31

4.6K 605 18
                                    

Pagi itu pria dengan setelan butler sedang melakukan pekerjaan paginya, pria bersurai merah muda itu tengah menuju kamar tuannya dengan mendorong kereta makan. Pria tersebut melihat keluar jendela, bola mata Aquamarine-nya melihat ke atas menatap langit yang dipenuhi oleh awan gelap. Pagi itu sepertinya akan hujan.

Inilah pekerjaan setiap harinya, sebagai seorang pelayan dengan tuan muda yang dikucilkan. Tidak lepas darinya pernyataan 'Hebat juga bisa bertahan, kalau aku pasti sudah angkat kaki.' dan berbagai hinaan lainnya yang ditujukan entah untuknya atau tuan yang ia layani. Tapi anggap saja semua itu hanya angin lalu, selagi dia senang maka lakukan saja.

Ia menghela nafas menenangkan dirinya lalu kembali berjalan mengantar sarapan milik tuannya. Langkahnya berhenti pada kamar tujuannya. Ia mengangkat tangannya lalu mengetuk pintu tersebut sebanyak tiga kali.

"Tuan muda, ini saya Benji. Waktunya untuk anda bangun."

Benji menunggu beberapa saat namun tidak ada suara yang menyambutnya. Benji menghela nafas maklum, sudah menjadi kebiasaan setiap pagi. Dia meraih gagang pintu lalu mendorongnya hingga terbuka.

"Tuan muda--" Benji berhenti di ambang pintu, untuk sesaat dia tidak mempercayai apa yang dirinya lihat tapi setelah itu dia kembali melangkah masuk.

"Tuan muda, tidak biasanya anda bangun pagi. Tapi syukurlah, anda tahu hari ini ada pengukuran pakaian anda ya." Benji berubah menjadi sumringah.

"Sekarang waktunya anda sarapan, tuan mu--DA!? ADA APA DENGAN WAJAH ANDA!?"

"Haha... Halo Benji... Pagi yang cerah ya... Hahaha..."

"A-an-anda kenapa? Mata anda hitam, ada kantung mata. Anda tidak tidur semalam?" Benji memegang kedua pipiku mendekatkannya pada wajahnya.

"Hahaha... Aku tidak sengaja..."

"Mana ada orang begadang tidak sengaja! Anda sungguh tidak tidur semalaman?"

"Begitulah. Jam berapa Baron Evan datang kemari?" Aku turun dari ranjangku menuju bangku dekat balkon untuk mulai sarapan.

Benji beralih pada kereta makanan yang dia bawa kemari. Dia mulai meletakkan sarapan di hadapanku. "Tuan Baron akan kemari siang hari, juga ada pergantian jadwal Madame Rosetta bahwa kelas dansa anda dipindahkan sore sampai malam hari."

"Bagus. Sepertinya ini keberuntunganku. Pagi ini aku gunakan untuk tidur, kamu bebas melakukan apapun, Benji." Aku memakan sarapanku dengan tidak selera. Aku tidak kuasa menahan mataku untuk terbuka tahu, sekalinya berkedip sangat susah untuk membukanya kembali. Setelah sarapan aku tidur deh, ngantuk berat!

"Tuan muda, apa anda masih memikirkan daun Inigo itu?" tanya Benji.

Pertanyaan itu tidak dapat aku elakkan, aku mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Benji. Kenapa aku begitu keras memikirkannya sampai tidak tidur? Karena aku memiliki pikiran negatif mengenai hal itu. Insting bahayaku menunjukan bahwa aku pasti akan bertemu dengan daun itu dan seperti sudah ditakdirkan. Ditambah aku juga memikirkan masalah upacara kedewasaan Kaizen. ARGH! Radar bahayaku berada di tingkat tertinggi!

Daun Inigo, aku tidak pernah mendapati alur mengenai daun itu di novel atau game, tapi ada satu alur dimana Tiara diracun dan asal racun itu adalah sebuah tanaman. Aku punya trust issue kalau racun itu berasal dari daun Inigo ini. Orang yang mencari daun itu saat ini adalah Duchess Monica.

...

AH! Ini berhubungan! Pantas saja ada tuduhan Kaizen meracuni Tiara, jadi asalnya dari Duchess Monica. Gara-gara dia Kaizen jadi buronan. Tidak, tidak, jangan cepat-cepat menuduhnya begitu saja, diriku! Itu semua masih cocoklogi, kau masih harus mencari bukti nyata.

Kaizen itu AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang