Bab 6

1.4K 120 7
                                    

***

Rafka menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedatangan Septian yang telat dari jam yang sudah di tentukan. Bukannya memberi alasan mengapa dirinya bisa telat, Septian tetap memasang wajah datarnya.

"Lo telat njir, kemana dulu?" tanya Rafka.

"Nyari kerjaan sampingan," balas Septian dengan acuh. Siapa sangka bahwa apa yang di katakan Septian itu bohong, tentu saja itu benar. Setelah bertemu dengan kedua kakak nya, Septian berkeliling untuk mencari kerjaan lainnya terkecuali bernyanyi di Coffe Rafka. Tetapi untuk lulusan SMP memang sangat sulit mendapatkan kerjaan di daerah sini.

"Terus lo dapat?" tanya Rafka berharap.

Sebagai sahabat, Rafka tidak tega melihat Septian harus kesusahan sendiri mencari kerjaan. Dan gelengan kepala dari Septian membuat Rafka menghela nafas gusar, sahabatnya itu pasti belum menemukan kerjaan sampingan.

"Yaudalah nikmatin aja dulu nyanyi di Coffe gua, kalau misalnya lo kerja di tempat lain Coffe gua gak punya vokalis yang suaranya emas kayak suara lo," gerutu Rafka.

Rafka adalah fans pertama suara Septian. Dahulu, Septian itu sangat pemalu bahkan pada saat Rafka meminta Septian bergabung di ektrakulikuler musik pun Septian menolak karena merasa insecure dengan bakatnya.

Padahal Rafka sangat menyukai ciri khas suara Septian. "Makanya naikin gajih gua," celetuk Septian menyimpan tas nya pada kursi kosong dan mengambil kaos dan celana panjangnya dari dalam tas untuk Septian ganti. Tidak mungkin ia menyanyi menggunakan pakaian sekolah.

"Udah gua obrolin ini sama bokap lo tenang aja bokap pasti naikin gajih lo apalagi dia suka banget sama suara lo."

"Syukurlah. Thanks buat lo yang udah bolehin gua nyari duit di sini," kata Septian.

Rafka menganggukan kepalanya, tangannya menepuk bahu Septian dua kali untuk memberikan semangat kepada sahabatnya. Rafka tahu, hidup Septian kurang beruntung jika di bandingkan dengan hidupnya. Untuk itu, Rafka hanya bisa sedikit membantu dan selalu ada untuk Septian.

Setidaknya, Rafka ingin menjadi teman yang baik untuk Septian.

"Gua sahabat lo, ya kali gua gak bantuin lo, sebelum gua ngebantuin orang lain gua bakal bantuin orang-orang terdekat gua dulu," tukas Rafka.

"Thanks." Rafka menganggukan kepalanya.

"Soal Lea tadi gua bakalan ke rumahnya buat minta maaf," kata Septian.

"Emang lo salah? Lea nya aja lagi sensi, gak usah capek-capek nyamperin ke rumahnya, Sep. Habis kerja tuh pulang, istirahat. Jangan ngebuat badan lo kecapean terus menerus."

"Gua gak tenang, Raf." Rafka berdecak kesal.

"Besok juga baikan lagi kali, Sep. Udah sono ganti baju lo, pelanggan udah banyak tuh."

Septian menoleh dan benar saja Coffe sudah ramai oleh pelanggan, dengan itu Septian langsung berjalan ke arah ruangan tempat ganti.

***

Setelah mengantarkan Galvin pulang ke rumah sang ibu, Dero melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah karena hari sudah semakin malam dan Galih pasti sudah menunggunya.

Malam ini, Dero akan menjadi bukti bagaimana Galih terus menerus mempertanyakan tentang Galih dan membanggakan adiknya, Galvin.

Bisa di katakan bahwa Galvin lah kesayangan Galih, sejak dulu Dero dan Septian harus menahan rasa iri akan Galih yang selalu mengutamakan Galvin.

Lalu, bagaimana bisa di saat perceraiannya dengan Lisna, Galih hanya membawa hak asuh Dero dan membiarkan Galvin di asuh oleh sang mantan istri? Tentu saja karena Dero lah yang bisa Galih andalkan dalam melanjutkan perusahaan besarnya itu.

Septian In September || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang