23

7.8K 934 34
                                    

"...Itulah yang terjadi, tuan Marquess." Aku selesai menceritakan kejadian yang aku dan Valen alami tadi siang. Aku memang ditugaskan untuk menjaga serta melapor apapun yang Valen alami pada keluarga Cygnus.

Marquess White Cygnus yang berada di depanku sangat serius mendengar hasil laporanku. Kalau sudah soal anak tentu sebagai orangtua harus selalu serius tidak mungkin mereka bisa mengabaikannya begitu saja. Ya ada sih, orangtuaku contohnya. Irinya jadi Valen.

"Begitu ya, saya mengerti. Putriku sekarang sudah aman dan tidak ada luka serius ditubuhnya, hanya beberapa luka lecet yang bisa disembuhkan dan pakaiannya yang kotor." Marquess Cygnus menghela napas lega mengingat beberapa saat yang lalu beliau yang memeriksa keadaan Valen. Walau aku harus mengatakan pemeriksaan yang heboh, beliau memeriksa putrinya dengan histeris dengan air mata yang mengucur. Aku tahu dia adalah ayahnya, tapi tidak perlu sampai segitunya juga, kan.

"Ini berkat anda, tuan muda ketiga. Saya mengucapkan terima kasih." Marquess Cygnus membungkukkan tubuhnya tanda terima kasih.

"Anda tidak perlu membungkuk, tuan Marquess. Sudah menjadi tugas saya." Aku memegang kedua bahunya untuk membangunkan tuan White. Agak canggung melihatnya membungkuk seperti itu.

Semua sudah selesai. Kami berhasil selamat dan aman, tidak terlalu aman juga sebenarnya karena bahuku terluka. Intinya nyawa kami masih berada di dalam raga. Syukurlah, apa yang aku takutkan dari kemungkinan yang ada didalam novel dan game tidak menjadi kenyataan.

Ngomong-ngomong soal novel dan game, bagaimana keadaan alur utamanya? Apa pertemuan Tiara dengan Putra Mahkota Arthur sudah terjadi? Aku penasaran.

"Lagipula penyerangan tersebut sudah diatasi, meski para pembunuh itu ditemukan tewas di hutan. Setidaknya tidak ada yang terkena serangan mereka."

Marquess White menghela napas panjang. "Haahh kenyataannya tidak sebaik itu. Saat perburuan Yang Mulia Putra Mahkota Arthur ditemukan sekarat di hutan dan dia terkena racun yang mana para pendeta tidak bisa menanganinya. Saya yang harus turun tangan menyembuhkan beliau dengan menyerap racun lalu menyegelnya."

"Para pendeta tidak bisa melakukannya?"

Tuan Marquess yang menyembuhkan Putra Mahkota? Tunggu, bukan Tiara? Kalau begitu pertemuan pertama mereka tidak terjadi.

"Benar. Entah jenis racun apa yang diterima Putra Mahkota, tapi yang jelas racun ini selalu mengincar jantung." Marquess mengeluarkan kalung batu yang menjadi tempat segel dari racun tersebut.

Warna ungu tua. Warnanya sedikit berbeda dengan jenis sihir hitam yang merasuki Kaizen di alur asli. Tapi ada kemungkinan racun ini berkaitan dengan sihir hitam tersebut. Aku tidak boleh mengabaikannya.

Sejauh Marquess bercerita masih sama dengan alurnya hanya berbeda di akhir. Aku harus memancingnya.

"Anda menyegel racun itu sendiri? Bukan maksud saya menghina anda, tuan Marquess. Tapi saya tahu anda sibuk berpatroli, bagaimana anda bisa tiba dengan cepat?"

"Untungnya saat itu saya selesai berpatroli sehingga masih memiliki waktu untuk menyelamatkan beliau. Tapi... Saat tiba saya melihat nona Tiara Agnito berada di depan tenda Putra Mahkota dan berniat untuk menyembuhkan beliau. Entah apa yang dipikirkannya tapi beberapa pendeta menghalanginya."

Karena tuan Marquess sudah tiba jadi keberadaan Tiara tidak diperlukan lagi disana. Tiara pasti diusir oleh tuan Marquess dengan alasan tidak ada yang boleh menyentuh keluarga raja.

Kalau begitu pertemuan mereka tidak terjadi dong?

"Jadi dimana nona Tiara Agnito berada sekarang?"

"Dia ada di tenda Putra Mahkota. Entah bagaimana dia bisa diperbolehkan masuk begitu saja." Tuan Marquess berucap dengan bola mata memutar, sepertinya dia malas membicarakan Tiara. Tiara kan pernah membuat Valen marah, sebagai ayah yang bucin tentu dia tidak menyukai Tiara dan keluarganya.

Kaizen itu AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang