Bab 27

1.2K 116 4
                                    

Setelah mengantarkan Septian pulang dengan selamat tanpa basa-basi lagi Ken memutuskan untuk pulang dengan merenung. Merenungi untuk semua yang harus ia pahami saat ini.

Semuanya tentang Septian.

Saat pertama kali bertemu dengan Septian, entah karena alasan apa Ken selalu ingin membantu dan menemani anak itu. Hingga karena pertolongan yang Ken berikan kepada Septian membawa Ken ikut campur dalam urusan kehidupan Septian.

Ken terlanjur masuk dalam kehidupan Septian. Tetapi jika ternyata ini adalah suatu kebetulan, itu jauh dari prediksi Ken sendiri.

Dengan helaan nafas pelan, Ken menutup kembali pintu utama rumahnya. Melanjutkan langkahnya dengan langkah gontai, hari ini adalah hari yang berat untuknya.

"Kak habis dari mana? Kok pulang malem? Emang Kakak udah punya banyak teman di sini?" tanya Zura menyambut kepulangan kakak satu-satunya itu.

"Keluar aja. Ayah udah pulang, De?" Zura menganggukan kepalanya.

"Ayah pulang dari jam lima tadi katanya sih udah gak terlalu banyak kerjaan jadi Ayah pulang tapi yang namanya juga Ayah tetap aja masuk keruangan kerjanya, entah apa yang Ayah kerjain," tukas Zura. Ken terkekeh mendengar ucapan Zura, ayahnya memang selalu seperti itu.

Mengambil alasan sudah tidak terlalu banyak kerjaan di kantor dan memutuskan untuk pulang ke rumah sesampainya di rumah masuk keruangan kerja. Yang Ken pahami tentang ayahnya, ayahnya itu tidak suka terlalu lama berada di luar rumah dan selalu ingin berkumpul dengan keluarganya.

"Terus Ibu?" tanya Ken.

"Ibu udah tidur." Ken mengangguk.

"Yaudah Kakak mau nemuin Ayah dulu dan kamu masuk kamar gih besok sekolah nanti kesiangan," ucap Ken.

"Siap, Kakak. Zura beresin ini dulu."

Ken mengangguk dan meninggalkan Zura di ruangan tengah, Ken membawa langkahnya menuju ruangan kerja ayahnya yang berada di rumah.

Tok... tok.. tok..

"Ayah ini Ken, boleh masuk?"

"Boleh, Kak." Setelah mendapat respon baik dari sang ayah, Ken membuka knop pintu itu dan langsung melihat sang ayah yang sedang fokus kepada layar laptopnya. Tanpa basa-basi Ken pun duduk di kursi tepat di hadapan Ken.

"Cerita yang Ayah ceritain ke Ken beberapa hari lalu nyambung dengan apa yang sedang Ken alami saat ini," ucap Ken tanpa babibu.

Rafa yang sedang mengetik di keybord laptop pun menghentikan pergerakannya dan tertarik dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Ken.

"Maksud kamu, Kak?" Ken menganggukan kepalanya.

Flashback on

Ken menyernyitkan dahinya melihat sang ayah berdiri di balkon dengan menatap foto kecil yang berada di tangannya. Terlihat jelas Rafa merenung menatap foto yang 18 tahun yang lalu ia ambil sendiri memakai camera canggihnya.

Merasa penasaran, Ken berdiri di samping sang ayah. "Ayah mikirin apa?" tanya Ken.

Rafa menghela nafasnya dengan pelan, raut wajah penuh sesal sangat terlihat jelas di wajah Rafa. "Mau cerita ke Ken?"

"Ayah pernah melakukan kesalahan di masa lalu, Kak. Kakak lihat bayi ini lucu bukan?" tanya Rafa memperlihatkan foto itu kepada Ken.

Ken mengangguk. "Lucu, Pah."

"Ini anak Tante Firda sama Om Rafi." Ken melongo, setahunya Ken tidak pernah mengenal atau melihat foto bayi ini yang secara nyata merupakan sepupunya.

Septian In September || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang