Devan masih diam menikmati wajah Vanes yang terlihat sangat menggemaskan, mengulum bibir menahan senyuman, menikmati debaran di dalam dada yang beriringan dengan debaran milik Vanes, "lo tahu bagaimana kalutnya gue dapat kabar kalau lo dan Zea mendapat teror, jantung gue terasa berhenti Nes, berharap gue langsung ada di rumah berhadapan sendiri dengan pengirim teror", ujarnya memulai berbucara setelah beberapa menit menikmati wajah cantik milik gadis itu.
Vanes pelan-pelan melirik menatap bola mata Devan mencari kebohongan di sana namun yang gadis itu lihat hanya kesungguhan, "kenapa ?", tanyanya bertanya dengan suara yang lembut memgontrol debaran yang semakin tidak karuan, gadis itu takut Devan menyadari debaran jantungnya namun sayangnya cowok itu sudah merasakan sejak tadi bahkan menikmati debaran itu.
"Karena gue suka sama lo, perempuan yang bisa luluhin hati gue tuh cuma lo Nes, maaf terlambat menyadari perhatian lo waktu remaja dulu, maaf baru menyadari setelah sekian lama, lo tahu waktu kita ketemu kembali gue senang bangat, gue sangat ingin memeluk lo waktu itu tapi gue takut lo risih dan benci gue", ujarnya lembut mengusap pipi Vanes yang masih memerah.
Vanes gadis itu tentu menahan nafas tidak percaya mengerjap-ngerjap menatap mata Devan, "kapan lo suka sama gue ?", tanyanya mulai menikmati debaran dan tatapan lembut cowok itu.
Devan terkekeh mengacak rambut gadis itu gemas, "saat masuk SMA, gue ngak bisa lupain semua kenangan waktu SMP tingkah lo, semuanya dan saat itu gue merasa kehilangan, mencoba mencari orang yang bisa menggantikan lo di hati gue namun sekeras apapun gue mencoba gue tetap kembali pada perasaan gue untuk lo, diam-diam gue mantau ig lo", tawa cowok itu pecah mengingat tingkah gilanya hanya untuk mengobati rindu.
Vanes semakin melongo, Devan menghentikan tawa di ganti dengan wajah serius dan pandangan penuh perhatian, "gue akan berusaha melindungi lo Nes, gue ngak mau terjadi sesuatu sama lo, gue ngak akan sanggup, tetap jadi diri sendiri dihadapan gue, tetap berada di sisi gue dan satu lagi gue sayang bangat sama lo", ujarnya sudah mendekap gadis itu.
Vanes mengangguk terpana begitu saja mendengar pengakuan cowok itu, bibir keluh tidak bisa lagi mengeluarkan ucapan, "ehmmm ada yang jadian nih", ejek Zea dari arah pintu membuat keduanya menoleh, Vanes berusaha melepas pelukan namun cowok itu semakin mengeratkan dekapan
"Kenapa ? Iri lo berdua", ujar Devan menaikan alis membuat Xander menahan diri agar tidak mengumpat keras, Zea memutar bola mata malas gemas sendiri melihat wajah Vanes
"Ck besok juga putus lo berdua", ujar Xander tanpa segan membuat Devan melotot melepas dekapan berdiri menabok keras punggung cowok itu.
"Anj__ doakan dong setelah selesai gue nikah sama Vanes", omel Devan membuat wajah Vanes semakin memerah mendengar ucapan cowok itu.
Xander memutar bola mata malas, "kenapa harus nunggu selesai ?", tanyanya membuat Devan menipiskan bibir tipis menganggukan kepala berfikir.
"Betul juga lo, baiklah gue akan ngomong sama ayah, setelah kasus selesai pembunuh di tangkap gue nikah sama Vanes", ujar cowok itu yakin membuat Vanes membelalakan mata, Zea yang awalnya tersenyum cerah menyendu begitu saja, "dan lo ninggalin gue sendirian ?", tanyanya lirih membuat mereka kompak menoleh menatap pandangan nanar gadis itu.
Devan terkekeh mendekati Zea menepuk pundak gadis itu pelan, "gue ngak akan rebut dia dari lo kok jangan khawatir tidak akan ada yang berubah antata lo dan dia, hanya saja lo akan tinggal sendirian", ujarnya membuat gadis itu mencuatkan bibir.
"Jangan khawatir Ze ada gue", ujar Xander membuat mereka melongo.
"Maksud lo ?", tanya Vanes menautikan alis tidak mengerti.
"Rahasia", ujarnya membuat ketiganya kompak mendengus menahan agar tidak mengumpat kasar.
"Sana tidur sudah larut, gue sama Devan tidur di sini saja", ujar Xander menunjuk karpet di ruangan santai.
Zea melirik sejenak menghembuskan nafas panjang, ada rasa sakit muncul di hati cowok itu bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa padahal Zea benar-benar sangat malu atas pengakuannya tadi, "hm", gumam gadis itu beranjak masuk kedalam kamar, Xander menatap punggung gadis itu dengan pandangan misterius.
"Menurut lo kak Marvin dan kak Aldi bisa di percaya ngak sih ?", tanya Devan berbaring di karpet setelah kedua gadis itu masuk kedalam kamar masing-masing.
Xander menipiskan bibir menghembuskan nafas panjang, "hm gue ngak tahu hanya saja gue ngak bisa percaya sepenuhnya, lo tahu sendiri gue susah percaya sama orang lain", ujarnya menatap ponsel mengetik pesan pada gadis yang sudah ada di dalam kamarnya.
Xander : jangan banyak fikiran, langsung tidur.
Zeanne : y.
Xander : lo marah ?
Zeanne : ngak, gue mau tidur.
Xander : good night.
Xander menghembuskan nafas lelah menutup mata, merasakan sesak yang tiba-tiba muncul menyeruak di dalam hati berbeda dengan Devan yang terlihat tersenyum menatap ponsel, "gue capek Dev, gue harap semuanya cepat berlalu", lirih Xander membuat Devan berhenti mengetik menoleh sepenuhnya.
"Gue juga berharap seperti itu Xan, kali ini kita yang akan maju, gue sudah minta ayah menyiapkan alat, seperti camera tersembunyi, kita minta kak Marvin untuk mematikan cvtv saat kita memasangnya", ujar Devan.
Xander membuka mata tersenyum kembali merasa ada harapan, "gue tahu tempat kemungkinan pelaku muncul, besok kita ke kampus kebetulan besok di liburkan", ujar Xander.
Devan mengangguk tersenyum melihat senyuman muncul di wajah tampan itu, dia akan tetap di sisi cowok itu sampai pelaku benar-benar di beri hukuman setimpal, seperti Bram yang selalu di sisi Zein selama masih hidup.
***
Prangggggg
Brakkk
Bughhh
Pranggg
Pranggg
"Lo gila hah", bentak seorang gadis cantik melihat gelas dan piring sudah berserakan di mana-mana, "gue ngak peduli anjing, yang gue mau anak ibu Arini mati, karena kehadiran dia ibu Arini menolak gue semasa hidupnya, walaupun ibu Arini menolak gue secara halus gue sakit hati dan sampai sekarang rasa sakit itu masih sama, lo ngak akan ngerti", teriak cowok tampan itu melirik sinis ke arah gadis cantik itu.
Gadis cantik itu mengatupkan bibir menatap sendu ke bawa seandainya cowok itu tahu tentang perasaanya.
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Mystery / ThrillerXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...