turuti tapi gue mohon lepasin gue", isak Chika memohon membuat cowok itu berhenti sejenak menghembuskan nafas.

"Lo tidak akan bisa mengambulkan permintaan gue", ujar cowok itu terkekeh sinis.

Chika masih berusaha memohon, "apa yang lo inginkan gue akan berusaha mengabulkan", ujarnya penuh harap.

Cowok itu menarik rambut Chika semakin keras, "ssshhhtt sakit hiks, lepas gue mohon", isaknya takut-takut dengan pisau lipat yang di sodorkan pada lehernya.

"Lo tidak akan ngeri sayang, sebaiknya kita langsung bermain", ujar cowok itu.

Bugh

"Auhhh"

Tanpa rasa bersalah cowok itu membenturkan kepala Chika keras pada dinding toilet, pandangan gadis itu buram merasakan sakit yang luar biasa, darah segar keluar dari kepala, "jangan tutup mata sayang, kita belum main ke intinya", ujar cowok itu mengusap lembut pipi Chika

Bughhh

Sekali lagi kepala gadis itu di benturkan, mata Chika tertutup menghembuskan nafas terakhir, "sekarang inti permainan, yah jadi ngak seru", ujarnya lirih mengeluarkan senar pancingan dan jarum besar menjait mulut gadis itu.

***

Xander merebahkan tubuh di atas tempat tidur setelah membersihkan tubuh dan menganti pakaian termenung, memikirkan kasus ibunya, semakin di fikirkan semakin banyak spekulasi yang muncul di fikiran cowok itu, "apa maksud dari tujuh irisan di paha ibu ? Atau pelaku sengaja menyiksa ibu sebelum membunuhnya".

Cowok itu menghembuskan nafas beranjak mengambil milkita coklat di atas meja kekuar kamar mencari makanan yang bisa di makan, cowok itu mendelik kesal melihat tidak ada stok makanan lagi di rumah, Xander kembali ke kamar mengambil jaket dan kunci motor keluar untuk membeli kebutuhan.

Sampai di indomaret cowok itu membeli semua kebutuhan, setelah selesai cowok itu langsung membayar dan keluar dari indomaret alis terangkat tinggi melihat kehebohan di luar, Xander mendekat penasaran.

"Siapapun tolong hiks", tangis seorang wanita paruh baya, tidak ada yang berani mendekat mengira wanita itu sakit jiwa, Xander meletakan belanjaannya mendekat.

"Ibu kenapa ?", tanya Xander lembut menahan lengan wanita paruh baya itu.

"Nak tolong hiks, anak saya belum pulang dari kampus", ujarnya.

Deg

Jantung Xander berdetak lebih kencang perasaan cemas menyeruak di dalam hati, "kalau boleh tahu di mana anak ibu kuliah ?", tanyanya mengusap punggung ibu itu untuk menenangkan

"Westren University".

Xander membelalak kaget, sudah tidak di ragukan lagi, cowok itu merogoh kantong celana mengambil ponsel di dalam saku celana menghubungi Devan.

"Ken_"

"Dev, ke kampus sekarang juga, ada ibu yang bilang sama gue soal anaknya yang belum pulang dari kampus", teriak Xander.

Devan yang ada di seberang sana mematikan panggilan sepihak meloncat dari tempat tidur bergegas keluar, sialnya Zein masih berada di kantor, setelah berpamitan dengan pembantu di rumah Devan membawa motor dengan kecepatan rata-rata, cowok itu sampai di kampus bertepatan saat Xander datang bersama seorang wanita paruh baya yang di duga ibu dari anak yang belum pulang.

"Sial gimana carinya", umpat Devan.

Xander terdiam sejenak, "ibu hapal nomor ponsel anak ibu?", tanyanya.

Ibu itu menganggukan kepala, mengambil ponsel Xander yang di sodorkan kearahnya mengetik di sana, Devan menautkan alis, Xander membelalak kaget setelah mengotak atik ponselnya, "dia ada di dalam kampus", ujar Xander

Devan mendekati gerbang utama sialnya terkunci, "apa yang harus kita lakukan Xan, gerbang sudah terkunci lo tahu sendiri sekarang sudah jam 09.15", ujarnya kalut mengusap wajah kasar begitu panik.

Xander menghembuskan nafas menenangkan dirinya mencoba berfikir.

●●●●●

Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang