"Sep jangan pernah takut kedepannya bakalan bagaimana, kita tetap akan menjadi saudara," sambung Galvin saat mendapati Septian yang sedari tadi hanya diam mendengarkan perkataanya tanpa ada membalasnya.
Septian tetap diam merasa bahwa apa uang Galvin katakan adalah sebuah kebohongan. Septian belum bisa memegang omongan Galvin karena rasa kecewanya kemarin tentang Lea.
Tahu betul Galvin seperti apa. Tipikal orang yang mudah berubah, itu lah yang Septian tahu tentang Galvin setelah hampir seumur hidupnya bersama Galvin.
"Sep.."
"Gak ada manusia yang gua percaya, Kak. Semuanya terlihat jahat dimata gua," balas Septian.
Galvin bungkam.
"Sorry." Septian memaksakan senyumnya dan berusaha menoleh ke arah Galvin, melihat itu Galvin meringis miris.
"Terlepas dari itu gua tetap bangga pernah jadi bagian keluarga ini, Kak. Gua bangga jadi adik lo, gua bangga jadi Adik nya Bang Dero. Gua bangga jadi anak Bunda sama Ayah, tapi gua juga sakit jika ujungnya seperti ini," tugas Septian.
"Selamanya lo akan tetap jadi bagian keluarga ini, Sep. Lo adik gua, gua gak mau lo beranggapan bukan siapa-siapa di sini," balas Galvin menatap Septian, Septian mengalihkan pandangannya.
"Gua gak mau banyak merepotkan, Kak. Mungkin setelah ini gua mau kembali ke Panti as---
"Sep lo jangan ngadi-ngadi deh. Lo pikir gua, Bunda, Ayah sama Bang Dero gak sayang sama lo? Mereka sayang, Sep. Gua sayang sama lo. Lo pikir gua bakal diem aja ngelihat lo putus asa kayak gini? Nggak, Sep." Septian bungkam.
"Ayo turun! Di bawah ada Bunda, Ayah sama Bang Dero, kita ngobrol." Septian menggepalkan kedua tangannya, ada apa Galih dan Dero ke sini hanya untuk menemuinya.
"Ayo.. jangan pernah takut. Kenyataan pahit itu harus di hadapi, lo juga gak send--
"Dua tahun kemarin gua sendirian, lo kemana? Kenapa sekarang belaga sayang sama gua, Kak? Apa karena lo tahu gua anak yang di buang?" ujar Septian merasa bahwa semua orang di dunia ini mempunyai perasaan palsu terhadapnya.
Galvin berdecak kesal. Bagaimana mungkin Septian bisa berpikir seperti itu? Galvin benar-benar menyayanyi Septian layaknya seorang kakak yang menyayangi adiknya.
"Sep.. ayo turun. Bukannya lo mau ketemu keluarga kandung lo?"
***
Rafi hanya bisa menghela nafas kasar melihat Rafka yang sejak semalam hanya terdiam, Rafi belum bisa mengerti dengan apa yang ada di pikiran Rafka tentang menerima atau tidak menerima.
Selamam Rafa datang kepadanya untuk menjelaskan semuanya, kini Rafi tahu bahwa anak yang selalu bersama anaknya itu adalah anaknya juga yang tidak lain adalah kembaran Rafka.
Bagaimana mungkin sebagai Ayah, Rafi tidak merasakan peka sedikitpun akan kehadiran Septian di sampingnya?
Rafi sangat kaget mengetahui fakta yang sangat mengejutkan tentang Septian, bukan hanya Rafi sendiri melainkan Firda. Firda yang pernah melakukan kesalahan pun langsung menangis mengetahui hal itu, dengan terburu-buru Firda sangat ingin bertemu langsung lagi dengan Septian. Tentu pertemuan seorang Ibu dengan anaknya yang lama di anggap sudah hilang.
Jika kaliam menyangka Rafka telah mengetahui bahwa Septian adalah kembarannya, maka kalian salah. Mereka belum memberitahukan itu kepada Rafka.
Sebagai anak tunggal sejak, membuat Rafi dan Firda takut dengan respon yang akan di berikan Rafka.
Apalagi saat tahu jika kembarannya adalah sahabatnya, tentu saja sahabat yang sangat Rafka sayangi.
"Kamu udah siap ketemu dia, Kak? " tanya Firda kepada Rafka yang sedang melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian In September || END
FanfictionIkut serta dalam project 30 day writing challenge with sassi & Semesta Rasi "Hubungan yang sesungguhnya adalah ketika sama-sama sudah tidak saling berada di rumah yang sama." Zelvanio Manuella Septian, harus menelan semua sakit yang di layangkan ked...