Bang Dero
|Mau sampai kapanpun kamu tetap jadi adik Abang, Sep.|Dero mengusap wajahnya dengan kasar, hati nya sakit membaca pesan yang di kirimkan oleh Septian beberapa menit lalu. Itu artinya Septian sudah mengetahui semuanya.
"Kenapa harus serumit ini Ya Tuhan," gumam Dero. Tidak menyangka bahwa kisah yang selalu Dero lihat hanya ada di dunia sinetron terjadilah di dalam keluarganya sendiri.
"Septian, Abang gak bisa bayangin bagaimana sakitnya menjadi kamu," ucap Dero.
Dero berdiri berniat untuk menghampiri Galih di ruang kerjanya, Dero tidak akan membiarkan Galih terus seperti ini kepada Septian yang tidak mempunyai salah apapun kepadanya.
"Ayah," panggil Dero membuka pintu kerja Galih tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu membuat Galih sedikit terkejut karena kedatangan anak sulungnya.
Tanpa basa-basi lagi Dero duduk di depan Galih dengan tatapan yang tidak bisa Galih pahami makna dari tatapan tersebut.
"Septian sudah mengetahui semuanya, tentang siapa dia dan tentang siapa kita di hidupnya," tukas Dero to the point.
Galih menghembuskan nafasnya.
"Syukurlah jika anak itu sudah tidak hidup dalam lubang kebohongan lagi," balas Galih seadanya.
"Ayah gak sepatutnya membenci Septian, Septian gak tahu apa-apa, Yah. Septian sendiri tidak pernah menyangka bahwa ia bukan anak kandung Ayah sama Bunda," ujar Dero.
"Yang salah itu ada di Ayah. Katanya Ayah bakalan marah jika anak yang di kandung Bunda tidak berjenis kelamin laki-laki, Ayah juga akan marah jika anak yang Bunda kandung itu kenapa-kenapa. Itu lah kenapa Bunda mencari jalan lain untuk menyembunyikan sesuatu perihal anak nya yang meninggal, karena Bunda itu takut sama Ayah," jelas Dero membuat Galih terdiam.
"Kalau sejak awal Ayah tidak menenkankan bahwa Ayah ingin anak laki-laki lagi, jika sejak awal Ayah tidak membuat Bunda takut kejadian ini gak bakal ada di keluarga kita, Yah." Ucapan Dero menyambung.
"Septian tidak akan ada di keluarga kita, Yah. Septian akan lebih baik mendapatkan keluarga yang lebih baik dari kita dan Septian tidak akan terluka karena kita. Kenapa, Yah? Kenapa anak yang tidak tahu apa-apa harus di benci? Harus di sakitin?"
Dero benar-benar tidak bisa lagi menahan emosinya yang mulai meronta-ronta minta di keluarga berharap Galih mau mengerti. Sudah seharusnya Galih mengerti karena mau bagaimana juga Galih adalah orang yang paling dewasa, jika Dero saja bisa mengerti dengan takdir yang mereka jalani kenapa Galih tidak.
"Dero tahu Ayah itu orang baik."
Galih masih bungkam mencerna semua apa yang keluar dari mulut anak sulungnya.
"Septian hanya punya kita, Yah. Dia gak tau siapa orang tua nya karena kita adalah keluarganya. Ayah Dero mohon, jangan menyakiti Septian lagi. Ayah harus paham bahwa yang salah itu bukan Septian," ucap Dero memohon.
"Stop penyakiti Septian melalui fisik atau pun batinnya, dia harus bahagia, Yah. Selama dua tahun terakhir ini hanya sakit dan sepi yang Septian rasakan, dan sekarang Septian harus kehilangan arahnya. Apa Ayah akan setega itu kepada anak yang pernah sangat Ayah sayangi?"
Galih bungkam.
"Mungkin Bunda memang salah, tapi Ayah juga gak harus di benarkan. Kita bisa kembali bersama lagi jika kita semua mau menerima kenyataan dan berdamai dalam hidup yang kita jalani, Yah. Ayah sayang Bunda, kan? Sayang Dero sayang Galvin? Ayah juga sangat sayang Septian, Ayah hanya kecewa kan?"
"Dero gak maksud so dewasa di sini, Dero hanya ingin semuanya baik-baik lagi seperti semula."
***
Rafka menghela nafas kasar karena melihat Septian sejak pagi sama sekali tidak mengeluarkan suara kecuali hm, ya, oh hanya itu saja yang Septian keluarkan dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian In September || END
أدب الهواةIkut serta dalam project 30 day writing challenge with sassi & Semesta Rasi "Hubungan yang sesungguhnya adalah ketika sama-sama sudah tidak saling berada di rumah yang sama." Zelvanio Manuella Septian, harus menelan semua sakit yang di layangkan ked...