Bab 10

1.3K 114 2
                                    

"Ouh itu kakak kedua gua, kenapa? Dia masih di depan rumah?" tanya Septian sedikit kaget.

Ken menganggukan kepalanya. "Gua beli kfc tuh, mau gak?"

"Mau lah gua laper, pas banget lo mampir, Kak." Ken tersenyum tipis, entah kenapa ia pribadi sangat ingin menghampiri Septian kembali padahal Septian hanya orang yang ia bantu kemarin. Ken berharap bisa berteman baik dengan Septian.

Septian mengubah posisinya menjadi duduk, lelaki itu menggapai kembali ponselnya yang sempat ia taruh di atas nakas untuk menghubungi Galvin.

Septian
|Mending lo pulang, Kak.|

Galvin
|Yang masuk ke rumah lo siapa? Temen lo?|

Septian
|Orang yang perduli sama gua.|

Galvin
|Gua juga perduli sama lo, Sep. Makanya gua ngajak lo pulang, pikir-pikir lagi, Sep. Kalau lo mau pulang ke rumah gua pasti seneng banget, gua anggap itu kado lo buat gua.|

Septian menghela nafas kasar. "Lo gak mood? Mau gua beliin apa gitu buat balikin mood lo lagi?" rentetan pertanyaan dari Ken membuat Septian heran.

"Kak kenapa lo balik lagi ke rumah gua? Sedangkan kita belum kenal lama.." gumam Septian.

"Karena lo orang pertama yang gua kenal, gua belum punya temen buat gua singgahi rumahnya," balas Ken seadanya.

"Gua harus percaya?" Ken menghembuskan nafasnya acuh, tangannya terlipat di depan dada dan wajahnya menatap Septian dengan kesal.

"Lo ngira gua orang jahat? Apa muka gua sekriminal itu di mata lo?" celetuk Ken membuat Septian terkekeh, rupanya Ken menanggapinya dengan serius.

"Kagak njir, Kak. Heran aja ada orang sksd masuk kerumah gua," ucap Septian masih dengan di barengin kekehan di akhir perkataanya.

"Gua takut lo mati kelaperan apalagi lo sendiri di rumah. Btw, lo gak serumah sama kakak lo itu?" tanya Ken.

Septian menggelengkan kepalanya. "Apa jangan-jangan lo badmood gara-gara dia?"

"Lo cenanyang, Kak?"

"Ya kagak anjir, ngadi-ngadi."

Septian terdiam membuat wajahnya menjadi sendu kembali, rupanya benar dugaan Ken mood Septian buruk karena Galvin.

"Lo butuh teman cerita?" tanya Ken.

"Kalau lo butuh gua siap jadi teman cerita lo, tapi kayaknya lo bakal ragu buat cerita sama gua dah, lo aja nganggap gua muka-muka kriminal," gerutu Ken kedua matanya menggeledar seisi kamar Septian, yang menjadi Ken penasaran adalah pada sebuah kalender yang seakan di coret-coret pada bulan september, tetapi Ken mengacuhkan rasa penasarannya.

"Boleh?"

"Hah? Boleh apa?" tanya Ken gelagapan seakan ini diluar dugaanya.

"Gua takut depresi," gumam Septian.

"Lo percaya sama gua, Sep?" Septian menganggukan kepalanya, tidak ada salahnya ia bercerita kepada Ken bukan?

Septian berharap Ken bisa menjadi pendengar yang baik. "Kak.."

"Dia Galvin kakak kedua gua, gua anak broken home inti cerita kedua orang tua cerai mendadak banget bahkan gua sama kakak-kakak gua gak pernah lihat mereka berantem tapi sekali berantem langsung pada perceraian," ujar Septian mulai menceritakan kisah hidupnya.

Ken mendengarkan Septian dengan baik, tanpa memotongnya. "Ayah Bunda gua gak ada yang mau ngambil hak asuh gua, sedangkan kakak pertama gua bokap yang ambil, dan kakak kedua gua nyokap yang ambil. Itu kenapa gua ada di sini, Kak," sambung Septian dengan helaan nafas panjang.

Septian In September || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang