II. After Dusk (2)

4.1K 696 341
                                    


────•·•────

[ Keesokan harinya, 12 Oktober 2045 ]

"(Nama)! Lihat ini! Aku berhasil menghabiskan sayurku!"

Kamu panik seketika. Hah? Kenapa tiba-tiba Phil menghampirimu? Apa kamu membuat masalah dengannya? Maksudnya? Apa dia mau melemparkan piring kotornya ke wajahmu? Wajahmu memucat karena takut sekaligus panik. Disela panikmu, kebetulan kamu dan Phil saling bertatap mata. Mata anak itu jernih, penuh akan rasa penasaran yang polos saat menatapmu. Kamu memalingkan wajah dengan cepat, matanya menakutkan --setidaknya bagimu.

Apa-apaan ini? Kenapa dia menatapmu begitu? Apa kamu mencuri barang miliknya tanpa kamu sadari? Saat kamu kembali menatap Phil, tatapan matanya masih sama. Refleks, tanganmu terangkat ragu-ragu, menyentuh pucuk kepalanya.

Menepuk kepalanya pelan beberapa kali, kamu berkata, "Anak pintar." lalu beranjak pergi membawa piringmu dan piring anak-anak lain menuju keran. Dengan sedikit terburu-buru.

Phil termangu sembari memegang kepalanya dimana kamu menepuknya. Matanya berkilau kagum sembari bergumam kecil.

Namanya adalah (Nama). Si gadis bertubuh jangkung yang pendiam. Dialah gadis yang selalu dipandang sebagai seorang figur kakak di Grace Field. Namun sayang..

Hampir semua anak-anak disana merasa takut-- lebih tepatnya segan pada gadis itu.

Waktu bebas.

Jadwal dimana anak-anak bebas melakukan apapun yang mereka ingin lakukan dari pukul dua siang hingga senja. Seperti di hari-hari sebelumnya, 30 dari 39 anak akan bermain entah itu kejar-kejaran atau petak umpet diluar pekarangan panti yang sangat luas.

Sembilan anak yang tersisa sendiri adalah delapan balita yang belum dapat berjalan dengan baik, dan juga (Nama) yang duduk memegang flute miliknya sembari menatap anak-anak yang berlari dari tangga teras rumah. Sekedar berbincang singkat mungkin tidak masalah baginya, tapi jika kelamaan gadis itu akan takut sendiri terlebih lagi jika menjadi pusat perhatian.

Ah, betapa nolepnya gadis itu.

Bukan diskriminasi. Sebenarnya anak-anak lain juga ingin berinteraksi pada (Nama), entah itu mengajaknya berbicara ataupun mengajaknya bermain bersama. Hanya saja..

Bagi anak-anak lain cara (Nama) memandang seseorang itu sangat acuh. Tidak luput dari ekspresinya yang selalu datar disetiap saat.

Seolah tidak memedulikan apapun disekitarnya.

"Aku tidak akan seperti yang lain. Aku akan menulis surat, untuk semuanya. Mama juga, dan (Nama) juga." Conny menatap saudaranya satu-persatu.

Wah, mungkin (Nama) akan mengusap airmata terharu karena namanya disebut jika saja ia mendengar ini.

Sesi kedua dari permainan kejar-kejaran itu berakhir dengan Norman yang ditangkap Emma. Dan entah kenapa beberapa dari mereka semua malah berakhir di pagar pembatas.

Conny kembali berujar. "Ketika meninggalkan rumah ini, aku ingin menjadi seorang Ibu seperti Mama. Lalu dengan begitu, aku tidak akan membiarkan adanya anak yang terlantar seperti yang (Nama) katakan."

𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang