.
────•·•────
Ketika aku tertidur, aku bermimpi.
Ada suara yang menggema, mengucapkan kalimat terhadap si gadis kecil yang terbingung,
"Dia adalah noda dari keluarga ini!!"
"Lenyapkan eksistensi cacat itu!! Dia tidak pantas!!"
Aku yakin, gadis kecil itu terlalu lugu untuk mengerti kalimat-kalimat yang dimaksudkan padanya.
Tapi disisi lain aku bertanya-tanya...
Apakah mereka itu benar-benar manusia? Atau hanya sekedar rupa saja?
Aku tidak mengharapkan apapun.
Tidak satupun.
──────────────────
·
·
·
·
⌜Masih di tempat, posisi, dan waktu yang sama.⌟
Percakapan mereka terisi kekosongan sejenak.
Dengan iris hijau gelapnya, Ray menatap (Nama) yang berdiri diatas pohon.
Selalu kosong.
Selalu hampa.
Lagi-lagi tiap kali ia melihat mata gadis itu, refleksinya selalu sama.
Gadis itu balas menatap tatapan Ray. Dilihat jeli ingin membuka mulut, namun seolah tertahan ia kembali merapatkan bibir.
"Kau ini sebenarnya dimana, (Nama)?" Ray sekali lagi berujar, bertanya lebih tepatnya.
Ray geram, namun penasaran disaat yang sama. Bukannya mereka ini adalah saudara? Walaupun tidak terhubung ikatan darah-- tidakkah mereka semua itu tetap saudara?
Tapi mengapa tiap kali Ray melihat iris gadis itu kala didekati samasekali tidak membuatnya tidak bergeming? Apa (Nama) tidak menyayangi semua saudara-saudaranya? Padahal gadis itu melihat mayat Conny disana 'kan? Apa (Nama) memang tidak mengganggap mereka sebagai adik-adiknya sebagaimana mereka mengganggap (Nama) adalah kakak tertua mereka?
Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat. Benar-benar tidak sesingkat itu, jika tidak maka Ray tidak akan menahan dirinya dengan segenap kesabaran untuk tidak menyemburnya dengan amarah yang menyesakkan dada ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝
Fanfictionrandom-up. x Reader. Rembulan, Dialah Sang keindahan di tengah misteri kelam nan sepi. Arutala © dwiyshren Promised Neverland © Kaiu Shirai/ Posuka Demizu · Just in case, manatahu ada yang bertanya soal credit dari beberapa art yang keliatan 'UWNSJH...