•
────•·•────
"Sial!"
'Buk!'
Memukul pohon guna menyalurkan rasa frustasi, pemuda kecil bersurai platinum-blonde itu tersadar,
Betap naifnya mereka-- Ralat,
Betapa naifnya dia.
•·•
"K-kalau begitu, kita harus bergegas menghubungi markas pusat--"
"Tidak perlu, aku sudah mengetahuinya. Ada tiga anak yang mengetahuinya-- lebih tepatnya, mereka pergi ke gerbang."
"Jadi… apa yang akan anda lakukan?"
"Untungnya, satu dari mereka itu pasif, tapi tetap saja-- kita harus membungkam mereka hingga waktu pengiriman yang sudah di tentukan."
·
Masih dihari dimana Krone tiba di Grace Field.
Ini sudah larut malam, dimana semua orang sudah terlelap dalam tidurnya.
Tapi tidak dengan Norman.
Pemuda kecil itu terduduk dikasurnya, mengepalkan tangan dengam raut wajah datar dengan sedikit amarah didalamnya.
Norman harus bergegas. Dia sudah nyaris berada diujung kekalahan sekarang.
Nyaris,
Dan diujung.
Pfft--
Benar-benar…
Ini menggelikan.
Terlalu menggelikan hingga Norman bingung harus tertawa atau menjerit marah atas skakmat yang dialaminya.
Norman benci ini.
Lantas apa bedanya? Kata nyaris pun seolah membuatnya merasa di posisi terendah.
Dia kalah.
Dia naif.
Dia masih kalah jauh.
Betapa cerobohnya ia tidak menyadari rencana Isabella…
Sial!
Sial!
SIAL!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝
Fanfictionrandom-up. x Reader. Rembulan, Dialah Sang keindahan di tengah misteri kelam nan sepi. Arutala © dwiyshren Promised Neverland © Kaiu Shirai/ Posuka Demizu · Just in case, manatahu ada yang bertanya soal credit dari beberapa art yang keliatan 'UWNSJH...