=Teruntuk yang terhormat, Grandmother.
Ini dari Grace Field bagian ketiga, Isabella.Saya sudah tidak membutuhkan Krone lagi. Untuk selanjutnya ketiga anak dengan kualitas premium itu sudah bisa saya tangani sendiri. Saya harap anda mengerti.
Untuk selanjutnya ini mengenai salah satu homunculus 002-003 yang saya besarkan.
Saya putuskan untuk menghentikan pengonsumsian permen yang anda katakan 'dapat membuat manusia mencapai tahap yang lebih sempurna lagi' tersebut. Zat adiktif yang ada pada permen tersebut hanya membuat anak itu kehilangan kesadaran dan mengamuk, takutnya ini akan membahayakan anak-anak di sekitarnya.
Akam tetapi tanpa permen, anak itu tidak lagi bisa membedakan antara realita dan delusi. Hingga demi meminimalisir kemungkinan terburuk yang ada, saya menyuntikkan obat penenang padanya.
Saya menunggu perintah selanjutnya dari anda.
Hormat saya, Isabella.=
── • ──
Usai membubuhkan titik, Isabella mengangkat penanya.
Iris ungu-nya kembali membaca paragraf demi paragraf dari surat yang ia tulis. Tanpa berekspresi apapun ia memegang kertas suratnya dengan kedua tangan, kemudian berdiri dari meja kerjanya. Berjalan menuju ruang rahasia tempat dimana ia biasa melaporkan kondisi dari ladang ternaknya.
Suasana keheningan saat malam hari terkadang dapat membuat beberapa orang merasa was-was saat mendengarnya, berbeda dengan Isabella──
Derap kakinya yang tenang berjalan tanpa ada rasa apapun bahkan ketika ada sepasang mata yang mengamatinya dari satu titik.
Isabella terus melangkahkan kakinya, menuruni tangga, lalu sampai di ruangan bawah tanah.
Surat yang dipegangnya masuk di mesin faks yang ada di ruangan tersebut, suara mesinnya yang turut mengurangi atau menambah keheningan──
Tidak mengubah apapun dari kosongnya malam.Sesaat menunggu, mesin faks itu mengeluarkan kertas. Kertas yang berisi jawaban dari Grandmother langsung.
=Tidak masalah.
Dan tetaplah seperti itu.
Dua atau tiga hari lagi anak itu akan kembali lagi ke tempat dimana ia lahir bersama anak yang satunya.
Jangan lengah, Isabella.
Tertanda, Sarah.=
── • ──
"Santai juga 'ya, padahal aku melihatmu yang sedang melapor── tahu maksudku 'kan?"
Kembali naik keatas, Isabella menutup pintu rahasianya perlahan. Matanya berlabuh pada (Nama) yang berdiri tepat di depannya, pada sang gadis kecil yang bahkan beberapa jam yang lalu terlihat seperti pasien yang kewarasannya hilang. Isabella tersenyum.
"'-Mu?' Cara berbicara yang benar pada orang tua itu tidak seperti itu, (Nama). Terlebih lagi pada Ibumu." Ia berujar, memberi nasihat seperti seorang Ibu pada umumnya.
(Nama) ikut tersenyum, "Benarkah? Aku minta maaf, Mama. Obat penenangmu benar-benar membuat pikiranku jadi lebih jernih." Ujarnya sarkas. "Aku bertanya-tanya 'kenapa baru sekarang seperti ini?' Kepalaku berdentum hingga kukira kepalaku sudah meledak, tanpa sadar ternyata aku memang sudah ketergantungan dengan permen itu── sejak dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝
Fanfictionrandom-up. x Reader. Rembulan, Dialah Sang keindahan di tengah misteri kelam nan sepi. Arutala © dwiyshren Promised Neverland © Kaiu Shirai/ Posuka Demizu · Just in case, manatahu ada yang bertanya soal credit dari beberapa art yang keliatan 'UWNSJH...