Bab 3

1.5K 140 2
                                    


Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, tanggal dan salah satu kejadian di dalam cerita itu sama sekali tidak disengaja.

Harap bijak dalam membaca, luangkan waktu untuk vote, komentar dan follow.

-Selamat membaca kisah Septian In September.

***

Rabu adalah hari dimana kelas 12-IPA 1 mempunyai jadwal untuk berolahraga. Seharusnya mereka senang karena jam olahraga adalah jam yang disenangi banyak murid. Namun, bagaimana kabarnya jika anak-anak kelas 12-IPA 1 mempunyai jadwal olahraga di siang hari? Tentu saja sebagian dari mereka merasa tidak senang, apalagi murid perempuan yanh mementingkan perawatan kulit mereka. Maka dari itu enggan untuk panas-panasan terlalu lama.

"Aduh gua males banget olahraga di siang bolong kayak gini," keluh seseorang yang duduk di samping Lea, panggil saja dia Naila.

Lea menatap Naila dengan malas. "Kayak nya lo nafas aja males ya, Nai."

Naila terkekeh. Naila adalah siswi termager di kelas 12-PA 1, walaupun begitu Naila mempunyai otak yang cemerlang apalagi dengan parasnya yang sangat cantik membuat para laki-laki tersihir oleh kecantikannya.

Dari kejauhan Lea menatap Septian dan Rafka yang sedang mengambil bola basket atas permintaan guru olahraga mereka. Mereka dengar hari ini kelas mereka akan ditandingkan dengan kelas seberang, tepatnya kelas 12-IPS 1.

"Kayaknya kita gak ikutan tanding deh, Nai. Kita kan gak jago basket," kata Lea.

"Bagus. Lagian gua males mendingan jadi penonton lumayan kan nontonin cogan kan lo tahu sendiri anak-anak IPS 1 pada cakep," tukas Naila dengan nada yang semangat

"Ya iya mereka pada ganteng tapi gak ada tuh yang bikin gua tertarik."

"Kan lo tertariknya sama Septian doang."

"Ya gak lah gua sama dia kan cuma sahabatan, Nai. Orang-orang aja berspekulasi seakan-akan gua sama Septian punya hubungan lebih," bantah Lea.

"Aishh, padahal lo sama dia cocok tau."

Lain hal nya dengan Lea dan Naila yang asik mengobrol, Septian dan Rafka sudah berada ditengah-tengah lapangan untuk ikut bertanding basket mewakili kelasnya.

Soal basket Rafka juga berbakat, hanya saja tidak di fokuskan karena Rafka lebih menarik kepada musik. Lain hal nya dengan Septian, bisa di sebut segala hal bisa Septian lakukan hanya saja Septian belum menemukan hal yang benar-benar Septian lakukan dari hati.

Nyatanya, Septian hanya seorang murid yang tidak terlalu menonjol, hanya bisa di sebut sebagai murid biasa-biasa saja.

"RAFKA YANG BENER MAINNYA! JANGAN NGELAWAK TERUS!" teriak Naila.

Dilapangan Rafka mengacungkan jempolnya ke arah anak-anak kelasnya yang menjadi supporter, terkhusus kepada Naila.

Lea tersenyum ke arah Septian yang juga menatapnya dengan senyuman tipis. Lea tahu senyuman Septian itu tulus, bukan hanya kepadanya bahkan pada orang yang Septian temuin di manapun pasti bisa merasakan bagaimana ketulusan dari seorang Zelvanio Manuella Septian.

"SEMANGATIN GUA, LE!" teriak Septian membuat sebagian anak perempuan histeris mendengar hal itu. Seperti apa yang Naila bahas, banyak orang yang mengira bahwa Septian dan Lea itu mempunyai hubungan special padahal pada nyatanya tidak.

"Tuh kan, Le. Kayaknya Septian suka sama lo." Lea menggelengkan kepalanya.

"Naila ku cantik lo tahu kan kalau Septian itu emang suka kayak gitu. Dan mood dia hari ini lagi bagus, lo lihat kan kemarin muka dia gak bersahabat banget?" Naila mengangguk.

Septian In September || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang