"Adhiputra?" Septian menganggukan kepalanya dan memalingkan wajahnya. Merasa malu dengan Ken karena ia merupakan anak yang tidak di inginkan bahkan pada saat di inginkan pun ada alasan tertentu yang membuatnya berada menjadi bagian keluarga Lisna dan Galih.
"Lebih baik kita pulang dulu, Sep. Lo pasti capek secara fisik maupun mental, lo istirahat dulu buat nenangin diri lo setelah itu kita pikirkan bagaimana kita mencari orang tua lo. Seperti janji gua ke lo, gua pasti bantu mencari orang tua lo, ya?" ujar Ken yang langsung di angguki Septian.
Septian benar-benar capek dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui, kenyataan yang sebenarnya hal yang sangat Septian takutkan. Ternyata ketakutannya menjadi kenyataannya.
"Lo simpen aja motor lo disini biar gua telpon orang lo balik sama gua aja."
Lagi-lagi Septian hanya mengiyakan apa yang di katakan Ken. Dan sudah berada di dalam mobil Ken, Septian hanya diam tanpa mengeluarkan satu kata pun.
"Harusnya lo tadi ngajak gua, Sep. Biar lo ada pegangan, gua tahu karena gak akan mudah buat lo nerima kenyataan yang seperti ini," tukas Ken merasa prihatin dengan apa yang baru saja terjadi kepada Septian.
"Gua anak yang di buang, dan sebagai anak pengganti. Terkesan gak adil, tapi ini dunia," kekeh Septian merasa linglung.
"Lo gak di buang, Sep!"
Septian terkekeh. "Kasarnya emang di buang dan gak diinginkan, Kak. Enak ya jadi kembaran gua, hidup dengan layak tanpa memikirkan kebingungan tentang siapa dirinya sendiri. Gak kayak gua," ucap Septian merasa miris dengan hidupnya sendiri.
Ken terdiam. "Sedangkan gua?"
"Gua bakal bantu, Sep. Lo akan hidup layak set---
"Setelah bertemu pun apa mereka mau menerima gua, Kak? Nyata banget gua itu di buang, kalau gua muncul di hadapan mereka sama aja gua kembali untuk merasakan di buang secara dua kali," ujar Septian dengan yakin.
"Kemungkinan orang yang nyimpen lo di panti itu balik lagi, Sep. Tapi lo udah keduluan di adopsi." Septian tertawa terbahak-bahak menertawakan perkataan Ken yang sebenarnya tidak akan masuk akan bagi Septian.
"Ya sekali di buang ya di buang aja, Kak. Gua di buang bukan untuk di pungut."
Ken terdiam berbicara dengan Septian dalam keadaan seperti ini tidak akan mudah bagi Ken dalam menenangkan Septian yang masih ribet dengan isi kepalanya sendiri.
"Lo tenangin diri lo sendiri, nanti kita ngobrol lago karena gua gak mau ngobrol di saat lo masih emosi dengan kenyataan yang barusan lo ketahui," tukas Ken.
"Anterin gua balik, Kak. Gua capek."
"Tanpa lo suruh juga gua anterin balik, alamat rumah lo yang sekarang dimana?"
Septian mengucapkan alamat rumah Lisna. Setelah itu mereka diam-diaman dengan Ken yang sesekali mencuri pandang kearah Septian yang sedang menatap pemandangan dari kaca jendela.
"Kalaupun itu emang lo, gua dan sekeluarga minta maaf, Sep," batin Ken dalam hatinya.
Apa yang tidak lama ini sudah Ken ketahui sangat sejalan dengan apa yang Septian ceritakan. Ken hanya berharap, ya Ken penuh harap.
***
Septian mengacuhkan Galvin yang sedang duduk di sopa ruang keluarga, tidak ada niat untuk Septian menyapa Galvin kali ini. Septian ingin pergi dari keluarga yang menurutnya hanya di penuhi rasa kebohongan.
"Sep.." Septian menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Galvin. Terlihat Galvin tersenyum dan berjalan mendekat ke arahnya.
"Thanks udah ngalah hari ini gua sama Lea balikan lagi, lo kan yang minta Lea buat balikan sama gua? Demi Tuhan gua seneng," tukas Galvin membuat Septian tersenyum miris dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian In September || END
Fiksi PenggemarIkut serta dalam project 30 day writing challenge with sassi & Semesta Rasi "Hubungan yang sesungguhnya adalah ketika sama-sama sudah tidak saling berada di rumah yang sama." Zelvanio Manuella Septian, harus menelan semua sakit yang di layangkan ked...