III. After Dusk (3)

3.7K 675 325
                                    


────•·•────

Dagangan.

Daging manusia.

Peternakan.

Panen berkualitas.

Akhirnya aku paham akan tatapan beliau ketika menatap kertas gambaran Conny. Alasan mengapa selalu ada yatim-piatu yang terus berdatangan, ataupun nomor yang tersemat dileher kami.

Kami semua yang terlahir sebagai yatim-piatu adalah ternak.

Dan nomor aneh dileher ini adalah nomor produksinya.

Aah.. Sial.. Membuat leherku gatal saja.

Emma bersimpuh, dadanya naik turun kehabisan napas setelah berlari. "Anak itu bukan Conny 'kan?" ia tersenyum dengan tatapan kosong, berharap yang dilihatnya tadi hanyalah mimpi buruk.

Menghempas realita yang ada, kamu memberi pernyataan. "Itu memang Conny." dengan nada datar.

Tangisan Emma memecah seketika.

Norman menatapmu ragu, dengan tatapan yang berkata 'jangan-ditegaskan-seperti-itu!'

Kamu membalasnya tajam, "Lalu apa? Memberinya harapan semu dan berkata 'tenang saja, itu hanyalah mimpi buruk semata', begitu maksudmu?" ujarmu sarkas. Kamu mendengus.

Menggelikan.

Kamu kembali berkata, "Bodoh sekali. Harusnya ketika kalian mendengar suara langsung saja lari." menghindari tatapan mereka, kamu memalingkan wajah.

Tunggu, berapa jarakmu dengan mereka berdua? Oh, dua meter..

Oke kalau begitu kamu mundur satu meter lagi.

Jujur, kamu juga marah. Tidak, kamu benar-benar marah, sangat. Tidak ingin bermaksud jahat pada Emma dan Norman, kamu juga turut bersimpati atas Conny yang..

Tanganmu mengepal. Kamu bahkan masih ingat dengan jelas pemandangan yang sangat kamu sesali itu. Tapi daripada Conny, sebenarnya kamu lebih bersimpati pada anak itu,

Don yang malang.

Kamu tidak tahu lagi kesedihan seperti apa yang akan Don rasakan jika tahu Conny yang ia kira hidup bahagia di dunia luar, kini telah dijadikan makanan dari makhluk-makhluk yang eksistensinya seharusnya tidak ada di dunia ini.

Kamu bergumam kecil, "Don.."

Diam-diam kamu melirik pada dua orang itu.

Emma dan Norman menangis.

Entahlah, mungkin mereka sedang menangisi Conny yang mereka lihat beberapa waktu lalu. Kamu bersungguh bahwa kamu juga turut bersedih.

Tapi betapa terkutuknya kamu yang bahkan setetes air matanya pun tidak mengalir?

𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang