𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝

XXIV. 002-003 (6)

"Pernah serangan 'angin ilahi', tidak?"

Gloriem memegang dagunya, selagi matanya menatap menerawang ke ujung lorong.

Ia berpikir.

Tap tap tap…

Bocah mana mungkin jadi seorang laskar yang turun di medan perang, apalagi bocahnya perempuan.

Kalau begitu… berarti─

"Wah, kau ini tua ternyata," Gloriem berujar tiba-tiba.

Alis (Nama) berkerut, "Kau sebut usia sebelas tahun 'tua'?"

Aneh.

Gloriem berdeham, "Tidak, bukan usiamu, tapi asalmu."

"Saat itu sudah berlalu seabad yang lalu, kau tua, (Nama)."

(Nama) ikut menaruh pandangan ke arah depan, tidak lagi menatap wanita itu, "…Kau mempercayai bualanku?"

Wanita itu membalas dengan tak acuh, "'Loh, itu bualan? Bagiku tidak 'tuh,"

Anak itu kemudian menipiskan bibirnya, "Lalu kenapa kau tidak bertanya 'kenapa'?"

(Nama) pikir… akan ada kata 'kenapa' saat ia mengatakannya.

Bukannya memang seperti itu? Orang-orang akan selalu bertanya, agaknya hal itu sedikit menyebalkan bagi (Nama)

Gloriem terdiam sejenak sebelum membalas, mungkin tengah memikirkan sesuatu.

"…dengarkan aku, bocah nakal."

"Aku bukan orang yang acuh untuk bertanya 'kenapa', pun aku terlihat peduli, kurasa itu omong kosong,"

──terkadang, manusia bertanya hanya karena penasaran, bukan peduli."

Gloriem menoleh pada (Nama),

"Dari tatapanmu, kau terlihat seperti ingin mengubur hal itu sampai mati, bukankah seperti itu?"

Anak itu tertegun,

…kubur sampai mati, huh?

─

Gloriem tidak salah, kamu memang berniat untuk mengubur ingatan itu sampai mati.

Tapi dirimu merupakan seorang penakut. Rasa takut itu membuat ingatan yang ingin kamu kubur itu selalu membayangimu.

Kamu memejamkan mata sejenak.

Terlalu menakutkan. Siluet ibu kandung Amane disaat sebelum Amane mati kembali berbayang.

"Jangan menangis!"

Wanita itu memegang bahu Amane, ia memasang raut wajah tegas bersamaan dengan matanya yang menatap nanar.

"Semuanya akan berakhir dengan cepat." Tangan wanita itu kemudian naik ke lehernya.