Xander tersentak menyadari sesuatu, bergegas mendekat ke arah gerbang mengeluarkan sesuatu dari kantong celana, memasukan tangan mencoba membuka gerbang, "Devan, hubungi bokap lo sekarang", ujarnya, Devan mengangguk menghubungi Zein yang masih berada di kantor polisi.
Trekk
Devan menoleh membelalak setelah Xander berhasil membuka pagar, selesai menghubungi Zein keduanya berlari masuk ke dalam kampus mengikuti jejak sesuai arahan dari ponsel Xander, ibu tadi tetap menunggu di depan sesuai arahan Xander di motor tadi, "halaman belakang", ujar Xander.
Keduanya berlari menggunakan senter ponsel masing-masing, "ngak ada Xan", ujar Devan mengelilingi taman, Xander menekan panggilan menghubungi nomor gadis itu
Dretttt
Devan menoleh melihat ponsel menyala tepat di atas rumput di bawah pohon, "gue dapat ponselnya", ujarnya.
Xander mengigit bibir bawah semakin cemas, "di mana anak ibu itu", ujarnya mengusap wajah kasar.
Devan sama kalutnya sekarang, "kita keluar dari sini tunggu bokap agar kita bisa berpencar", ujarnya
"DEVAN"
Keduanya menoleh melihat kedatangan Zein, Rizal dan beberapa anggota kepolisian, "kalian sudah menemukan anak itu ?", tanya Zein langsung, kedua cowok itu menggelengkan kepala untung lampu di koridor otomatis menyala malam hari.
"Kami hanya menemukan ponsel anak itu yah", ujar Devan menyerahkan ponsel berwarna pink di tangannya, Rizal mengambil memasukan kedalam kantong bening sebagai barang bukti.
Xander mencoba menguasai diri menutup mata berkonsentarasi memikirkan seluk beluk kampus, apa lagi cowok itu pernah melihat sekilas denah kampus saat orientasi, perlahan mata Xander terbuka, "Devan bantu gue cari di dalam toilet di sekitar sini", ujarnya.
Devan menganggukan kepala bergegas berlari mengikuti Xander, Zein juga memerintahkan anggotanya membantu kedua cowok itu.
Brakkk
Brakkk
Brakkk
Bunyi pintu toilet terdengar terbuka begitu keras apa lagi suasana kampus begitu sunyi.
Brakkkk
"Aaaaaaaa"
Mendengar teriakan anaknya Zein bergegas berlari bersama Rizal, bahkan anggota kepolisian yang menyebar spontan berlari kesumber suara, Zein dan Rizal membelalak kaget melihat seorang gadis yang tengah mereka cari sudah tergeletak mengerikan di dalam toilet perempuan.
"Darah masih terlihat segar, kemungkinan korban meninggal sore tadi", jelas Xander meneliti, Devan masih berdiri mencoba menguasai diri terlalu shok saat Xander membuka pintu toilet dan langsung melihat kondisi korban yang begitu mengerikan.
"Apa maksudnya ?", tanya Rizal membuat yang lain menoleh menautkan alis bingung.
"Korban pertama yang di jait mohon maaf kemaluan korban, tapi sekarang mulut korban yang terjait", jelas Rizal.
Semuanya kembali terdiam dengan fikiran masing-masing, "CHIKAA HIKSS", teriak wanita paruh baya itu tiba-tiba muncul meraung histeris melihat kondisi anaknya, Xander spontan berdiri mendekap wanita itu untuk menenangkan dan menahan agar tidak mendekati anaknya terlebih dahulu.
"Kita tunggu tim forensik sementara cari bukti di sekitar mayat", perintah Zein mendekat meneliti keadaan korban, "kepala bocor kemungkinan di benturkan ke dinding", jelasnya menunjuk darah yang ada di dinding toilet
"Saya juga bingung maksud pelaku menjait itu apa ?", ujar Zein terdengar bertanya.
Devan mendekat menghembuskan nafas, "ada yang aneh yah, ponsel di temukan di taman belakang fakultas, tapi mayat di temukan di toilet ruang kelas", ujarnya.
Bughhh
Xander menahan tubuh ibu korban yang hampir jatuh kebawah hilang kesadaran bertepatan saat ambulance datang, tim forensik mendekat meneliti menghembuskan nafas, "lagi-lagi tidak ada sidik jari orang lain di sekitar tubuh korban pak Zein", ujar Manda.
"Kami akan membawa korban ke rumah sakit untuk di otopsi lebih lanjut, kami akan segera mengirim hasilnya", lanjut Manda memberi kode pada anggotanya untuk membawa mayat korban menuju ambulance, "soal ibu korban biar kami juga yang tangani", ujarnya.
"Makasih atas bantuannya Xander", ujar Zein di depan gerbang setelah keluar dari kampus.
Xander menganggukan kepala tersenyum, "kalian berdua pulang istirahat ini sudah larut, besok kalian masih kuliah, biar kami yang menyusul ke rumah sakit", ujar Rizal menepuk pundak Xander pelan.
Devan menganggukan kepala begitupun dengan Xander yang langsung naik ke atas motor bersamaan dengan Devan meninggalkan kampus, Xander kembali ke indomaret mengambil belanjaan yang dia tinggal begitu saja di depan, untung belanjaan cowok itu tidak hilang.
Sampai di rumah Xander hanya menyeduh energen coklat membawa ke kamar, di kamar Xander termenung memikirkan semua kejadian-kejadian akhir-akhir ini, Xander mengambil ponsel dari saku celana mencari instagram dari korban tadi untuk memastikan sesuatu, hanya beberapa menit cowok itu mendapatkan akun milik korban.
Mata Xander menyendu menatap foto-foto korban di sana, mendekat ke meja belajar mengambar kondisi mayat tadi, beserta foto di istagram, "dua korban terlihat mirip dengan ibu dari samping, begitupun dengan senyuman kedua korban juga mirip dengan senyuman ibu", lirihnya menggeser lukisan menempelkan gambar di dinding menatap nanar hasil dari penyelidikannya selama ini.
Xander menyeruput energen yang masih terlihat mengepul perut keroncongan cowok itu terasa hangat di dalam, setelah energen di gelas habis cowol itu merebahkan tubuh di atas tempat tidur.
***
Xander dan Devan saling pandang mengepalkan tangan kuat, baru sampai kampus mereka sudah di suguhkan sesuatu di mading, tertempel ucapan bela sungkawa atas kepergian Chika, bukan itu yang membuat kedua cowok itu marah tapi keterangan yang mengatakan gadis itu meninggal karena terjatuh di toilet perempuan, Xander menyadari sesuatu, menatap Aldi yang mendekat ke arah mading.
"Kak Aldi", panggil Xander
Aldi menautkan alis tersenyum, "kenapa ?", tanyanya.
"Kakak yang buat ?", tanya Xander menunjuk ucapan bela sungkawa di mading.
Aldi menggelengkan kepala, "bukan, anggota gue yang kemarin buka pintu untuk lo namanya Reno, dia dapat email dari ketua senat", ujarnya segera membersihkan mading meniyisakan ucapan bela sungkawa menjauh dari kedua cowok itu.
"Ngak mungkin", celetuk Zea dan Vanes tiba - tiba membuat Xander dan Devan terlonjak kaget menoleh.
Zea menggelengkan kepala mundur selangkah menutup mulut, "firasar gue terjadi", lirihnya.
"Maksud lo apa ?", tanya Devan.
"Kemarin Chika di dalam kelas mendapat pesan dari seorang cowok idaman Chika ngajak ketemuan, dia senang bangat sampai berputar-putar di dalam kelas, nah Zea pas sampai di rumah bilang firasannya kurang baik dengan pertemuan Chika dengan cowok idamannya itu", jelas Vanes.
Semuanya diam mencoba mencerna penjelasan gadis itu.
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Mystery / ThrillerXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...