Terlihat seorang gadis cantik keluar dari aula kampus masih menggunakan kameja putih dan rok hitam selutut, rambut sebahu yang sengaja di ikat seperti ekor kuda, gantungan papan nama dari karton kecil tertulis di sana 'Arabella', seharusnya gadis itu sudah sampai di rumah setengah jam lalu namun di perjalanan gadis itu menyadari ponsel ketinggalan di aula tempat berkumpulnya mahasiswa baru untuk melaksanakan orientasi terakhir sebelum resmi menjadi mahasiswa di Westren University.
Gadis itu berjalan santai di koridor hendak turun kelantai satu, aula kampus berada tepat di tengah-tengah gedung fakultas, gadis itu tersentak merinding mendengar suara langkah mendekat semakin lama terdengar semakin cepat, dengan perasaan tidak menentu gadis itu berlari menuruni tangga, tepat di lantai dua seorang cowok bertopeng anonim muncul tiba-tiba dari arah samping mengagetkan gadis itu
"Aaaaaaaaaaaaaaaa"
Jerit gadis itu kaget mundur ketakutan, cowok itu mendekat perlahan, seringai muncul di balik topeng anonim yang dia gunakan, tubuh gadis itu sudah bergetar berusaha menguasai diri hendak kabur namun dengan sigap cowok itu menangkap lengan gadis itu.
"Lepasssss, tolonggggg, lepas", teriaknya meronta-ronta.
"Arabella, bermainlah dengan gue, gue sudah memperhatikan lo dari pertama orientasi cantik", ujarnya menambah ketakutan gadis itu.
Gadis itu menghentakan tangan cowok itu kasar namun sialnya upaya yang dia lakukan membuat lengan kameja putih yang dia gunakan robek, gadis itu sempat berhasil melarikan diri namun sekejap cowok itu kembali berhasil menangkapnya.
"Tolonggg, apa mau lo hah, gue ngak kenal sama lo", teriak gadis itu meronta-ronta.
"Sstttt sayang jangan takut, gue hanya ingin bermain sama lo, Ara", ujar cowok itu lirih menahan kedua lengan gadis itu kuat, bukannya tenang Ara semakin merinding ketakutan mengigit bibir bawah menahan rasa sakit di kedua lengannya.
"Gue mohon lepas", mohon Ara dengan air mata sudah membasahi pipi.
Cowok itu tersenyum senang di balik topeng yang dia gunakan menarik Ara kasar tangan kanan melingkar di leher gadis itu, "tentu gue akan melepaskan lo setelah kita bermain", ujarnya mengeluarkan pisau lipat dari saku jaket yang dia gunakan mengarahkan kearah leher Ara membuat gadis itu membelalak kaget.
Tubuh Ara bergetar terpaksa mengikuti cowok itu turun dari tangga menuju lantai dua air mata mengalir membasahi pipi berharap ada pertolongan, gadis itu mencoba memutar otak yang tengah kalut.
Bughhh
"Ah sialan", teriak cowok itu memekik sakit tepat di tangga terakhir Ara menginjak kaki cowok itu kuat sampai tangan yang memegang pisau spontan menjauh dari leher Ara, mempunyai kesempatan untuk lari Ara sekuat tenaga menjauh tidak peduli dengan kondisinya yang sudah terlihat kacau.
Ara kembali menuruni tangga turun ke lantai satu sesekali menatap kebelakang ketakutan, konsentrasi yang terbagi membuat gadis itu terpeleset tepat di tangga ke lima.
"Ausshhhh sakit hiks", isaknya semakin kalut merasakan sakit yang luar biasa dari pergelangan kaki, dengan sekuat tenaga gadis itu berdiri kembali berlari dengan pincang sesekali meringis.
Haaapppppp
"Aaaaaaaaaaa tolongggg lepasssss", teriak Ara memekik kaget, cowok itu tiba-tiba muncul kembali dari samping memeluk gadis itu kuat, Ara mencoba meronta-ronta namun hanya satu tarikan Ara sudah berada di atas bahu cowok itu, di angkat layaknya karung berisi, Ara mencoba memukul belakang cowok itu sekuat tenaga tetap memberontal di atas gendongan.
Bugh
Bugh
Bugh
"Ngak sakit sayang, gue malah makin suka", ucap cowok itu membuat Ara semakin frustasi di buatnya, gadis itu bahkan tidak tahu kemana cowok bertopeng itu membawanya.
Brakkk
Bugh
"Auhhhhhhh".
Jerit Ara kembali memekik kesakitan setelah cowok itu membanting tubuhnya kelantai, tulang gadis itu terasa patah dengan penuh ketakutan gadis itu mengesot menghindari cowok yang kini berjalan mendekat ke arahnya, perlahan cowok itu berjongkok memgusap lembut pipi Ara menggunakan pisau lipat membuat gadis itu menahan nafas.
Air mata masih bergenang membasahi wajahnya, "sayang, lo sangat mirip dengan dia membuat gue semakin tergila-gila", ujarnya terkekeh di balik topeng.
Ara menutup mata tangan terkepal kuat pasrah merasakan dingin pada wajah terkena besi dari pisau lipat yang masih mengusap bagian pipi.
Srekkkkk
Gadis itu spontan membelalakan mata menutup bagian bawahnya setelah cowok itu merobek kasar rok hitam selutunya menampilkan celana pendek berwarna hitam di dalamnya, "lo mau apa brengsek, lepasin gue", jerir gadis itu mundur menarik badannya yang kini terasa mati rasa.
"Bukannya gue sudah bilang mari bermain Arabella, gue akan memberi lo kenikmatan yang tiada tara", ujar cowok itu semakin mendekat.
Ara hanya bisa menangis pasrah setelah cowok itu melampiaskan nafsu birahinya, Ara merasa jijik dengan apa yang menimpannya memberontak pun tidak ada artinya lagi, setelah cowok itu selesai, cowok itu kembali menunduk membuka lebar paha Ara paksa melihat gadis itu berusaha menutupi kemaluannya, mata Ara membola sempurnah melihat cowok itu mengeluarkan jarum besar dari kantong jaket beserta senar pancing.
"Aaahhhhhssss sakit hikss auuuuhhh"
"Aaaaaaaaaaaaaaa"
Teriakan gadis itu melengking di dalam ruangan merasakan sakit di area bawah cowok itu tanpa perasaan menjait kemaluan gadis itu sampai bibir kemaluan tertutup rapat, mata gadis itu kini buram hendak menutup mata, cowok itu belum puas, dengan kasar menarik rambut Ara yang sudah kehilangan kesadaran membenturkan ke dinding beberapa kali sampai keluar darah begitu banyak dari kepala gadis itu.
"Yaaaa kok mati", ujar cowok itu sedih sebelum terkekeh sinis
Gadis itu benar-benar sudah tidak bernyawa, masih dengan seringai senang di balik topeng cowok itu mengangkat kembali tubuh gadis itu keluar dari ruangan menuju koridor menjatuhkan tubuh Ara di koridor menuju fakultas kedokteran, setelah semuanya selesai cowok itu keluar santai menuju area belakang kampus keluar dari gerbang yang mempunyai celah ukuran manusia menyamping.
Sampai di luar cowok itu masuk kedalam mobil membuka topeng anonim di wajahnya memperlihatkan wajah tampan rupawan miliknya sebelum menjalankan mobil cowok itu mengeluarkan remot kecil memencet tombol hijau sampai berbunyi menandakan cctv kampus kembali beroperasi.
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Misterio / SuspensoXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...