Saskia menegang menggelengkan kepala mendengar suara cowok itu yang terdengar semakin mengerikan dari sebelumnya, mata Saskia terbelalak kaget melihat cowok itu mengekuarkan jarum besar beserta senar pancingan dari dalam saku, "mau apa lo hah, lepassssss", ujar Saskia berusaha melepaskan ikatan.
Walaupun begitu perih namun gadis itu masih berusaha sebisa mungkin, "ini inti permainanya sayang, tahan ya ini cuma sakit sedikit", ujar cowok itu menjambak rambut Saskia keras.
"Ausshh sakit", lirih Saskia merasakan kulit kepala terasa terangkat.
"Gue cuma pelan kok sayang, sakitnya juga cuma sebentar", ujarnya tanpa perasaan menusuk kelopak mata Saskia.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Tanpa bisa di tahan Saskia menjerit begitu kencang merasakan sakit luar biasa di area matanya, kini gadis itu menyadari satu hal cowok itu tengah menjait matanya seperti korban-korban sebelumnya, "tahan sayang ya"
"AAAAAAA TOLONGGGG HIKS"
Darah mulai mengalir di area mata Saskia, tangan di belakang yang tadinya berusaha membuka ikatan berhenti merasakan sakit yang luar biasa di area matanya, "biadap lo, langsung bunuh gue aja", isak Saskia sudah tidak taham merasakan darah menetes di area pipi.
"Ahh ngak seru dong sayang, gini lebih seru kan", ujarnya terkekeh sinis di balik topeng.
"AAAAAAAAAAAAA"
"Aaaaaaaaaaaaaaa"
"Aaauuuhhhhh sakit".
Jeritan-jeritan Saskia semakin mengecil merasakan sakit akibat jarum dan senar pancingan matanya sudah setengah tertutup, kepala gadis itu terasa berat sedikit lagi hilang kesadaran, darah keluar semakin banyak dari mata sebelah kanan.
Melihat gadis itu sudah melemah cowok itu berhenti menjait, "yahh sudah mau mati", ujarnya menarik kembali rambut Saskia kencang masih terdengar sedikit ringisan gadis itu
Bughh
Bughh
Bughh
Cowok itu tanpa perasaan membenturkan berkali-kali kepala gadis itu pada panggung sampai darah keluar dari area kepala, "mati juga, kita lanjut jait matanya ya, tahu ngak tatapan mata lo sama persis dengan dia", ujar cowok itu melanjutkan kegiatan menjait mata gadis itu di sebelah kanan sampai tertutup.
"Selesai", ujarnya dengan seringai puas, membuka ikatan di tangan dan juga kaki gadis itu meninggalkan begitu saja mayat Saskia.
***
Xander masuk kedalam rumah mengusap wajah kasar bergegas membersihkan tubuh yang terasa lengket, setelah selesai cowok itu mengambil milkita di dalam toples yang tinggal sedikit, cowok itu mendengus kesal melihat milkita miliknya mulai habis, Xander keluar kamar menatap nanar kearah pintu kamar almarhumah ibu Arini, menguatkan diri perlahan mendekati pintu yang selama ini tidak pernah cowok itu buka
Ceklek
Nafas Xander tercekat menatap kamar ibu Arini yang terlihat masih sangat rapi, hati cowok itu terasa teriris, kenangan bersama ibu Arini muncul begitu saja seperti film layar lebar, dengan sekuat tenaga Xander menahan tangisan, berjalan mendekati meja rias milik ibunya, tanpa di duga air mata cowok itu menetes dengan kasar Xander menghapus air mata mencoba mengatur nafas membuka laci meja rias di sana.
Alis Xander terangkat tinggi melihat sebuah buku kecil di sana, tertulis di sampul, 'Arini Wulandari', penasaran cowok itu mengambil membuka menyeritkan darhi melihat tidak ada tulisan sama sekali, namun di lembar terakhir terlihat amplop yang di tempel di sana.
"Untuk anakku tersayang Xander Erlangga", baca cowok itu lirih menguatkan hati membuka amplop mengambil surat dari dalam sana.
"Hay jagoan, saat kamu membaca surat ini kamu pasti sudah tumbuh menjadi cowok tampan bukan, tentu ibu tahu hal itu, singkat saja ibu sayang sama kamu bahagia terus jagoan ibu, jangan menyalahkan diri atas semua takdir yang sudah di tentukan oleh Tuhan, maaf sayang selama ini ibu diam tidak pernah mengatakan apa-apa tentang perasaan ibu pada kamu karena ibu tahu bagaimana watak kamu"
"Beberapa minggu ini ibu merasa di ikuti, semua pergerakan ibu terasa di awasi, kado-kado misterius selalu ada di meja kerja ibu di kampus, ungkapan-ungkapan cinta dari orang misterius, ibu risih dengan hal itu, perasaan ibu menjadi tidak tenang karena hal itu, perasaan cemas terhadap kamu jadi ibu sengaja menutupi identitas kamu agar tetap tenang, tapi ibu merasa ajal ibu semakin dekat nak".
"Orang misterus itu semakin agresif setiap harinya mengirim surat ancaman jika ibu tidak meladeni, sekarang ibu mengambil keputusan ingin menemui orang itu di lab fakultas kedokteran hari ini juga sesuai isi surat yang ibu dapatkan tadi, ibu sudah tidak tahan dengan ancaman yang orang itu berikan"
"Sudah ya anakku sayang, satu hal yang kamu tahu ibu sangat menyayangi kamu, love you son".
Dada Xander sesak memeluk surat dari ibunya terisak pelan terngiang-ngiang dengan pesan suara dua tahun lalu ibu Arini kirimkan sebelum meninggal, "maafin ibu nak, ibu sayang kamu, anakku".
"Hiks, ibuuuu", tangisan Xander pecah beranjak dari kursi luruh ke bawah menekan dada yang semakin sesak, "ibu sakit", lirihnya menepuk dada berharap rasa sesak di sana berkurang.
"Hiks"
Jadi ini alasan ibunya meminta Xander menginap di kosan selama ibu Arini mengajar di Westren University, dulu Xander bingung dengan permintaan ibunya, dengan alasan jarak rumah dan sekolah terlalu jauh apa lagi jalan menuju sekolah selalu macet setiap hari, Xander tidak pernah curiga karena alasan ibunya dulu begitu logis.
Setelah tangisan Xander mereda, dengan sekuat tenaga cowok itu berdiri keluar kamar ibunya berjalan menuju kamar membawa surat dari ibunya, sampai di kamar Xander menggeser lukisan menempel surat ibu Arini, kepalan tanga cowok itu menguat mata sembab menajam melihat semua hasil penyelidikannya selama ini sendirian.
"Tunggu keadilan untuk ibu", gumamnya penuh tekad dan keyakinan
Dretttttttt
Cowok itu terlonjak kaget mencari sumber suara, Xander meraih ponselnya yang ada di tempat tidur terbelalak kaget melihat ada 24 panggilan tak terjawab dari Devan, cemas Xander hendak menghubungi cowok itu kembali namun ponselnya lebih dulu berdering, cowok itu bergegas mengangkat panggilan.
"Hal-"
"Lo di mana hah gue sudah menelphone berulang kali, ke kampus sekarang gue dapat pesan dari Nina anak fakultas kedokteran katanya sahabatnya Saskia belum pulang kerumah terakhir Nina melihat Saskia menuju ruang kesenian".
Pippppp
Xander mematikan panggilan bergegas keluar menuju kampus.
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Mystery / ThrillerXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...