Bab 21

1K 100 8
                                    

"Gak mungkin Lea ngambil keputusan semudah itu, kan," gumam Septian.

Rafka yang kini menjadi teman bicara Septian masih setia mendengarkan apa yang baru saja Septian ceritakan. Rafka tidak percaya bahwa kejadiannya akan serumit ini, dan ya Rafka tentu saja terkejut dengan faktanya.

Lea berpacaran dengan seorang laki-laki yang tidak lain adalah kakak keduanya Septian.

Dan bagaimana bisa Lea merahasiakan hubungannya kepada kedua sahabatnya?

"Mungkin aja, Sep. Gua rasa Lea gak mau nyakitin lo," balas Rafka.

"Apa mungkin?" Rafka menganggukan kepalanya.

"Kita udah kenal Lea hampir tiga tahunan, Sep. Sangat mungkin Lea gak mau nyakitin lo, sekalipun dia gak bisa nerima perasaan lo tapi seengaknya Lea gak menyakiti hati lo dengan cara dia berpacaran sama kakak lo," tukas Rafka dengan kenyakinannya walau nyatanya alasan Lea memutuskan Galvin itu hanya Lea yang tahu.

Septian bungkam. Banyak hal yang harus Septian selesaikan, entah tentang Lea atau tentang keluarganya.

"Galvin berubah," guman Septian.

"Dirumah itu hanya menjadikan gua semakin terluka," sambung Septian.

"Bunda gak natap gua sebagai anak, Ayah natap gua dengan penuh kebencian, dan sekarang Galvin? Bagaimana bisa mereka kayak gitu padahal gua bagian dari keluarganya. Mereka hilang ingatan atau emang sejak dulu kasih sayang yang mereka berikan kepada gua itu gak tulus?" tukas Septian.

Rafka mengusap punggung Septian dengan pelan, ia hanya bisa menjadi pendengar Septian yang baik. "Kalau lo gak sanggup lebih baik lo pulang ke rumah lo yang dulu, seengaknya di situ lo hidup dengan baik," ucap Rafka.

"Gak bisa, Raf. Gua rasa gua akan berhasil mencari apa yang selama ini gua herankan," balas Septian.

"Gua bisa nahan sakit hati gua, dengan sabar."

Memang sangat tidak mudah berada di posisi Septian yang di penuhi oleh rasa penasaran dan kebingungan. Tidak salah jika Septian mencari apa yang sebenarnya terjadi.

"Lo yakin perceraian Ayah Bunda lo itu karena lo?" Septian menganggukan kepalanya.

"Semua ucapan bokap buat gua yakin, dan bahkan Bang Dero pun nyaris mengutarakan bahwa perceraian itu gara-gara gua. Mungkin sebagai naluri Abang pertama Dero mudah tahu kalaupun tidak di kasih tahu."

"Rumit ya, Sep?"

"Disetiap keluarga pasti mempunyai masalahnya masing-masing, kan? Gak ada keluarga sempurna, Raf." Rafka menganggukan kepalanya.

"Iya, Sep. Sama, keluarga gua pun punya luka, punya kebohongan dan punya kehancuran hanya saja orang tua gua kuat menyembunyikannya dari gua. Dan ya lo bener, gak ada keluarga sempurna."

"Dan kita sebagai anak hanya ada di posisi serba salah," kekeh Septian.

"Anjir kok bener," kata Rafka.

Mereka pun tertawa.

***

Ken menatap penuh teliti foto yang baru saja Septian kirim kepadanya. Foto berisikan barang yang baru saja Septian temukan di gudang dini hari tadi.

"Sep maaaf tapi gua rasa keluarga lo punya satu kebohongan yang selama ini di sembunyikan," tukas Ken.

Septian menyernyitkan dahinya. "Maksud lo?"

"Kita gak tahu siapa pemilik baju ini, kan?" Septian menganggukan kepalanya.

"Dan kertas ini?"

"Gua gak tahu, Kak. Dan yang buat kesal kenapa kertas itu tinta nya udah gak bisa di baca lagi."

Septian In September || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang