V. Eyes and Ears (2)

3.5K 666 367
                                    

·


────•·•────

"Gochisousama." Isabella menunduk-- menyatukan kedua tangan, dan memejamkan mata berdoa.

Yang diikuti pula dengan anak-anak lain.

"Gochisousamadeshita!"

Sarapan sudah usai, lalu sekarang waktu apa?

Tentu saja, ✨ m e m b e r s i h k a n ✨

(Nama) masih terdiam di kursinya. Disaat anak-anak lain sudah beranjak, ia masih tetap bergeming.

Matanya memantulkan kekosongan. Entah kenapa ia merasakan firasat buruk.

Hari initidak bagus, batinnya.

Benar-benar, ini masih pagi. Harusnya suasana hatinya terasa sejuk, tapi perasaan aneh ini membuatnya gelisah. Padahal masih pagi.

"(Nama), ayo kesini sebentar."

(Nama) mendongak, menatap Isabella yang tersenyum simpul memanggilnya di pintu ruang makan.

•·•

(Nama) menatap sapu yang ia genggam.

Kepalanya kembali memutar kejadian beberapa hari yang lalu.

"Aku membutuhkan bantuan kalian." Isabella tersenyum hingga matanya menyipit.

"Bisakah kalian membersihkan kamar kosong disamping kamar kalian? Disana terdapat banyak barang dan debu, tapi aku tidak bisa membersihkannya sendiri."

Firasat buruknya benar ternyata. (Nama) memasang wajah jutek, merepresentasikan sedikit dari rasa amarahnya.

Kesalahan macam apa yang (Nama) harus lakukan hingga ia yang pemalas ini harus melakukan kegiatan bebersih? Walau ia tidak sendirian, tapi tetap saja--

Kenyataan yang tidak masuk akal ini membuat (Nama) ingin mengamuk.

Kamarnya untuk apa?!

Tidak ada penghuni di rumah ini yang akan memnggunakan kamar itu jika pun mau digunakan!

Tunggu--

Kecuali jika saja ada penghuni baru--

"Arrgggh!-- aku ingin keluar!! Aku ingin bermaiin!!"

Pikiran (Nama) terbuyarkan. Ia menatap Don yang mengerang frustasi karena tidak dapat bermain, sehabis itu mengabaikan Don dan kembali menyapu lantai kayu yang berdebu. Suara langkah yang berderap dengan lantai kayunya pun berderit, menunjukkan umur dari bangunan rumah.

"Siapapun katakan padaku! Kenapa kita harus melakukan ini?! Mama tidak mengatakan apapun lalu seolah menghukum kita!"

Wajah (Nama) makin menggelap. Ia menggenggam erat gagang sapunya.

Hukuman?

Benar juga. Dia ke gerbang lima hari yang lalu.

Sebentar, jangan diingat lagi. Lupakan.

𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang