Setelah perkuliahan terakhir selesai Devan mengajak Xander ke kantor polisi untuk melihat berkas kasus yang menimpa ibu Arini beserta hasil penyelidikan tentang mayat yang di temukan tadi pagi, tentu Devan yang sudah ikut bergelut dengan kepolisian dari SMP dengan mudah mendapat berkas yang dia cari, sekarang keduanya duduk di sofa di dalam ruangan Zein yang terlihat kosong.
"Bokap lo mana ?", tanya Xander membuka berkas di tangannya.
"Rumah sakit melihat langsung hasil otopsi mayat tadi pagi" ujarnya bersandar di sofa memijit pelipis.
Xander merogoh kantong celana mengeluarkan milkita dari sana membuat Devan membelalak kaget tentang kebiasaan cowok itu yang tidak berubah sama sekali, "anjir lo masih maniak milkita Xan", ujannyaa heboh yang sama sekali tidak di tanggapi cowok itu.
Xander lebih fokus menatap setiap lembaran berkas tentang kasus ibunya, di pertengahan lembaran cowok itu berhenti membelalak kaget melihat foto di sana, "Dev, foto ini milik ibu gue ?", tanyanya merasakan hati yang terasa di remas, paha di foto terlihat teriris-iris terbagi menjadi tujuh bagian yang begitu dalam dan jelas
Devan mendekat menatap menganggukan kepala miris, perlahan air mata Xander jatuh begitu saja membasahi pipi kepalan tangannya menguat begitu saja dua tahun lalu kepolisian bahkan menutupi tentang hal ini, dua tahun lalu kepolisian hanya melaporkan jika ibunya meninggal karena kepala yang bocor sampai kehabisan darah.
Devan mengatupkan bibir tidak bisa mengatakan apa-apa, "Dev gue minta lo ngak bilang sama siapa-siapa kalau gue anak ibu Arini, satu lagi tentang gue yang melihat berkas kasus ibu gue jangan beri tahu siapapun bahkan pada bokap lo sendiri", ujarnya kini merasa tidak percaya dengan pihak yang berwajib setelah melihat berkas kematian ibunya.
Cowok itu mengangguk mantap mengambil kembali berkas di tangan Xander mengembalikan ke tempat semula, setelah Devan duduk kembali di sofa Zein masuk bersama Rizal menautkan alis melihat kedua cowok itu, Xander kembali mengepalkan tangan mencoba menguasai diri nyatanya sekarang cowok itu ingin memaki kedua polisi yang baru masuk itu.
"Bagaimana penyelidikan tentang mayat tadi ayah ?", tanya Devan to the poin.
Zein menghembuskan nafas panjang, "miris, apa yang di katakan teman kamu bemar adanya, di belakang fakultas kedokteran ada gudang di sana, kemungkinan besar korban di bunuh di gudang itu, di dinding terdapat banyak sekali darah juga di lantai yang masih sedikit basah", jelasnya duduk di kursi kerjanya di ikuti Rizal yang duduk di kursinya.
"Dari hasil otopsi, korban di perkosa terlebih dahulu setelah itu kemaluan korban di jait dengan senar pancingan, tapi ada hal yang aneh, tidak di temukan satu pun sidik jari orang lain di tubuh korban", lanjut Rizal menjelaskan.
"Bagaimana dengan pengakuan pengurus senat dan beberapa senior yang ikut orientasi kemarin ?", tanya Devan.
Zein memijit pelipis, "semuanya mempunyai alibi yang kuat, sampai tidak ada yang membuat curiga", ujarnya.
Xander tetap diam mencerna obrolan mereka, diam-diam merekam di ponselnya, tetap santai seperti biasa, "bagaimana dengan keluarga korban ?", tanya Xander akhirnya setelah beberapa lama tidak ada suara di antara mereka.
Tentu pertanyaan cowok itu membuat ketiganya menoleh kaget terutama Zein dan Rizal, "keluarga enggan mengatakan apapun mungkin mereka terlalu shok melihat keadaan putri mereka, ibu korban sampai jatuh pingsan di rumah sakit", ujar Rizal menjelaskan.
Xander menahan agar seringai di wajah tidak muncul begitu saja, dia benar-benar mengingat kejadian dua tahun lalu tentang ibunya di mana saat itu Xander ada di luarkota mengadakan kegiatan sekolah namun sore hari menjelang malam ibunya mengirim pesan suara yang terdengar lirih, suara ibu Arini masih terngiang-ngiang di kepalanya, "maafin ibu nak, ibu sayang sama kamu, anakku".
Setelah mendengar pesan suara Xander meminta untuk segera pulang namun sialnya cowok itu baru bisa kembali subuh, sampai di jakarta masih berada di bandara cowok itu mendapat kabar tentang kematian ibunya, Xander ngotot untuk menyelidiki kematian ibu Arini yang terasa janggal namun pihak kepolisian menolak mentah-mentah karena kurangnya bukti, dari pesan suara saja Xander sudah mengetahui bagaimana kesakitan ibunya saat itu, hanya mendengar saja Xander sudah bisa tahu ada yang tidak beres tentang kematian ibu Arini.
"Kalau begitu kami permisi ayah, pak Rizal kalau perlu bantuan langsung hubungi saja", ujar Devan memberi kode ke arah Xander untuk keluar dari ruangan, diam-diam kedua pria itu menatap punggung Xander dengan pandangan sulit di artikan.
Sampai di rumah Xander bergegas masuk kedalam kamar mengambil milkita coklat yang ada di meja belajar menggeser lukisan besar pada dinding di dalam kamar melihat di sana beberapa tempelan yang terkait kematian ibunya, perlahan Xander mengambil kertas menggoreskan pensil menggambar keadaan mayat tadi pagi begitu detail setelah selesai cowok itu menempelkan kertas di dinding menatap saksama.
Xander kembali termenung mengingat foto-foto yang dia lihat di berkas kematian ibu Arini dengan tatapan datar cowok itu kembali menggambar begitu detail dan terlihat sangat sempurnah, bahkan mirip dengan yang ada di foto setelah semua selesai cowok itu mengatur di dinding.
"Gue semakin yakin kejadian di kampus pagi tadi berhubungan dengan kematian ibu, gue harus cari tahu lebih dalam lagi tanpa bantuan para polisi", ujarnya mengepalkan tangan menggeser kembali lukisan di dinding menutupi tempelan di sana.
Cowok itu mendekati kasur berbaring di sana menikmati milkita di dalam mulut mengambil ponselnya mencari identitas korban tadi pagi, hanya beberapa menit cowok itu mendapatkan apa yang dia cari, mata Xander membelalak terbangun memperhatikan foto korban.
"Di lihat dari samping korban begitu mirip dengan ibu", gumamnya mencoba mencari instagram korban.
Xander benar di instragram terlihat banyak foto korban yang tengah tersenyum, mata cowok itu memicing penuh teliti tersenyum, "senyuman korban begitu mirip dengan ibu", gumamnya lirih.
Banyak kemungkinan-kemungkinan yang muncul di dalam fikiran cowok itu tentang keterkaitan kematian korban dengan kematian ibu Arini, namun satu hal yang menganggu fikiran cowok itu, kenapa polisi sampai menutupi tentang kondisi mayat ibunya ?
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Mystery / ThrillerXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...