34. 💯

2.7K 178 5
                                    

Cowok itu tersenyum sinis penuh kemenangan melirik ke bawah, kembali menatap Xander yang perlahan mendekat pelan, "lo mendekat gadis ini terjun ke bawah Xander, kalau saja lo cepat muncul di permukaan tidak akan banyak korban yang berjatuhan, ini semua karena lo, karena kehadiran lo ibu Arini tidak pernah menerima gue".

"Lo gila Arion, LO GILA BRENGSEK", teriak Aldi tiba-tiba muncul bersama Devan.

Rion terkekeh sinis, "kenapa ? Kaget?", tanyanya semakin mendekat ke pinggir membuat ketiga cowok itu membelalak.

"Jangan macam-macam Rion", ujar Xander tanpa menyebukan embel kak lagi tatapan tajam penuh amarah menatap Zea yang terlihat begitu kacau menangis pasrah.

Rion terkekeh sumbang menatap tatapan Xander, "ternyata gadis ini begitu berharga untuk lo Xander tatapan lo sama persis dengan tatapan gue pada ibu Arini, karena lo ibu Arini sampai tidak mau menerima orang lain di hidupnya, gue jatuh cinta sama ibu Arini bahkan sebelum beliau menginjakan kaki di kampus ini", ujarnya penuh amarah.

"Lo tahu kenapa Ibu Arini bisa pindah ke kampus ini, karena gue yang minta langsung sama ayah untuk memindahkan beliau, gue ketemu sebulan sebelum ibu Arini pindah mengajar, gue jatuh cinta sejak pertama melihat beliau", ujar Rion mengungkapkan perasaannya.

Devan berdecih sinis, "lo benar-benar gila, anj_, ibu Arini tidak menerima perasaan lo bukan karena Xander tapi karena rasa cinta ibu Arini pada almarhum suaminya", teriaknya geram dengan ungkapan cowok itu

"Brengsek tahu apa lo", teriak Rion semakin emosi menggores pipi Zea.

"Auhhhh", jerit Zea kesakitan, darah mulai keluar, amarah Xander benar-benar sudah sampai puncak.

"Lepasin dia, lo hadapi gue secara langsung", ujar Xander menantang.

Rion menyeringai, tersenyum meremehkan melihat wajah frustasi di wajah cowok itu, "ARION ANJING", teriakan kompak menggema terlihat, Marvin, Leon, dan Sam muncul di sana menatap penuh amarah pada cowok yang notebeanya adalah sahabat sendiri.

"LEPASIN DIA BRENGSEK, LO BELUM CUKUP MEMBUNUH DILLA TEMAN KECIL LO HAH", emosi Sam benar-benar sudah tidak bisa terkontrol.

Rion tertawa terbahak-bahak, "dari awal gue ngak suka sama Dilla, kalian ngak tahu saja tingkahnya sama saja dengan Atika, datang terang-terangan menggoda gue", ujarnya terlihat sangat jijik.

Marvin memberi kode, Leon menganggukan kepala mendekati perlahan dari belakang, Sam tetap di depan berusaha memprofokasi Rion, "ANJING", teriak Rion menyadari rencana mereka.

Srettt

"Aaaaaaaa"

"ZEAAAA", tanpa fikir panjang Xander berlari melompat meraih tubuh Zeanne memeluk memposisikan diri di bawah mendekap, "gue sayang sama lo Zeanne", ujarnya lirih, Zea tentu masih mendengarkan, tubuhnya masih terasa melayang di dalam pelukan Xander.

Tubuh Devan luruh kebawah pucat pasih melihat kejadian di depan mata yang begitu cepat, Marvin berlari menarik lengan Rion, terjadi perkelahian antara keduanya, Sam, Leon dan Aldi mendekat membantu beberapa menit Rion mampu di ringkus bertepatan terdengar bunyi keras dari bawah.

BUGGHHHHHH.

"XANDERR", teriakan Devan menggema mendekati Rion yang sudah lemas menarik kerah jaket cowok itu.

Bugh

Bughh

Bughh

Bughh

"Mati lo anjing", umpat Devan.

Leon bergegas menahan tubuh cowok itu yang sudah kalap, "Xander dan Zea tidak apa-apa, gue sudah minta pak Zein dan pak Temi mengatur di bawah, taham emosi lo biar pihak yang berwajib memberi hukuman setimpat".

"Lepasin gueee, lepasss, gue mau ibu Ariniii", teriak Rion memberontak membuat Marvin, Leon dan Sam meringis pilu.

Aldi dan Sam membawa Rion ke bawah, Zein menghembuskan nafas lega tepat waktu, bukan hanya dia Temi dan beberapa anggota yang datang terlihat lega matras yang di siapkan mengembang tepat waktu, "Xander ? Kamu ngak apa-apa ?", tanya Zein mendekat.

Xander meringis merasakan sakit di sekujur tubuh menatap Zea yang di tenangkan Temi, "tubuh Xander rasanya remuk om", ujarnya jujur membuat Zein meringis, "maaf matras belum mengembang sempurnah", ujarnya.

Xander tersenyum tipis, "makasih om", ujar Xander tulus, Zein mengangguk meminta cowok itu ke rumah sakit bersama Zea.

Paginya kampus heboh dengan penangkapan Rion wakil senat, ayahnya juga ikut di tangkap kasus menyuap menyembunyikan kejahatan anaknya, Zein dan Temi naik jabatan, pak Agus lengser dari jabatan, semua berita menyiarkan tentang kejahatan Rion, di temukan banyak topeng anonim di kamar cowok itu, pisau lipat, satung lateks.

Xander tidak ke kampus cowok itu menuju pemakaman umum menemui kuburan Arini, "bu, pelakunya sudah di tangkap, maaf terlambat, sekarang ibu bisa tenang di sana, sampai kapan pun ibu yang terbaik di hati Xander, makasih sudah jadi ibu untuk Xander", ujarnya menahan air mata mengusap nisan mengecup lembut membayangkan ibu Arini.

"Kak Xander"

Xander menoleh menatap gadia cantik mendekat mencuarkan bibir kesal menghentakan kaki, "kenapa ngak nungguin Melda, aku juga mau kenalan sama ibu", ujarnya kesal sejenak, mata berubah berbinar menatap gundukan tanah tertulia Arini Wulandari di nisan itu.

"Ibu ini Melda, adik angkatnya kak Xander, makasih ya bu sudah hadirkan kak Xander dalam kehiduapan Melda, oh iya bu salam ya sama kak Nino di sana sampaikan Melda sudah makai mata kak Nino, menatap masa depan dengan matanya, Melda bangga jadi adik kak Nino", ujarnya lirih sekuat tenaga menahan air mata namun buliran bening tetap jatuh membasahi pipi terisak pelan.

Xander tersenyum menarik tubuh gadis itu kedalam pelukan menenangkan mengacak rambut penuh kasih sayang, "sekarang kita ke cafe milik kak Zeanne ya, semuanya sudah kumpul di sana lo, bolos bersama, oh iya ada loh yang nanyain kamu terus", ejek Xander membuat wajah Melda memerah.

"Ih kak Xander, Melda masih kecil", ujarnya kesal.

"Ngak apa-apa sayang, kamu kan homeschooling, kamu juga cerdas bangat, bisa lah langsung lompat kelas", ejek Xander merangkul Melda keluar dari pemakaman umum tidak menghiraukan wajah Melda yang semakin memerah.

***

"Sialaann keluarin gueee, ini bukan tempat gue, ibu Ariniii tolonggg", teriak Rion menggema di sebuah sel banyak yang menatap mengidik ngeri mengetahui alasan cowok itu di bunuh.

"Gila", umpat salah satu teman sel Rion.

Rion tersenyum sinis mendekat mengeluarkan pisau lipat yang sengaja di selundupkan

Srekkkk

"Aaaaaaaaa".

Sampai kapan pun gejolak membunuh tetap merasuk kedalam tubuh cowok itu hanya satu yang bisa mengobati ibu Arini.

●●●●●

Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang