"Tahu apa?" tanya Rafka tidak mengerti dengan apa yang di katakan Septian.
Septian menghela nafas, seolah pasrah dengan apa yang akan terjadi antara hubungannya dengan Lea. Septian menyesal telah membuat kesepakatan untuk tidak saling menyukai satu sama lain.
"Raf.."
"Apa? Lea tahu apa? Lo nyimpen rahasia apa dari Lea? Atau bahkan dari gua juga?" cerocos Rafka yang sudah kemasukan rasa penasaran yang tinggi.
"Gua rasa ini hal yang serius ya, Sep?"
"Ya.." gumam Septian.
"Apa?" tanya Rafka lagi. Untuk saat ini Rafka memasang wajah seriusnya, Rafka paham yang terjadi antara Lea dan Septian pasti hal yang sangat sensitif. Rafka tidak pernah melihat wajah Lea sekecewa tadi.
"Raf.. Lea tahu perasaan gua sama dia," tukas Septian.
Rafka menyernyitkan dahinya. "Pe--perasaan?" Septian menganggukan kepalanya. Kini, teramat pasrah jika Rafka pun bisa kecewa seperti apa yang Lea tunjukan kepadanya.
"Lo--
"Ya, Raf. Gua nyimpen perasaan, gua sayang sama Lea jauh dari kata sahabat. Gua sadar gua yang mengingkari janji kita bertiga, tapi demi Tuhan, Raf. Gua udah berusaha menahan perasaan gua, tapi ternyata makin hari makin gak bisa juga ngontrol perasaan gua ke Lea," ucap Septian menjelaskan dengan tanpa menatap Rafka.
Rafka berdecak pelan, apa yang baru saja ia dengar tentu di luar kendalinya. Rafka tahu, mengendalikan perasaan itu sulit, toh manusia punya hati dan tidak bisa memaksakan hatinya untuk tidak memilih hati lain yang harus ia cintai atau tidak untuk di cintai.
Karena, kalaupun hati berucap tidak, mulut tentu saja bisa berucap iya. Begitupun sebaliknya.
"Raf gua minta maaf gak pernah jujur sama kalian bertiga. Jujur, gua tersiksa sama perasaan gua sendiri, gak mudah buat gua nahan perasaan gua, Raf." Rafka tidak kunjung mengeluarkan suara untuk membalas semua apa yang sudah di jelaskan Septian kepadanya.
Karena sejatinya, Rafka kaget mendengar hal tersebut. Septian sama sekali tidak terlihat orang yang memendam perasaan kepada Lea.
"Respon Lea?" tanya Rafka tanpa menoleh ke arah Septian, keduanya sama-sama memalingkan pandangannya satu sama lain.
"Kalau emang Lea gak suka sama gua, apa yang bisa gua perbuat? Dari awal perasaan gua muncul, itu adalah bentuk kesalahan gua ke kalian berdua. Respon Lea? Seperti apa yang lo lihat tadi, Raf," jelas Septian dengan helaan nafas panjang. Tangan kanannya diam-diam menekan perutnya yang terasa semakin nyeri dan perih.
"Gua gak bisa nyalahin lo, Sep. Karena mau gimanapun perasaan bisa terkendalikan dengan sendirinya," guman Rafka.
Septian terdiam. "Sorry gua udah lancang akan perasaan gua ke Lea, Raf."
"Gua cuma takut, takut setelah Lea tahu tentang perasaan lo dia memilih untuk menjauh dari kita," ucap Rafka dengan muka tanpa berekspresi apapun.
"Gua minta maaf, Raf. Gua pastiin Lea gak bakal ngejauhin lo, Raf. Dan gua? Gua siap terima resiko apapun tentang perasaan lancang gu--
"NO! GUA GAK TERIMA KALAU LEA JAUHIN LO, SEP. DARI AWAL KITA BERTIGA, GAK BERDUA! DAN SELAMANYA AKAN TETAP KAYAK GITU!" sentak Rafka. Rafka teramat sayang dengan persahabatan mereka.
Septian sempat tersentak mendengar teriakan Rafka yang sangat mendadak, Septian tahu Rafka bisa saja menyimpan kecewa kepadanya.
"Mau gimanapun gua harus siap dengan resiko dari perbuatan hati gua, Raf."
Rafka menggelengkan kepalanya. "Gua yakinin Lea gak bakal jauhin lo mau pun kita. Gua yakin dia bisa menghargai perasaan lo dengan tanpa mengorbankan nama persahabatan kita!"
![](https://img.wattpad.com/cover/351826322-288-k366658.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Septian In September || END
FanfictionIkut serta dalam project 30 day writing challenge with sassi & Semesta Rasi "Hubungan yang sesungguhnya adalah ketika sama-sama sudah tidak saling berada di rumah yang sama." Zelvanio Manuella Septian, harus menelan semua sakit yang di layangkan ked...