Suasana kantin padat seperti sebelum-sebelumnya diantara banyak orang di sana terlihat Xander, Devan, Zea dan Vanes duduk bersama, kali ini tidak ada satu pun anggota senat yang muncul di kantin, terdengar banyak yang bergosip tentang kejadian di kampus dan juga kejadian tadi pagi soal Leon dan Reno, "kak Leon sama kak Reno jadi tranding topik hari ini", ujar Zea tidak habis fikir menggelengkan kepala.
"Lo sudah dengar sendiri kan dari anak kelas yang sering nongkrong di klub jurnalis, wajar kalau kak Reno berfikir kak Leon adalah pelaku, di cctv kampus saja terlihat kak Leon keluar kampus paling akhir, setelah beberapa menit keluar kampus tiba-tiba cctv kampus tidak beroperasi, bisa jadi kan apa yang kak Reno katakan benar adanya", jelas Vanes menyeruput minuman di hadapannya.
Xander dan Devan tentu menaikan alis bingung mendengar obrolan kedua gadis itu, "kalian dapat info dari mana ?", tanya Xander penasaran
"Dari Doni kak dia suka nongkrong di ruang jurnalistik, tadi dia sudah heboh di kelas membahas hasil rekaman cctv katanya kak Aldi dan kak Reno langsung yang bilang di ruang klub jurnalistik", jelas Zea.
Keduanya menipiskan bibir mendengar penjelasan dari gadis itu, sama persis dengan kejadian yang menimpa korban-korban sebelumnya, "woy boleh gabung ?", tanya Aldi yang sudah berdiri di samping meja membuat mereka terlonjak kaget.
"Eh boleh kak", ujar Xander dan Devan kompak.
Aldi duduk di sana membawa minuman di tangannya menatap ke arah Devan membuat yang lain menyerit heran, "gue butuh bantuan lo", ujar cowok itu langsung pada Devan.
"Maaf kak butuh bantuan apa ya ?", tanya Devan penasaran dan juga bingung menatap wajah Aldi yang terlihat begitu serius.
Aldi menghembuskan nafas melirik ke arah Xander, Zea dan Vanes merasa tidak, "bilang saja kak mereka bisa di percaya", celetuk Devan paham apa maksud tatapan Aldi pada mereka.
Cowok itu akhirnya menganggukan kepala tersenyum tipis, "lo gabung dengan polisi kan, jadi gue minta tolong cari informasi tentang anak ibu Arini apa benar sudah meninggal seperti yang pengurus senat katakan", mohon Aldi membuat wajak keempatnya menegang.
"Kenapa kak Aldi penasaran dengan anak ibu Arini ?", tanya Zea angkat bicara mencoba tetap terlihat santai.
Aldi tersenyum tipis menggaruk tengkuk yang tidak gatal, "sebenarnya gue mau ucapin terimah kasih pada dia, soalnya gue belum sempat ngucapin sama ibu Arini waktu itu sampai beliau di kabarkan meninggal dunia dan juga___", ujarnya mengantung ucapan melirik ke sana kemari memastikan sebelum kembali menatap mereka bergantian.
"Gue dapat pesan misterius yang mengatakan anak ibu Arini ada di kampus kita menuntut pertanggung jawaban yang lebih mengagetkan lagi nomor itu menyuruh gue membunuh anak ibu Arini sebelum dia membuat kekacauan", lanjutnya berbisik.
Xander, Devan bahkan Zea dan Vanes membelalakan mata kaget merinding, "apa kak Aldi bisa membuktikan omongan kak Aldi ?", tanya Xander begitu santai merogoh kantong celana mengambil milkita di dalam untuk di makan.
Awalnya Aldi menyeritkan kening melihat kebiasaan cowok itu berapa kali Aldi melihat Xander selalu membawa milkita setelah beberapa detik cowok itu akhirnya menganggukan kepala mengeluarkan ponsel memperlihatkan chat dari nomor tidak di kenal di sana, "apa kak Aldi sudah coba menghubungi nomor ini?", tanya Vanes semakin merinding setelah membaca langsung isi pesan.
Aldi menganggukan kepala, "gue sudah berapa kali mencoba menghubungi hanya saja nomor tidak terdaftar, sempat masuk satu kali tapi tidak ada yang angkat setelah percobaan kedua nomor sudah tidak terdaftar lagi", ujarnya menegakan tubuh menyeruput minuman di meja.
Devan mengambil ponsel seniornya menautkan alis bingung merasa sangat familiar dengan nomor di sana namun sekuat tenaga cowok mengingat tetap tidak bisa, dengan cepat Devan merogoh ponsel menyalin nomor di sana, mata cowok itu terbelalak sempurnah setelah menatap nama yang muncul setelah mengetik nomor itu, Devan menggelengkan kepala mencoba menguasai diri, Xander menautkan alis bingung mengintip ikut kaget melihat tertulis di sana.
"Ayah ♥️"
"Lo kenapa ?", tanya Aldi.
Devan menggelengkan kepala, "gue ngak apa-apa kak nanti gue akan coba selidiki, tanya sama yang lain di kantor polisi", lirihnya.
Aldi tersenyum menganggukan kepala, "kalau begitu gue duluan bentar lagi dosen gue masuk", ujarnya pamit bergegas pergi meninggalkan mereka.
"Xan"
Devan memanggil nama cowok yang duduk di seberang dengan suara bergetar benar-benar kalut, "sekarang gue harus apa?", lirihnya benar-benar tidak berdaya.
Xander terdiam sejenak menatap ponsel Devan dengan saksama, "ini benar nomor bokap lo Dev ?, masih aktif?", tanya cowok itu tetap tenang mencoba menyelidiki terlebih dahulu sebelum menuduh sembarangan, "lo liat sendiri Xan", ujarnya tidak bisa lagi berfikir rasional sekarang.
Xander menipiskan bibir mengambil alih ponsel Devan menulis di pencarian nama ayah, alis cowok itu terangkat tinggi melihat ada dua nomor atas nama ayah bedanya emotikon love berwarnah merah dan putih, "ada dua nomor di sini dengan nama ayah Dev, yang satu emotikon lovenya berwarnah merah yang satu berwarnah putih", ujar Xander membuat Devan tertegun menyadari sesuatu.
"Xan, ini nomor lama ayah, gue ngak pernah bertanya setelah ayah menganti nomor whattsapnya, bisa jadi kan ayah sengaja menganti nomor whattsap untuk menyembunyikan nomor yang satunya", ujarnya, fikiran pada Zein benar-benar negatif sekarang, Devan berusaha memikirkan kemungkinan yang membuat dia kecewa sekarang sebelum mengetahui kebenaran yang mungkin membuat cowok itu lebih kecewa.
"Dev, ngak boleh begitu, walau bagaimana pun pak Zein tetap ayah lo, kalaupun benar nomor beliau yang mengirim pesan pada kak Aldi lo harusnya tidak langsung menuduh yang tidak-tidak sebelum tahu apa benar pak Zein melakukan itu", ujar Zea memperingati setelah paham obrolan kedua cowok itu.
Devan tersenyum miris, "lo ngak paham Ze, ibu Arini sangat berharga untuk gue, jika benar ayah melakukan itu apa yang harus gue lakuin, keduanya sama-sama berharga dalam hidup gue", ujarnya dengan suara bergetar.
Xander terdiam memikirkan semua dengan otak jeniusnya, banyak hal yang sudah tersusun rapi di dalam sana menyangkut semua kasus di kampus.
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Mystery / ThrillerXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...