"Loh kalian kenal?" tanya Septian dengan rasa penasaran melihat Rafka dan Zura saling menyapa, bukan hanya Septian yang merasa heran melaimkan Lea juga.
"Sep jangan bilang yang bantuin lo itu Zura?" Bukannya menjawab, Rafka melayangkan pertanyaan.
"Jadi gini Kak Septian, Kak Rafka ini kakak sepupu aku. Ya kan, Kak?" ucap Zura memberikan jawaban atas penasaran Septian tentang ia yang bisa mengenal Rafka.
Septian menyernyitkan dahinya, dunia begitu sempit membuat Septian di kelilingi orang-orang yang ternyata saling mengenal juga.
"Lo kapan deh ke Jakarta? Kok gak ngabarin gua?" Rupanya Rafka lebih penasaran kenapa adik sepupunya ini berada di kota yang sama dengannya.
Zura tersenyum. "Aku sama Kak Ren baru aja sampe kemarin, Kak. Kita lagi jalan-jalan malam terus ngelihat Kak Septian tergeletak di jalan jadi aku sama Kak Ken bantu," jelas Zura.
"Ouh gitu. Kenapa bisa jatoh sih, Sep? Lo gak hati-hati, ya?" gerutu Rafka menatap Septian dengan tajam, walaupun begitu sebenarnya Rafka itu sayang dan khawatir.
"Eh btw aku Lea, kamu Zura?" Zura mengangguk sembari tersenyum manis.
"Iya aku Zura, Kak," balas Zura di balas senyuman juga oleh Lea.
Setelah kenalan Zura kembali fokus kepada sahabatnya yang membuatnya panik pagi-pagi, bahkan ia dan Rafka memutuskan bolos sekolah untuk melihat keadaan Septian.
Seperti apa yang mereka ketahui bahwa Septian tidak mempunyai siapa-siapa kecuali mereka berdua. Untuk itu, mereka selalu saling mengutamakan sebagai bentu rasa persahabatan yang sudah terjalin selama hampir tiga tahun.
"Nanti gua cerita, kalau sekarang gua masih males inget-inget lagi," kata Septian.
"Tapi lo udah makan?" tanya Lea.
"Belum tuh, Kak. Tadi udah tawarin beberapa kali tapi Kak Septian nolak katanya gak suka makanan rumah sakit." Bukan Septian yang menjawab, melainkan Lea.
"Apaan lo aja belum nawar--
Lea mengangkat hp nya dan memperlihatkan chat yang di kirim Ken lewat hp nya, chat yang berisi.
Kak Ken
|De itu si Septian belum makan kalau kamu udah bangun kasih makannya, katanya gak suka makanan rs kamu bisa beli makanan lain dibawah|"Kakak mau ngelak gimana? Orang buktinya aja ini."
"Sep-sep kebiasaan lo tuh. Yaudah mau makan apa? Biar gua beliin deh ke bawah gua sama Lea aja belum sarapan gara-gara panik di kabarin lo yang katanya di rumah sakit," gerutu Rafka.
"Apa ajaa asal jangan yang lembek."
"Iya."
"Yaudah. Kamu apa, Zur?" tanya Rafka.
"Samain aja, Kak. Apa saja." Rafka menganggukan kepalanya dan menitipkan Septian kepada Zura dan Lea membuat kedua wanita itu mengobrol untuk menghilangkan rasa canggung.
"Iya jadi awalnya aku tinggal di Bandung, Kak. Berhubung ayah pindah tugas jadi kita sekeluarga pindahan termasuk kak Ken untung aja kuliahnya udah beres jadi tinggal nyari kerja deh di sini," jelas Zura saat Lea menanyakan tentangnya.
Ting
Lea mengambil hp nya dan membaca pesan yang baru saja masik dari Naila dan pacarnya.
Naila Rossa Tanaya
|Lo gak masuk ngab?|Favboi
|semangat sekolahnya, ya?|
|Besok aku mau mos, males rasanya.|***
"Bunda minggu depan aku ulang tahun, kan. Boleh gak aku undang teman-teman aku. Mau di rayain lagi kayak tahun-tahun berikutnya," pinta Galvin pada Lisna yang sedang menyiapkan menu sarapan buat pagi ini bersama putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian In September || END
FanfictionIkut serta dalam project 30 day writing challenge with sassi & Semesta Rasi "Hubungan yang sesungguhnya adalah ketika sama-sama sudah tidak saling berada di rumah yang sama." Zelvanio Manuella Septian, harus menelan semua sakit yang di layangkan ked...