Bab 1

3.4K 171 9
                                    

Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, tanggal dan salah satu kejadian di dalam cerita itu sama sekali tidak disengaja.

Harap bijak dalam membaca, luangkan waktu untuk vote, komentar dan follow.

-Selamat membaca kisah Septian In September.

***

1 september

Septian menghela nafas panjang melihat kalender yang tertera di tembok kamarnya. Septian ingat ada apa dibalik tanggal satu di bulan september itu. Bulan dimana ia di tinggalkan seakan hadirnya di dunia ini tidaklah ada artinya.

Satu tepukan dibahu nya membuat remaja berfostur tubuh 1,78 m itu menoleh dan mendapati sahabatnya yang sedang tersenyum simpul ke arahnya.

"Udah dua tahun. Apa ada luka lo yang udah terobati karena waktu? Dua tahun bukanlah hal yang singkat buat lo menggobati luka lo 'kan, Sep?"

"Gua butuh ratusan tahun lagi buat ngobatin luka gua, Raf," tukas Septian berjalan mengambil tas berwarna hitamnya.

Rafka menghela nafas pelan. "Mau ke Coffe setelah pulang sekolah?" Rafka menawarkan.

"Lo gak ada kerjaan lain kecuali ngajakin gua ke Coffe, Raf?" Rafka terkekeh.

"Nggak ada," balas Rafka dengan acuh.

Yang Septian lakukan hanyalah memutarkan bola matanya dengan malas. Tabiat sahabat satu-satunya itu memang seperti itu.

Selama ini Rafka lah temannya yang paling bisa ia andalkan, perihal yang lainnya Rafka lah yang paling mengerti dengan isi hatinya.

"Ayolah, Sep. Kayaknya gua perlu bubur Mang Ujang buat ngeganjal perut gua," ajak Rafka meninggalkan kamar Septian.

Dirumah ini lah Septian tinggal. Rumah yang di beli Kakeknya satu tahun yang lalu untuk Septian tinggal. Salah satu orang yang paling mengertinya adalah Kakek Halim, tetapi Tuhan lebih sayang kepada Kakek Halim.

"Lo bisa gak si sarapan jangan sama bubur terus, gua bosen," celetuk Septian setelah berhasil mengusul langkah Rafka.

Rafka menoleh. "Nasi uduk buat hari ini. Gimana?" tanya Rafka.

"Oke, fix!" Septian mengangkat tangan kanannya untuk mengajak tos dengan Rafka.

"Hari ini doang ye, Sep," ucap Rafka mengingatkan, tidak lupa ia juga membalas ajakan tos dari Septian.

Karena Rafka adalah bucinnya bubur dengan tim bubur di aduk.

"Iye," balas Septian.

Kedua nya sampai di halaman rumah Septian, sama-sama menumpangi motor kesayangan masing-masing. Septian dengan motor nmax nya dan Rafka dengan motor sportnya.

"Gas!" Septian mengangguk dan mulai menghidupkan motor kesayangannya di sambung oleh Rafka juga.

***

Rafka dan Lea tatap-tatapan sambil menunjuk pada objek yang sama. Tepatnya pada Septian yang dari awal pelajaran pertama sampai jam istirahat berbunyi hanya melamun padahal yang mereka tahu Septian bukan termasuk anak yang pendiam-diam banget.

Ting

Rafka kaget mendapati hp nya berbunyi dan bertambah kesal saat melihat notifikasi yang dikirimkan Lea kepadanya.

Sedangkan orang yang membuatnya kesal itu tersenyum tanpa dosa. Walaupun begitu dengan cepat Rafka membacanya.

Leana Sahla Natania
|Belum ada senyum Septian hari ini.|

Ryanzi Narafka Adiputra
|Lo lupa bulan ini September?|

Leana Sahla Natania
|Nggak lupa, tapi mau sampai kapan Septian kayak gini terus, Raf?|

Septian In September || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang