Bab 2

1.7K 149 6
                                    


Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, tanggal dan salah satu kejadian di dalam cerita itu sama sekali tidak disengaja.

Harap bijak dalam membaca, luangkan waktu untuk vote, komentar dan follow.

-Selamat membaca kisah Septian In September.

***

Galvin yang tengah duduk di kursi meja makan itu tidak berhenti tersenyum simpul saat beberapa kali mendapati balasan pesan dari kakak kesayangannya itu. Lisna yang mengetahui kesenangan sang anak ikut merasakan kesenangan tersebut, bahwa Lisna juga senang akan bertemu dengan anak sulungnya yang sudah hampir dua bulan berada di luar negeri.

"Seneng banget, Kak?" tanya Lisna memberikan satu piring berisi pudding yang sebelumnya sudah Lisna buatkan dari siang hari.

"Wah, Bunda kapan bikin puding nya?" Bukannya menjawab pertanyaan Lisna, Galvin malah menanyakan hal lainnya.

Lisna terkekeh melihat reaksi Galvin yang selalu antusias jika berhadapan dengan makanan kesukaannya, puding.

"Tadi siang, Kak. Pas kamu lagi tidur," tukas Lisna.

Lisna menarik kursi yang ada di samping Galvin, niatnya Lisna akan menemani Galvin untuk memakan pudding tersebut sekalian bercekrama dengan anak nya yang sudah mulai tumbuh dewasa.

"Pasti enak," sahut Galvin mengambil sendok dan mulai memakan pudding tersebut dengan rasa antusias yang penuh.

Puding is my life.

"Enak dong kan bikinan Bunda," tukas Lisna tangannya terarah untuk membenarkan rambut sang anak yang mulai panjang itu.

"Kak beberapa hari lagi kan kamu Mos alangkah baiknya sebelum itu rambutnya di potong dulu ya?"

Dengan mulut yang penuh oleh pudding Galvin menganggukan kepalanya. "Niatnya juga gitu kok, Bun."

"Baguslah. Jadi Abang Dero kapan ke rumahnya?" tanya Lisna.

"Sebentar lagi palingan habis magrib katanya ada berkas yang harus dia cek dulu, biasa lah orang tersibuk sedunia," cerocos Galvin.

"Yasudah mungkin setelah ini Bunda mau langsung masakin makanan kesukaan Abang Dero. Kak pacar Kakak jadi ke rumah gak?"

Galvin mengangguk. Semalam Galvin bercerita kepada Lisna bahwa sang kekasih akan main ke rumahnya besok hari dan ternyata Lisna menunggu kedatangan kekasihnya.

Alangkah bahagianya Galvin mempunyai orang tua yang baik seperti Lisna, apalagi Lisna bisa menerima kekasihnya yang baru saja menginjak kelas tiga SMA.

"Jam segini baru udah pulang kok sekolahnya, kayaknya mau Kakak jemput deh, Bun."

"Jemput lah, Kak." Galvin menganggukan kepalanya, tangan kanannya meronggoh saku celana yang ia pakai. Dikeluarkan lah hp canggih keluaran baru milik Galvin.

Si cantik
|Kakak gak usah jemput, aku udah di jalan pake gojek.|

"Bun ternyata pacar Kakak udah di jalan," adu Galvin kepada Lisna.

"Iya kah?" Galvin mengangguk.

"Kakak mau mandi dulu deh, Bun. "

"Iya gih mandi dulu masa ketemu kekasih gak mandi, malu-maluin kamu, Kak," kekeh Lisna.

***

"Lea barusan banget keluar nya, emang gak papasan sama kalian?" tanya wanita paruh baya bernama Hanna, orang tua dari Lea.

Septian dan Rafka secara bersamaan menggelengkan kepalanya, sejak masuk ke perumahan Lea mereka tidak berpapasan dengan Lea. Entah jika mereka berpapasan tapi tidak saling menyadari.

Septian In September || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang