"Delapan belas tahun yang lalu saya lah yang menyimpan kamu di Panti Asuhan citra kasih, kamu di terima baik oleh Ibu Panti dan suaminya," tukas Rafa memandangi Septian yang sama sekali tidak berani melihat ke arah Rafa.
"Seminggu sudah saya menitipkan kamu ke Panti Asuhan, saya dan sekeluarga pindah ke luar kota karena ada pekerjaan yang mengharuskan saya pindah bertugas. Dan tahun ini lah saya dan sekeluarga kembali ke Jakarta. Saya tidak melupakan kamu, sehari saya berada di Jakarta saya langsung menemui Ibu Panti yang tidak lain adalah Bu Retno. Di sana saya sangat kebingungan dan menyesal, karena bayi yang saya titipkan dengan berat hati ternyata sudah ada mengadopsinya," tukas Rafa memasang wajah sesal.
Ken yang menyadari bahwa sang ayah sangat merasa bersalah akan hal yang ia lakukan di masa lalu hanya mengusap punggung Rafa dengan pelan. Ken juga tidak berhenti menatap Septian yang sepertinya sangat kebingungan dan terkejut, seakan bertanya mengapa harus secepat ini ia mengetahuinya?
Apa dunia Septian begitu sempit?
"Saya sangat senang saat Ken menceritakan kisah yang berkaitannya dengan kisah saya. Yaitu kisah kamu yang sedang mencari tahu apa yang terjadi di keluarga kamu dan siapa kamu dan saya yang sedang mencari bayi yang saya titipkan pada saat itu. Entah bagaimana saya langsung mempunyai perasaan bagus saat saya mendengarkan semua cerita Ken tentang kamu. Saya langsung merasa bahwa bayi itu adalah kamu yang tenyata adalah keponakan saya sendiri," ujar Rafa lagi.
"Jujur, Om. Saya tidak bisa mengekspresikan diri saya sekarang, hari-hari ini banyak yang hal yang sangat mengejutkan untuk saya," gumam Septian.
"Sep gua tahu perasaan lo sakit ini. Lo capek, lo kecewa dan campur aduk. Tetapi bukan nya hal bagus kita lebih cepat untuk mengetahui semuanya? Ingat tujuan kita berdua itu apa. Gua gak mengingkari janji gua buat bantu lo mencari hal yang ganjal yang terjadi di kelua---
"Jadi sejak awal lo mencurigai gua bahwa gua adalah bayi yang di titipkan sama bokap lo, Kak?" Ken menggelengkan kepalanya cepat.
"Kalau itu lo salah. Sejak awal gua gak tahu jika bokap gua pernah melakukan hal bodoh dengan cara menitipkan keponakannya sendiri di panti asuhan. Sep, percaya gak percaya gua tahu hal ini baru saja beberapa hari yang lalu itu artinya pada saat gua berjanji buat selalu bantuin lo gua itu gak tahu apa-apa."
"Dan mungkin inilah takdir. Kamu dan Ken di pertemukan menjadi teman baik, dan kita bisa bertemu karena pertemuan kamu dengan Ken. Dunia itu sangat sempit, Septian." Rafa menyambung.
Septian kembali bungkam. Apa ini lah yang di katakan hal yang kebetulan?
"Sep, kebetulan kita bertemu. Gua paham kenapa Tuhan mempertemukan gua sama lo di saat hari itu. Ya karena hal ini, Tuhan mau kita bersama saling tahu bahwa sebenarnya kita adalah saudara," tukas Ken lagi.
"Kalaupun emang iya Om ini yang nitipin gua ke Panti, kenapa harus sejahat itu, Om?" tanya Septian kepada Rafa.
"Karena saya tidak tahu harus bagaimana lagi, Septian. Pada saat itu keluarga kami, keluarga orang tua kamu perekonomiannya tidak stabil tidak seperti sekarang. Itu lah yang membuat ka---
"Apa sudah seharusnya orang tua itu menganggap seorang anak itu beban?" tanya Septian memotong ucapan Rafa.
"Bukan sep---
"Tapi itu lah kenyataan yang terjadi di hidup saya. Jika boleh bertanya, seorang anak emang pernah nawar untuk minta di lahirkan? Enggak kan, Om. Begitu juga dengan saya."
Rafa terdiam. "Om tahu ini pasti menyakitkan buat kamu, Nak. Om harap kamu bisa mengerti."
"Lalu di mana orang tua saya?" tanya Septian mengalihkan pembicaraan lain yang tidak akan berujung sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian In September || END
FanficIkut serta dalam project 30 day writing challenge with sassi & Semesta Rasi "Hubungan yang sesungguhnya adalah ketika sama-sama sudah tidak saling berada di rumah yang sama." Zelvanio Manuella Septian, harus menelan semua sakit yang di layangkan ked...