10. Novel untuk Vei

202 193 17
                                    

HAPPY READING

Jangan lupa vote and komen ya!


Kini mereka berdua berada di tempat aksesoris, Vei melihat lihat hadiah yang cocok untuk adeknya Bagas. Tanpa sengaja Vei melihat jam tangan yang menarik perhatiannya.

"Gas, sini deh" panggil Vei.

Merasa namanya dipanggil Bagas pun menghampiri Vei. "Kenapa Vei?" tanya Bagas.

"Liat deh jam tangan ini lucu, gimana menurut lo?" Vei memperlihatkan jam tangan itu pada Bagas.

"Wahh pasti adek gue suka, gak salah gue minta tolong sama lo" ucap Bagas senang.

"Emang adek lo sekarang kelas berapa?" tanya Vei.

"Kelas 7 SMP" balas Bagas.

"Nah yaudah kalau gitu, pasti jam tangan ini pas buat dia. Warnanya juga bagus pink biru" ujar Vei berpendapat.

"Oke, sekalian aja kado disini kali ya" pikie Bagas.

"Iya, biar besok lo tinggal ngasih"

"Terus lo ada yang mau dibeli gak Vei?"

"Gue pengen beli novel sih"

"Yaudah, habis ini kita ke tempat buku"

"Eh tapi kalau lo mau langsung pulang gapapa kok, gue bisa pulang sendiri ntar"

"Gue yang ngajak lo ke sini, otomatis lo pulang harus sama gue"

"Iya deh, Lo sendiri mau beli sesuatu gak?"

"Kayaknya gak deh"

Setelah hadiah yang Bagas beli sudah dibayar, sekarang mereka berdua telah memasuki tempatnya para Novel berada.

Tidak mau menunggu, Bagas sedari tadi mengikuti kemanapun Vei melangkah. Padahal Vei sudah menyuruhnya untuk duduk menunggu tapi ditolak oleh Bagas, katanya sih takut ada buku yang menarik perhatiannya jadi bisa langsung dibeli.

"Hmm... menurut lo mending yang ini 'Laut yang Bercerita' atau ini 'Hujan yang tidak Diinginkan', gue bingung" Vei meminta pendapat Bagas.

"Lo sukanya yang mana?" tanya Bagas.

"Dua duanya sih"

"Yaudah, beli semua aja"

"Duit gue yang gak cukup masalahnya... yaudahlah, gue beli yang ini aja" ucap Vei mengambil Novel 'Laut yang Bercerita' dan melangkahkan kakinya menuju kasir.

Bagas yang melihat Vei lesu itu seketika terlintas dalam benaknya untuk membelikan Novel yang sempat Vei mau, dengan catatan membelikan secara diam diam.

Jika membelikannya secara terang terangan pasti Vei akan menolak, cewek itu sifatnya tidak ingin ditanya tetapi langsung dikasih.

"BAGAS BURUAN GUE UDAH SELESAI, LO NGAPAIN MASIH DISANA" Vei berteriak memanggil Bagas dari tempatnya berdiri.

"DULUAN AJA KE TEMPAT PARKIR, BENTAR LAGI GUE NYUSUL ADA NOVEL YANG MAU GUE BELI" balas Bagas tak kalah berteriak. Untung saat ini tengah ramai jadi tidak ada yang memerhatikan teriakan mereka hanya kasir saja yang tau.

Vei menganggukkan kepalanya lalu memberi jempol pada Bagas, Bagas yang melihat itu merasa lega. Idenya adalah memasukkan novel yang baru saja dibeli pada kantong belanjaan Vei nanti.

"Saya beli ini" ucap Bagas menaruh novel itu pada tempat kasir dan langsung membayarnya.

Sampai ditempat parkiran Bagas langsung menghampiri Vei yang duduk di motornya, Vei yang tengah memainkan ponselnya langsung turun. Karena hari sudah mulai sore Bagas langsung menjalankan motor mengantarkan Vei pulang terlebih dahulu.

Novel yang tadi Bagas beli sudah dimasukkan kedalam kantong belanjaan Vei, tanpa Vei sadari. Cukup lama akhirnya mereka sampai didepan rumah Vei.

"Makasih udah anterin gue" ucap Vei.

"Makasih juga udah mau bantuin gue" balas Bagas.

"Iya, mampir dulu Gas" tawari Vei.

"Gak usah Vei, gue langsung pulang aja"

"Yaudah, hati hati dijalan"

Saat ini Vei sudah berada di kamarnya dengan posisi baru selesai mandi, tak sabar ingin membaca novel yang tadi dia beli. Kok berat ya, pikir Vei saat mengambil kantong belanjaannya.

"Hah ini kan novel yang gue simpen tadi, kok bisa ada disini ya?" perasaan dia hanya membeli satu.

"Apa jangan jangan punya Bagas, tadikan dia bilang mau beli novel. Gue telpon aja deh"

Buru buru Vei mencari kontak Bagas lalu menelponnya, untungnya langsung diangkat.

"Gas, kayaknya novel lo ketinggalan di gue deh ini. Soalnya gue cuma beli satu doang tapi disini ada dua"

"Bener kok, itu dua duanya punya lo"

"Hah maksud lo gimana?"

"Gue sengaja beli novel satu lagi yang lo mau"

"Ya ampun Bagas, gak perlu. Besok gue balikin ke kelas lo ya"

"Gak usah, anggap aja itu tanda terima kasih karena lo udah bantuin gue"

"Tapi kan.."

"Udah ya terima aja, bye"

Panggilan terputus, Vei merasa tidak enak. Baiklah besok Vei akan mentraktir Bagas di sekolah.

***

Sudah lima menit berlalu senyum senyum sendiri, Bagas merasa aneh pada dirinya sendiri. Mendengar suara Vei rasanya seperti candu, apakah ia jatuh cinta? entahlah Bagas pun bingung.

"Gue yakin, pasti sekarang Vei ngerasa gak enak karena gue beliin dia novel" ucap Bagas pada dirinya sendiri.

"Selera dia lucu juga, mirip sama Tasya"

Tasya adalah adeknya Bagas, umur mereka hanya berbeda 3 tahun. Bersekolah di SMP Harapan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, biasanya Tasya diantar oleh Bagas ke sekolahnya.

Sekolah mereka berdua pun satu arah, jadi tidak perlu repot repot Bagas mengantarkan adeknya ke sekolahnya dulu baru dia berangkat ke sekolah.

Seperti tahun tahun sebelumnya, setiap ulang tahun Tasya tidak pernah dirayakan. Bukan tanpa alasan, tapi itu adalah permintaannya. Menurutnya ulang tahun tidak harus dirayakan setiap tahun, Tasya hanya ingin ketika umurnya 17 tahun baru dirayakan.

Sementara itu, ada dua anak lelaki tengah asik bermain game PS dan satu anak lainnya sibuk menenangkan pikirannya di balkon kamar.

"Itu si Galen kenapa lagi?" tanya Daniel fokus pada game yang sedang dimainkan.

"Kayak baru pertama liat aja lo, si Galen kan emang suka diem di sono liat pemandangan luar" balas Azka.

"Suasana malam itu emang tenang, tapi ya jangan lama lama diem diluar juga ntar masuk angin"

"Bentar lagi juga masuk dia, biarin aja"

Benar saja tak lama setelah obrolan mereka berakhir, Galen masuk kembali ke kamar sambil menutup pintu balkon.

"Mau gantian main gak?" tanya Azka kepada Galen.

"Males, kalian aja" balas Galen.

"Oke, satu game lagi Niel" ujar Azka menyenggol lengan Daniel disampingnya.

"Gass" Daniel penuh semangat.

Seperti kesepakatan bersama, mereka berdua akan menginap dirumah Galen. Bisa dibilang menemani Galen yang sendiri, sebenarnya Galen tidak minta untuk ditemani tapi karena kedua sahabatnya memaksa jadi mau tak mau Galen mengizinkan.

Sudah menjadi kebiasaan, kedua orang tuanya pergi bekerja dan sibuk bahkan jarang sekali pulang. Sekalinya pulang hanya sebentar jadilah dirumah ini hanya ada Galen bersama satu ART yang bernama Bu Sumi, Galen sendiri sudah menganggapnya seperti ibunya sendiri. Sedari kecil Bu Sumi lah yang selalu menemani Galen.

___

Friendship and Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang