Xander keluar kamar, hatinya terasa teriris melihat nanar rumah peninggalan ibu yang begitu sepi, melihat foto-foto di berkas kasus kematian ibu Arini di kantor polisi membuat rasa rindu cowok itu membuncah begitu saja, kepalan tangan cowok itu menguat menahan air mata agar tidak kembali menetes, Xander menghembuskan nafas beberapa kali mengurangi rasa sesak di dada, bergegas masuk kembali ke dalam kamar mengambil jaket dan juga milkita.
Setelah mengunci pintu cowok itu mendekat ke arah motor membawa dengan kecepatan di atas rata-rata tidak peduli dengan umpatan-umpatan pengendara lain, satu tujuan menenangkan perasaannya, cowok itu berhenti tepat didepan cafe, di sana terlihat ada kolam ikan yang di hias begitu indah beberapa meja di susun rapi tepat di samping cafe, Xander berjalan mendekat duduk di salah satu meja yang kosong.
"Permisi, mau pesan apa kak ?", tanya seorang membawa buku menu membuat Xander spontan menoleh membelalak merasa familiar dengan suara itu.
"Zeanne"
"Xander"
Ujar keduanya kompak, Zea terkekeh duduk di depan cowok itu begitu girang, "makasih Xander, lo datang ke cafe gue yang baru di buka seminggu ini", ujarnya.
Xander menautkan alis mencerna ucapan gadis di depannya, "ini cafe milik lo ?", tanyanya memperjelas.
Zea mengangguk tersenyum, "yes betul sekali, ini cita-cita dari SMP tahu bisa buka cafe sendiri dengan desain sesejuk ini", ujarnya membuat Xander ikut tersenyum melihat binar di mata gadis itu.
"Yaudah gue pesan kopi susu, hm ada pisang goreng biasa ngak ?", tanya Xander.
Zea menganggukan kepala, "ada, lo mau ?", tanya gadis itu.
Xander menganggukan kepala menanggapi, Zea menulis pesanan cowok itu bergegas masuk kedalam membuat sendiri pesanan dari Xander setelah selesai gadis itu keluar membawa pedanan membiarkan karyawannya mengambil alih pekerjaan di dalam, "silahkan tuan", ujar Zea meletakan kopi susu dan juga pisang goreng duduk di kursi, cowok itu sampai terkekeh merasa sifat gadis itu tidak pernah berubah sama sekali.
"Lo kerja dengan Vanes ?, gue liat lo berdua selalu lengket dari SMP", tanya Xander mengambil pisang goreng memasukan kedalam mulut
Zea tersenyum santai, "kita memang tidak pernah pisah dari SMP sampai sekarang apa lagi setelah orang tua gue meninggal hanya Vanes yang gue punya sekarang, bahkan kita tinggal bersama di rumah peninggalan orang tua gue, tapi tentu kita beda dalam urusan membuat usaha, dia lebih fokus mengembangkan butik yang sudah dia kembangkan dari zaman SMA, lo tahu sendirikan Vanes juga anak yatim piatu dari kecil", ujarnya.
Xander menaikan alis tinggi mendengar cerita gadis itu, "maaf Ze, orang tua lo meninggal kapan ?", tanyanya hati-hati gadis di depannya kembali tersenyum seperti sebelumnya tidak ada luka terlihat di mata hanya binar indah yang terpancar dari sana.
"Waktu masuk SMA, mama meninggal karena sakit perut seminggu setelah mama pergi ayah ikut karena lemah jantung", ujarnya santai.
"Maaf ya gue ngak tahu", ujar Xander merasa bersalah.
Zea menggelengkan kepala, "lo ngak perlu merasa bersalah begitu, kita memang sudah beda SMA jadi lo ngak tahu", ujarnya.
"ZEANNE"
Teriakan dari depan cafe membuat keduanya terlonjak kaget menoleh melihat Vanes di sana berkacak pinggang mendekat dengan pelototan mata, "lo ya, gue sampai khawatir di rumah nungguin lo, katanya hanya mau ke cafe mantau sebentar sampai butuh waktu berjam-jam, itu ponsel juga gunanya apa buang aja, gue sudah chat, telephon ngak lo angkat an_ eh", Vanes menutup mulut omelannya berhenti begitu saja menyadari kehadiran Xander yang terlihat menahan tawa.
Zea terkekeh menarik Vanes agar duduk di kursi, "ketawa aja Xan wajah lo keliatan nahan pup", ujarnya asal masih kesal dengan Zea.
"Sudah, berhenti marahnya, gue traktir deh", ujar Zea membuat Vanes kembali berbinar langsung menganggukan kepala
Zea berdecak bergegas masuk kedalam cafe mengambilkan minuman dan makanan kesukaan sahabatnya itu, "kok lo di sini Xan ?, Devan mana ?", tanyanya dengan alis terangkat tinggi.
Xander awalnya menautkan alis sedetik setelah itu seringai di wajahnya muncul mengejek, "ck ketauan bangat sukanya", ujarnya membuat Vanes membelalak menabok punggung cowok itu gemas dengan wajah yang sudah memerah.
"Kenapa wajah lo merah Nes ?", tanya Zea yang sudah ada di sana meletakan makanan dan minuman kesukaan Vanes.
Wajah Vanes semakin memerah mendengar pertanyaan sahabatnya itu, "dia nanyain Devan", ujar Xander santai.
Zea terkekeh mendengar itu, "ck dari zaman SMP lo cuma naksir sama satu cowok Nes, cuma Devan", ujarnya memperjelas.
Vanes mencibir menyuapkan makanan kedalam mulut, Xander sampai membelalak mendengar ucapan dari gadis itu, "jadi Vanes suka sama Devan dari SMP, gila", ujarnya tidak percaya.
Zea menganggukan kepala sebagai jawaban, "lo tahu banyak yang mencoba mendekati Vanes dari SMA namun hatinya hanya kecantol sama satu orang, teman lo itu", ujarnya santai, Vanes melotot garang kembali menyuapkan makanan kedalam mulut.
Xander menggelengkan kepala menyeruput kopi susu dimeja, "dari pada lo sampai sekarang belum tahu suka-sukaan, kayaknya lo ngak normal", cibir Vanes pada Zea setelah menelan makanan di mulut.
Cowok itu hampir tersedak melirik ke arah Zea yang terlihat memutar bola mata malas mencuatkan bibir kesal, "serah lo, yang penting pas suka nanti langsung nikah, lo suka dari SMP belum tentu sampai nikah", balas Zea tidak sungkan sama sekali.
Vanes kesal setengah mati mendengar ucapan sahabatnya itu sedangkan Xander begitu menikmati perdebatan antara kedua gadis itu perasaan sesak di dada hilang begitu saja, cowok itu tersenyum tipis.
"Kalian ngak berubah sama sekali, emang kalian berdua belum pernah dekat sama cowok selama ini ? Dekat dalam artian punya hubungan", tanya Xander.
Kedua gadis itu menoleh kearahnya menggeleng kompak, Xander sampai terkekeh, "banyak sih yang mendekat tapi ngak ada yang nyantol, apa lagi cowok yang ngejar-ngejar Zea di SMA dulu, kalau bukan gue yang bantuin menghindar ngak tahu lagi gimana sekarang", ujar Vanes.
Zea meringis melirik ke arah Xander yang juga menatap kearahnya takut-takut cowok itu beranggapan yang tidak-tidak tentang dia, mata hitam pekat Xander beradu pandang dengan mata coklat terang milik gadis itu.
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Mystery / ThrillerXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...