Bab 17

1K 86 1
                                    

"Thanks, Kak. Gua bakal berusaha mencari kebenaran yang mereka sembunyikan dari gua. Mungkin bukan hanya dari gua, tapi dari Bang Dero dan Kak Galvin."

"Good job, bro. Gua tahu lo emang anak yang kuat. Gua berharap semuanya dilancarkan, gua gak mau lihat lo kayak gini terus. Sekali lagi mau semandiri apapun lo, lo itu tetap seorang anak," tukas Ken dengan tegas.

Septian menganggukan kepalanya. Kini, keputusannya sudah bulat dan sudah tidak ada ragu lagi di hatinya. Septian akan kembali pindah seperti apa yang di inginkan Galvin.

"Pokoknya thanks, Kak. Gua ngerasa punya Kakak lain yang ngertiin gua," gumam Septian.

***

Bang Dero
|Abang di bawah, bisa turun sebentar? Ada hal yang mau Abang sampaikan.|

Septian menghela nafas gusar membaca chat yang baru saja di kirim oleh Dero, Septian melirik ke arah Rafka yang sedang membantunya membereskan pakaian yang akan ia bawa ke rumah nya dulu.

Rafka memang datang untuk menginap sekalian membantu untuk mempacking keperluan-keperluannya yang akan di bawa oleh Septian.

"Raf gua ke bawah dulu," pamit Septian. Tidak mau perduli Rafka menganggukan kepalanya dan membiarkan Septian turun ke bawah tanpa mempertanyakan mau apa, ada apa dan sebagainya.

Dengan rasa yang tidak bisa Septian jelaskan, Septian membawa langkah kaki jenjangnya menuruni anak tangga. Sesampainya di depan pintu utamanya, Septian menghela nafas pelan untuk mengoktimalkan rasa cemasnya.

Setelah di rasa cukup tenang, Septian membuka pintu itu dan ya benar saja Dero berdiri tegap di depan pintu utamanya.

"Ada apa malam-malam, Bang?" tanya Septian.

Walaupun Septian merasakan ada yang aneh dari Abang pertamanya, Septian akan berusaha menjaga sopan santunya kepada Dero yang lebih tua dari nya.

"Kenapa mau pindah?" tanya Dero.

"Kenapa?" Septian balik nanya.

Dero menghela nafas kasar. "Lebih baik jangan."

Septian menyernyitkan dahinya, mengapa kakak pertamanya itu datang secara tiba-tiba dan melarangnya untuk tidak pindah ke rumah sang bunda? Septian tidak mengerti.

"Apa alasannya?" tanya Septian berusaha untuk tenang.

"Buat apa pindah ke rumah yang dulu? Bukannya kamu sudah mempunyai kehidupan yang lain?" Bukannya menjawab Dero malah balik bertanya, kedua nya terus melempar pertanyaan satu sama lain.

"Kehidupan yang lain? Abang pikir kehidupan yang sedang aku jalanin ini menyenangkan?"

Dero bungkam.

"Aku gak mau terus-terusan kayak gini, Bang. Lagi pula apa salahnya aku kembali kepada orang tua aku sendiri?"

"Orang tua?" gumam Dero. Dero menatap Septian dengan tatapan yang sama sekali tidak bisa Septian jelaskan apa maksud dari tatapan tersebut.

"Orang tua yang membenci anaknya apa layak di panggil orang tua Septian?" Septian berdecak kesal, sama sekali tidak mengerti dengan isi pikiran Dero. Sebenarnya apa maksud dan tujuan Dero yang mau Dero sampaikaikan kepadanya, mengapa semuanya terdengar dan terasa begitu rumit?

"Abang tahu kenapa orang tua kita benci sama aku, Bang?"

Tidak ada jawaban, melainkan saling melempar pertanyaan.

Dero terdiam. Ya, Dero tidak tahu alasan mengapa kini Septian di benci dua belah pihak.

"Aku cuma seorang anak yang mau merasakan hadirnya sosok orang tua, Bang. Mungkin dengan kembali tinggal dengan Bunda, aku bisa ngerasai kehad---

Septian In September || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang