Kami bertiga sedang berada di kandang Alpaka, Valen yang mengajak Alisha kemari. Aku tentu ikut bersama mereka karena disuruh oleh Marchioness untuk menemani sekaligus menjaga Valen dan juga aku tidak punya teman selain mereka, memang ada yang mau berteman denganku? Tidak ada.
Di kediaman keluarga Cygnus ini mereka memelihara beberapa hewan. Total ada tiga jenis hewan yang dipelihara. Alpaca salah satunya, duanya lagi adalah angsa dan kelinci.
Awal kemari aku terkejut dengan kehadiran Alpaca. Kelinci dan angsa masih bisa aku terima karena memang dasarnya hewan piaraan, tapi Alpaca? Aku kira itu hewan ternak, angsa juga bisa jadi hewan ternak sih tapi kalau angsa putih bisa jadi hewan hiasan. Selain ketiga itu keluarga Cygnus punya kolam ikan, jadi mereka memiliki empat hewan piaraan.
Yah, tidak heran sih, soalnya keluarga Cygnus menyukai hewan. Semua anggota keluarga termasuk Valen memang menyukainya. Valen jadi menyukai hewan karena dia tidak memiliki teman di perbatasan kota ini, kelinci yang ada disini bisa dibilang temannya Valen saat sendiri.
"Waahh... Mereka imut!"
"Iya kan! Aku yang membesarkan mereka." Valen berlagak keren.
"Masa? Kukira kamu hanya peduli dengan kelinci-kelincimu, Alpaca ini bukannya milik Marchioness." Aku menyangkal Valen.
"Kak Kaizen, aku juga ikut memandikannya kakak tahu! Aku ikut memandikan dan memberi makan bersama ibu."
"Itu kan bukan membesarkan namanya. Ngomong-ngomong, nona Alisha, apa anda mau memberi makan." Aku menyodorkan keranjang berisi rumput hijau yang sebelumnya sempat kuminta pada pelayan kediaman Cygnus.
Alisha nampak ragu-ragu. "Bolehkah?"
"Tentu saja, tidak ada yang melarang."
Valen mengambil alih keranjang di tanganku. "Tidak apa, nona Alisha. Saya biasa melakukannya, saya bisa mengajari anda."
Valen dan Alisha mendekat ke kandang Alpaca. Mereka sudah bisa dibilang dekat, Valen juga tidak bermuka masam lagi dan lebih banyak tersenyum. Syukurlah obrolan pesta teh tengah membahas novel. Memang tidak ada yang bisa mengalahkan obrolan tentang novel.
Mereka berdua sedang sibuk bersenang-senang. Aku tidak boleh mengganggu pertumbuhan pertemanan mereka yang baru tercipta. Aku sedikit menjauh dari kandang Alpaca, aku memilih bersandar di pohon sekalian berteduh. Jaraknya tidak terlalu jauh sehingga aku masih bisa mengawasi mereka.
Mataku melirik ke tempat pesta teh berada. Anak-anak bangsawan masih setia mengobrol dengan Tiara, mereka tidak peduli kalau si pemilik pesta sudah meninggalkan tempat itu. Yah, mereka sibuk untuk mencari teman 'untung' mereka. Apa pedulinya aku? Selagi aku dan Valen tidak berdekatan dengan orang seperti itu maka baik-baik saja.
"Apa alasanmu mendekati nona Valentine Cygnus?"
Oh, ayolah. Kenapa orang ini selalu muncul saat suasana sedang tenang?
"Apa kau ingin menjadi kesatria suci sehingga kau mendekati keluarga Marquess Cygnus?"
"Kenapa kakak pertama bertanya begitu? Memang salah jika dekat dengan sepupu sendiri? Meski bukan satu nama keluarga tapi masih bagian keluarga besar, iya kan, kak Viktor?"
Viktor yang entah ada urusan apa tiba-tiba datang menghampiriku. Dia tidak punya kerjaan ya sampai mendekatiku begini. Mau apapun itu, aku senang reaksinya berubah jadi gelagapan begitu. Rasakan itu.
"Atau kakak tidak menganggap nama Marquess Cygnus sebagai bagian keluarga besar."
"Ma-mana mungkin begitu!"
Haha! Lihat mukanya yang panik begitu, padahal aku cuma bercanda. Kayaknya zaman ini bukan zaman dimana orang bisa leluasa mengeluarkan candaan. Sikapku terlalu modern untuk zaman ini.
"Hubungan saya dengan Valen hanya hubungan antar sepupu biasa, kakak pertama dan kakak kedua tidak perlu panik begitu. Kalau kalian mengincar kesatria suci silakan saja, adik bodoh kalian ini tidak tertarik sama sekali."
Aku jadi kesatria suci? Memang bisa? Untuk jadi kesatria perlu ketahanan tubuh yang tinggi, pengetahuan tentang bela diri saja tidak akan cukup dan jangan lupa sihir atau batu sihir dalam tubuh. Aku tidak punya hal dasar semacam itu, sekalipun bisa tembus malah mati muda aku nanti. Aku sadar diri dengan kemampuanku tahu.
Aku tahu Felton ingin menjadi kesatria suci, tapi keinginan itu tidak pernah terwujud dan berakhir menjadi ketua kesatria kerajaan. Alasan Felton ingin menjadi kesatria suci juga aneh dan menjijikan, masa dia punya keinginan itu hanya supaya dia bisa berdekatan dengan Tiara.
Tiara akan pindah ke gereja untuk mendapat pelatihan khusus Saintess, kesatria suci tentunya bekerja untuk gereja. Jadi Felton menjadi kestaria suci hanya untuk BUCIN! Alasan yang sangat menjijikan! Cuman gara-gara itu Felton sampai menjebak kandidat kesatria lain supaya bisa masuk ke gereja. Untung niatnya itu ketahuan oleh Tiara dan buih-buih cinta tumbuh lagi.
Aku melirik Viktor yang diam saja. Bukannya melirik balik, mata Viktor malah melirik ke hal lain. Apa yang dia cari dari perutku?
"Apa ada hal lain lagi, kakak pertama?"
"Ti-tidak... Apa itu sudah sembuh?"
"Oh! Sudah sembuh tapi masih membekas. Mau lihat?"
Viktor terkejut. Mungkin dia salah paham atau apapun itu, ya orang mana yang mau menunjukkan perutnya sendiri ke orang lain.
"Tidak perlu. Baguslah jika sembuh."
Benar-benar deh, dia tipe pria tsundere. Sebenarnya dari kedua saudara Kaizen hanya Viktor yang bisa aku lawan dengan pikiran masih waras. Mungkin karena sifatnya yang dewasa dan selalu mendengar pendapat orang lain terlebih dahulu aku tidak sampai terbakar emosi setiap melihatnya.
Berbeda dengan Felton. Baru melihat wajahnya saja aku sudah mau memakinya dan mengeluarkan kata-kata mutiara padanya. Setiap kami berdua bertemu Felton selalu mencari-cari kesalahanku bahkan sampai memukul, untung aku bisa melindungi diri lalu mencari cara supaya bukan aku yang dimarahi melainkan Felton. Sekali kami beradu mulut dan Felton tidak bisa lagi membantah yang ia lakukan adalah mengungkit masa lalu yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan keadaan sekarang. Mengingatnya saja sudah membuatku malas.
Aku jadi paham, inilah perbedaan beradu mulut dengan orang yang punya otak dan orang yang cuma punya otot.
Ngomong-ngomong, ini pertama kalinya Viktor mengatakan 'Baguslah' padaku. Entah bagaimana itu menggangguku, aku merasa menjijikan diucap begitu. Apa Viktor mengakui kesalahannya.
"Haha... Ini pertama kalinya anda mengucap syukur pada saya."
"Kaizen...-"
"Dari pada merasa senang malahan terasa menjijikan. Jadi, saya mohon anda tidak melakukannya lagi."
"Duel itu, aku minta--"
"Valen! Nona Alisha! Sudah selesai memberi makannya?"
Aku beranjak dari tempat itu meninggalkan Viktor. Aku tahu dia ingin minta maaf lalu mengatakan kalau ia tidak sadar menyalurkan sihir ke pedang kayu itu, alasan yang klise. Tapi sayangnya aku bukan orang yang dengan mudah memaafkan orang lain. Aku hampir mati dari permintaan duelmu itu kau tahu. Huft, andai Viktor tidak memaksa minta duel tambahan itu mungkin perutku sekarang masih mulus.
༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺༺

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaizen itu Aku
FantasíaAku masuk ke dalam novel dan video game dengan judul yang sama, Holy God. Novel dan video game yang berisi kisah kehidupan dari seorang gadis bangsawan bernama Tiara. Kisah Holy God bergenre revenge harem dimana seorang gadis dikerumuni oleh banyak...