Acara utama kompetisi berburu sebentar lagi dimulai. Para peserta dari berbagai bangsawan mulai mengerumuni tempat utama, lapangan dengan sebuah podium yang ditempati tiga kursi mewah. Sudah pasti itu dikhususkan untuk keluarga raja.
Kompetisi berburu ini terjadi di musim panas. Kalau disamakan dengan kehidupanku sebelumnya ini mirip seperti festival musim panas, cuman yang ini lebih mewah dan menantang nyawa. Berbeda 180°. Duniaku lebih family friendly, yang ini malah psikopat.
"Ya tuhan, panas sekali..."
"Kakak tidak sopan sekali."
"Aku tidak suka musim panas..."
"Ah, Yang Mulia Raja sudah naik podium."
Rambut hitam yang segelap malam lalu bola mata berwarna merah Ruby, ialah Raja kerajaan Ancel, George de Ancelotti. Raja yang terbilang tegas dengan peraturan, tegas begitu beliau membuat kerajaan damai dan teratur. Pola pikirnya bisa ditebak, asal patuh dengan peraturan maka hidupmu terjamin, mungkin seperti itu pola pikirnya.
Yah, aku juga tidak mempermasalahkannya. Beliau juga tidak menyengsarakan masyarakat. Ditambah, bukan dia yang menjatuhkan hukuman mati Kaizen.
Raja George menaiki podium, hendak menyampaikan pidato.
"Saya George de Ancelotti, raja kerajaan Ancel. Saya ingin berterima kasih sudah bersedia menerima undangan saya dan juga sudah bersedia ikut serta dalam kompetisi ini..."
"Haahh... Aku paling benci bagian penyambutan."
"Kak, sopanlah!"
"Aw! Saki-- ada apa denganmu!?" Kakiku diinjak Valen tanpa perasaan. Diinjak kaki datar saja sudah sakit ini diinjak ujung sepatu hak, sakitnya memusat di satu titik.
"Kakak yang salah! Jangan berisik di acara begini!"
"Kamu yang memulainya! Aku sudah sepelan itu kau tahu!"
"Kenapa jadi aku yang salah? Kakak yang dari awal mulai ribut."
"Aku hanya mengeluh. Kamu yang mulai ribut."
"Ekhem!"
Aku dan Valen langsung bungkam. Di belakang kami ada Marchioness Christ Cygnus yang sepertinya sedari awal sudah memperhatikan kami. Meski kami berdebat dengan suara kecil tapi tetap saja. Aahh... Punggungku panas karena tatapan tajam Marchioness di belakang.
"Maafkan kami..."
Setelah itu kami mendengar penyambutan raja dengan khidmat dan tertekan.
"...Sebagai Raja Ancel saya ucapkan semangat mengikuti kompetisi berburu tahun ini."
Suara tepuk tangan terdengar meriah mengiringi berakhirnya sambutan dari Raja. Aku juga ikut tepuk tangan sebagai tanda berakhirnya penyambutan tersebut. Akhirnya tidak panasan lagi!
"Setelah ini dimohon para peserta kompetisi untuk mempersiapkan diri." Suara seseorang memberitahu.
"Akhirnya tiba!" Valen bersorak senang.
"Sebentar lagi, Valen. Sebentar lagi."
"Valentine, apa kamu sungguh ingin mengikutinya? Ini kesempatan terakhir untukmu mengundurkan diri." Marchioness Christ berbicara dari belakang kami.
"Tidak, ibu. Aku sudah yakin. Aku akan menjadi ahli botani dan menjadi peneliti, jadi ini langkah pertamaku menjadi peneliti."
Marchioness Christ menghela napas. "Kamu memang sudah memutuskannya. Ya sudahlah, ibu hanya bisa mendukungmu."
Valen langsung memeluk Marchioness. "Terima kasih, ibu."
"Dasar. Kamu sangat mirip dengan ayahmu."
Ah iya. Itu fakta. Aku cukup terkejut saat bertemu dengan tuan Marquess. Beliau sangat diluar ekspektasiku.
"VALENTIIIINE!!"
Ah, ini dia datang.
"VALENTINE! KENAPA KAMU IKUT ACARA MENGERIKAN INI!? KENAPA KAMU MELAKUKANNYA!? JANGAN IKUT, VALENTINE! YA? YA?"
"Ayah..."
"Suamiku..."
Ini yang diluar ekspektasi. Beliau agak kekanakkan. Pada dasarnya karakter Valentine hanya dijadikan pemeran sampingan dan hampir tidak mendapat jatah tayang, jadi mana tahu aku sikapnya seperti apa.
Saat aku bertemu Valen dan Marchioness mereka memiliki aura dingin dan serius, tidak heran aku menganggap keluarga mereka seperti itu. Ternyata saat bertemu tuan Marquess... Dia orang yang bucin dengan putrinya. Ya itu hal yang baik sih. Tapi melihat reaksi Valen dan Marchioness yang menahan malu, aku paham bucinnya Marquess berada di tingkat mana.
"PIKIRKAN AYAHMU YANG KESEPIAN INI!"
"Suamiku, tenanglah." Marchioness mencoba menenangkan tuan Marquess yang sedang berderai air mata.
"Aku tidak bisa tenang, istriku! Valentine akan pergi ke hutan mengerikan itu tanpa aku! Valentine tolong jangan pergi."
"Ayah lepaskan pelukanmu. Aku sesak."
"Sudahlah, suamiku. Valentine tidak akan berubah pikiran, dia sudah yakin."
"Itu benar, ayah. Aku sudah bertekad. Ayah juga sudah mendengar cita-citaku, aku tidak boleh setengah-setengah. Lagipula aku tidak sendirian, ada kak Kaizen yang akan melindungiku."
Iya...dan karena itu aku cukup tertekan. Sial, aku membawa satu nyawa lain sementara nyawaku sendiri belum tentu bisa selamat.
Tuan Marquess kini menatapku dengan tajam. Sial, itu menakutkan. Ia mendekat ke arahku lalu memegang kedua bahuku dengan erat. Sial, sangat menakutkan.
"Tuan muda Kaizen, anda yakin bisa menjaga Valentine dengan selamat?"
"Iya... Saya akan berusaha..."
"Anda yakin?"
"Iya! Saya yakin!" Aku menjawab dengan tegas. Beliau menatapku sangat dalam, bisa-bisa semua dosa dan pahalaku terlihat hanya dari tatapannya itu.
"Saya percaya dengan anda, tuan muda Kaizen."
Fiuh, syukurlah tidak tertekan lagi. "Valen, ayo kita bersiap."
"Iya."
"Tunggu sebentar, Valentine." Marquess menahan Valen lalu ia mengeluarkan sebuah kompas dari sakunya. "Bawa ini. Meski ayah terhalang oleh pekerjaan gereja setidaknya bawa alat ini bersamamu dan nyalakan saat terjadi sesuatu."
"Baik, terima kasih."
"Tuan muda Kaizen, tolong jaga Valentine."
"Baik, Marchioness."
"Ayo kak, kita pergi."
Aku mengangguk. "Pertama-tama letakkan dulu alat itu di tasmu, kalau hilang kita yang mati."
"Aku mengerti."
"Istriku... Aku masih tidak tega meninggalkan..." Marquess memeluk tubuh Marchioness dan menenggelamkan wajahnya di ceruk lehernya.
"Tenanglah. Valentine akan baik-baik saja. Lalu lepaskan tubuhmu dariku, kamu berat."
"Istriku jahat..."
༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaizen itu Aku
FantasyAku masuk ke dalam novel dan video game dengan judul yang sama, Holy God. Novel dan video game yang berisi kisah kehidupan dari seorang gadis bangsawan bernama Tiara. Kisah Holy God bergenre revenge harem dimana seorang gadis dikerumuni oleh banyak...