XVIII. Night Without Moon.

1.4K 322 41
                                    

Suara kekanak-kanakan itu berseru, "Yasudah, (Nama) 'kan tidak pernah menangis, jadi (Nama) menangis saja sepuasnya! Tapi kalau sudah menangis, (Nama) harus banyak-banyak senyum!"

Tangisanku kian histeris, seiring kuucapkan banyak maaf yang entah untuk siapa. Aku tidak memohon pengampunan── meminta maaf agar dimaafkan, aku meminta maaf untuk tidak dimaafkan.

Ini hanya sekadar pengingat sebagai penyesalan yang akan dibawa hingga mati.

"Maafkan aku..."

"Aku salah, maaf."

Terlahir ke dunia juga sudah suatu kesialan, lebih sialnya lagi aku terlahir duakali.

Aku makhluk pendendam nan dengki, lebih banyak membenci dibanding merasa bersyukur. Dua kehidupan tidak membuat perasaan untuk setengah mati membenci ini luntur.

Aku benci Mama yang memperlakukanku seperti bonekanya, padahal aku manusia...

Aku benci Ibu yang membenciku lalu menenggelamkanku hingga mati, padahal aku adalah anak yang ia lahirkan dari rahimnya sendiri...

Aku benci orang dewasa.

Aku benci diriku sendiri.

Rasa benci dan penyesalan ini membuat dadaku semakin sesak, seolah ada batu besar yang menghantam.

Aku... tidak tahu lagi.

────•·•────

"!!"

"!!!"

Teriakan beruntun yang teredam dinding demi dinding membuat bahu (Nama) sedikit terangkat, gadis itu tahu Sherry pasti tidak mendengarnya dilihat dari bahasa tubuh yang tidak mengartikan apa-apa.

(Nama) tahu suara siapa itu, dan dimana posisinya.

Sungguh terkutuk. Di sisi lain gadis itu turut mengumpati dirinya yang terlalu denial hingga menipu diri sendiri.

Mata merah yang semula menatap kosong tersebut kini kembali memperlihatkan fokusnya perlahan, rasionalitas kembali pada akalnya.

Betapa mengerikannya realita yang dihadapinya ini. Membuat (Nama) berandai-andai jika realita yang sedang dihadapinya ini hanyalah sekadar ilusi.

Gebrakan pada pintu, langkah demi langkah yang terkesan buru-buru...

Mengartikan situasi terdesak.

Ini mencurigakan. Terlalu gegabah. Ketenangan diantara trio semesta saat mendengarkan kata 'adopsi' merupakan kemustahilan, apalagi semenjak Emma yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi itu tahu. Tidak mungkin tidak ada sesuatu.

Terlebih Isabella sudah melakukan tarik-ulur-bungkam kepadanya.

Apa yang terjadi?

Tunggu... kepadaku...? Jika sudah denganku, siapa yang akan dibungkam selanjutnya?

Tidak, yang lebih penting── dimana Krone?

Tubuh (Nama) terserang tremor mendadak.

Krone tersingkirkan.

Dengan gerakan cepat (Nama) memegang kedua bahu Sherry sembari berujar, "Sherry, maafkan aku, bisakah kau bermain dengan Phil dulu?"

Sherry tidak bertanya, hanya mengangguk kemudian tersenyum lebar, "Aku mengerti!"

Untuk terakhir kalinya, (Nama) menepuk puncak kepal Sherry dengan senyuman simpul. Setelahnya ia pergi seolah sedang berburu dengan waktu.

"Anak baik, tumbuhlah dengan baik pula."

𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang