38. Cemburu?

807 81 20
                                    

Enjoy Your Reading Guys!
🖤🤍🖤🤍🖤


“Kau tidak mau pulang bersama-ku James?”tanya Yim memastikan.

Pada James sang teman.

Keduanya telah menyelesai-kan tugas mereka, tepat pada pukul empat sore.

Tentu saja dengan tidak melewat-kan jam makan siang, kalau sampai melewatkan-nya, sudah pasti Net akan marah pada kedua-nya.

Teman-teman mereka yang lain ada yang masih berada disini, sedang-kan mereka memilih untuk langsung pulang saja.

Berjalan berdampingan dikoridor, menuju  gerbang utama.

James tersenyum tipis, kepalanya menggeleng pelan.
“Tidak Yim, Phi Net sudah bilang akan menjemput-ku,”

Yim mendengus pelan mendengarnya.
“Aku jadi tidak yakin, kalian bersama hanya karena itu.. Ku rasa.. Kalian bersama memang karena—”

“—Henti-kan Yim, jangan membuat-ku semakin berpikiran jauh, kau tahu? Ketika kita bereskpetasi tinggi, tapi realita tak sesuai dengan ekspetasi kita, itu sangat-lah sakit, jadi diam, sebelum aku sakit hati karena fakta itu..”sela James, menghentikan ucapan Yim sang teman, perihal dirinya juga Net.

Raut wajah-nya menyendu, Yim jadi tidak enak.

Bergerak merangkul hangat bahu sempit James, Yim tersenyum tipis.
“Maaf-kan aku James, aku tidak bermaksud seperti itu.. Tapi percaya-lah, takdir tidak ada yang tahu bukan?”hibur-nya.

Yim mengerti perasaan James, oh ayolah, mereka berteman tidak-lah sebentar.

James itu sudah seperti saudara baginya.

“Aku tidak apa-apa Yim, kau ini! Cepat-lah mencari kekasih, agar kau ada pasangan nanti-nya,”aju James, hingga membuat Yim tercengir lucu.

“Kau tenang saja! Aku pasti menemukan-nya,”katanya percaya diri.

Keduanya tertawa bersama, hingga tidak terasa, kini sudah tiba didekat gerbang utama.

Yim dengan segala pengertian-nya, rela menemani James sampai disini, padahal dirinya nanti harus putar balik lagi menuju parkiran difakultas mereka, yang jaraknya cukup jauh.

“Sepertinya Phi Net belum datang James..”kata Yim, dengan mata yang melirik kesana-kemari pada luar gerbang.

“Mungkin dia terjebak macet Yim, ini jam-nya orang pulang kerja bukan?”tanggap James.

Mendapat-kan anggukan setuju dari Yim.
“Kalau begitu aku temani menunggu ya!”

James menggeleng-kan kepalanya cepat.
“Tidak-tidak, kau pulang saja Yim, sudah cukup mengantar-ku sampai disini, kalau kau menemani-ku, kau semakin lama pulang-nya, bagaimana kalau Paman dan Bibi mengkhawatirkan-mu?”tolak James halus.

Yim merengut tipis mendengarnya.
“Karena kau tidak mau aku temani... Bagaimana minggu depan kau menemani-ku pergi nonton konser?”

James ternganga dibuat-nya.
“Nonton konser siapa?”tanya-nya dengan dahi yang menggernyit heran.

Yim menyipit-kan matanya, seulas senyuman misterius-nya terbit pada wajahnya yang tak kalah putih seperti James.















𝐒𝐡𝐞'𝐬 𝐌𝐲 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐖𝐢𝐟𝐞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang