Interlude: Yorka

600 88 92
                                    

Perbedaan dan perubahan itu menakutkan.

──Itu yang kupikirkan, sebelum bertemu denganmu.

──Itu yang kupikirkan, sebelum bertemu denganmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Betapa menakutkannya menjadi berbeda. Dengan kesadaran penuh akan bedanya diriku dengan setiap manusia, akupun jadi takut.

Dengan manusia; orang-orang.

Dan juga dengan manusia; aku.

Sebenarnya hal yang disebut kemanusiaan itu apa?

Banyak yang menuntut hak-nya atas kata tersebut namun sama sekali amat jarang ditemui hal yang benar-benar mencerminkan kata itu.

Terkadang manusia lupa memanusiakan manusia lainnya.

Tatapan guru dan teman-temanku yang lain berkata seolah aku adalah monster, bukan manusia. Jangan begitu, kalau seperti itu, aku juga jadi takut dengan diriku sendiri. Aku bukannya berpura-pura bodoh dan tak acuh akan perbedaan, tapi diabaikan itu menyakitkan.

Jika berpura-pura bodoh dan bersifat sembrono membuatku tidak diabaikan, aku bersedia melakoni peran itu selamanya. Aku hanya tidak ingin diabaikan, lalu terlupakan. Sendirian itu menyakitkan.

Aku membenci rasa sakit dan rasa takut akan kesendirian.

Aku penasaran apakah kamu juga merasakan hal yang sama, (Nama). Tapi jika kupikir lagi, aku hanya dapat mengulas senyuman kecil. Tidak, aku yakin kamu juga merasakan hal yang sama.

Kamu tahu tidak? Kita ini bagaikan simpul kupu-kupu, dimana kita saling mengikat, namun mudah terlepas; hancur.

Kamu setengah jiwaku, harapanku.

Dunia yang bagai terowongan gelap tanpa warna di hidupku menemui cahaya pada ujungnya; keberadaanmu. 

"Jangan terlalu baik padaku, Yorka, itu menakutiku."

"…aku tidak bisa, kau harapanku," kukatakan ini hanya untuk sekadar ungkapan hatiku, (Nama). Lantas, kenapa kamu menangis?

Ah, "kau marah?" Tanyaku.

Mungkin saja kamu menganggap ucapanku sebagai lelucon yang pantas untuk ditertawakan, aku paham jika itu yang terjadi. Tapi realita menyajikan dimana bisa kulihat matamu yang berkaca-kaca.

Kenapa?

"Jangan…"

Jangan… apa?

"Jangan menatapku dengan mata itu…" kuyakin masih ada kelanjutan dari kalimat itu, tapi rasanya kalimat itu hanya bisa berlabuh di lehermu.

𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang