Xander dan Devan berjalan beriringan menuju kelas setelah mengakui identitas Xander semalam, Zein memberi beberapa alat untuk melengkapi penyelidikan kedua cowok itu di kampus, Xander dan Devan berhenti begitu saja melihat mading yang terletak di depan ruang akademik di kerumuni banyak mahasiswa penasaran akan hal itu kedua cowok itu mendekat terbelalak kaget melihat tulisan besar yang ada di mading.
"IBU ANAK ARINI ADA DI KAMPUS INI MENUNTUT PERTANGGUNG JAWABAN ATAS KEMATIAN IBUNYA".
"Jangan-jangan anak ibu Arini yang sudah membunuh beberapa cewek di kampus kita"
"Gue merinding anj_"
"Beneran ngak sih, masa anak ibu Arini sampai membunuh, bukannya ibu Arini terkenal sangat baik ya"
"Itu tulisan menyiratian hal yang terjadi di kampus kita"
"Tapi yang gue dengar anak jurnalistik ngak tahu siapa yang nempel itu di mading, katanya kunci mading kemarin tiba-tiba hilang tapi tadi pagi kunci sudah ada di tempat"
"Gue semakin merinding, jangan-jangan itu kelakuan hantu gentayangan".
Xander mencoba menguasai diri radar kecerdasannya bekerja begitu saja cowok itu terlihat begitu santai, paham jika ada yang mengawasi di kampus mempropokasi agar dia terpancing membeberkan identitasnya sendiri, "XANDERRRR,DEVANNN", teriak Zea dan Vanes mendekat dengan nafas tersenggal-senggal bahkan Zea tidak menyadari tengah menggengam lengan Xander.
"Kalian kenapa ?", tanya Devan melirik kaget
"Di depan gerbang huh ada foto besar Xander, kalian ikut untuk liat sendiri", ajak Vanes spontan menarik tangan Devan begitupun dengan Zea.
Xander dan Devan kembali terbelalak melihat spanduk di luar terlihat foto Xander menerima paket ada tulisan di bawah foto itu, "apa dia adalah anak ibu Arini ? Dia tinggal di kediaman milik almarhumah ibu Arini."
Devan mengepalkan tangan spontan berbeda dengan Xander yang begitu santai merogoh kantong celana mengambil milkita di dalam, "gue ternyata tampan juga ya", celetuknya membuat Devan, Zea dan Vanes kompak menoleh melongo dengan tingkah cowok itu yang terlihat begitu santai.
"Xander Erlangga, lo ikut ke ruangan senat"ujar Dilla tiba-tiba muncul di samping mereka membuat keempatnya kompak menoleh keget, Zea dan Vanes hampir mengumpat latah.
Semua mata menatap ke arah Xander yang tengah berjalan santai menuju ruang senat bisikan-bisikan mulai terdengar lagi, Devan yang berjalan di belakang cowok itu melirik dengan tatapan mengancam, sampai di ruangan senat lagi-lagi Xander menjadi pusat perhatian dari pengurus senat.
Brakkkk
"Aldi ngapain lo hah datang-datang gebrak pintu", omel Atika langsung.
Aldi mencuatkan bibir tidak peduli, "mana anak ibu Arini yang mana gue dengar gosip beredar hari ini?", tanyanya memperhatikan menautkan alis bingung melihat Xander.
"Ck, diam Aldi kami baru ingin mewawancarai Xander yang menjadi tranding topik hari ini, Xander duduk, lo juga Al", ujar Marvin memberi kode agar kedua cowok itu duduk di kursi di depan meja.
"Baik, langsung saja Xander lo bisa jelasin tentang foto yang beredar, lo tinggal di rumah mendiang ibu Arini ?", tanya Marvin.
Xander terlihat sangat tenang tersenyum tipis, "gue memang tinggal di sana kak, kemarin juga ada kurir yang datang mencari ibu Arini, gue sudah jelasin sama kurir kalau gue memang tinggal di sana tapi seperti yang beredar ibu Arini dan keluarganya sudah meninggal dunia, gue punya bukti kalau rumah itu sudah menjadi milikku setelah om membelikan rumah itu untuk gue", jelas Xander merogoh ponsel memperlihatkan bukti kepemilikan di sana serta bukti pembelian rumah.
Seringai Xander terbit di wajah tampannya untung semalam cowok itu membeberkan identitas di hadapan Zein, karena itu pria itu berinisiatif membuat beberapa bukti untuk mengelabui apa lagi setelah Xander menceritakan soal kurir yang datang mencari ibu Arini, tentu hal itu menambah kecemasan Zein sampai langsung membuatkan berkas palsu mengenai rumah di bantu teman Zein.
"Kenapa lo milih rumah itu ?", tanya Sam merasa curiga.
Xander melirik tetap tenang, "awalnya gue ngak tahu itu rumah milik mendiang ibu Arini, tapi setelah om memperlihatkan beberapa foto rumah, gue langsung tertarik pada rumah milik ibu Arini bukan tanpa alasan tapi karena rumah ibu Arini lebih dekat ke kampus di bandingkan rumah-rumah yang lain", jelas Xander begitu natural.
Marvin menipiskan bibir Xander bisa melihat tatapan penuh kecurigaan dari wajah ketua senat itu, "gue juga ngak tahu hanya karena gue tinggal di rumah itu sampai jadi tranding topik", kekehnya menggelengkan kepala.
"Kan, gue juga bilang apa, mungkin hanya ornag iseng saja, kalian dengar sendiri dua tahun lalu polisi sudah mengidentifikasi mayat remaja yang di temukan sebagai anak ibu Arini", ujar Leon mengeluarkan pendapat.
"Lo fikir ada berita seperti ini jika itu hanya omong kosong belaka, gue rasa anak ibu Arini benar masih hidup dan meminta pertanggung jawaban atas kematian ibunya", ujar Rion ikut angkat bicara setelah memikirkan semua kejadian di kampus.
Yang lain kembali terdiam, "tapi siapa yang membuat lelucon seperti ini, siapa juga mayat yang di temukan dua tahun lalu kalau bukan mayat anak ibu Arini", gumam Dilla berfikir keras.
Xander mengulum bibir memahan seringai melihat wajah penuh rasa penasaran, "kenapa sih kak sampai heboh cuma karena anak ibu Arini ?", pancing Xander.
Aldi yang duduk di samping cowok itu langsung menepuk pundak Xander keras, "lo sudah tahu jawabannya ngak perlu sok ngak tahu deh, satu kampus merasa ketakutan saat ini", ujarnya menggelengkan kepala.
Xander menipiskan bibir dua hal yang kini tengah memenuhi fikiran cowok itu, pertama ada yang sengaja memancing Xander untuk membeberkan idrntitas dia, kedua ada yang sengaja membuat kampus heboh untuk memancing pelaku agar muncul di permukaan, namun semakin Xander fikirkan semakin yakin pula cowok itu tentang spekulasi ke dua.
Ada yang tengah menyelidiki diam-diam kasus dua tahun lalu selain dia dan Devan di kampus ini, Xander diam-diam meneliti wajah-wajah pengurus senat satu persatu apa lagi mengingat berkas Zein tentang orang yang di curigai menjadi tersangka dua tahun lalu semua pengurus senat termasuk di dalamnya.
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Mystery / ThrillerXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...