Pagi hari menyapa segala aktivitas yang ada di kediaman Agate. Seperti biasa pada pagi hari Benjamin akan datang ke kamar tuan muda untuk membangunkannya lalu menyiapkan sarapan pagi, kemudian dilanjut merapikan kamar sang tuan muda. Benjamin sudah berdiri di depan kamar tuan muda, dia hanya berdiri diam disana. Semalam telah terjadi sesuatu padanya...
.
.
Semalam saat Benjamin dalam perjalanan menemui tuannya untuk memberitahu soal makan malam dia berpapasan dengan tuan muda. Tanpa pikiran apapun Benjamin langsung berbicara padanya.
"Tuan muda, makan malam akan tiba. Menu makanannya adalah kesukaan anda," kata Benjamin dengan senyuman di bibirnya. "Apakah anda ingin membawakannya ke kamar anda atau anda ingin makan di ruang makan?"
Tidak ada balasan darinya biasanya Benjamin akan langsung mendapat jawaban sedetik setelah dia berbicara, tapi kali ini tuannya bersikap pasif. Lalu barulah dari sanalah Benjamin menyadari ada yang tidak beres atau pasti telah terjadi sesuatu pada tuannya. Untuk itulah Benjamin sekali lagi memanggil sang tuan muda.
"Tuan muda?"
"Ah, Benji. Maaf, tapi aku tidak ingin makan malam. Aku ingin tidur jadi Benji pulang saja."
Ucapan itu sangat jarang diucapkan olehnya. Tidak, bahkan sangat mustahil.
.
.
Sekarang sudah lewat semalam, apa sudah baik-baik saja? Apa sudah lebih tenang? Sebenarnya apa yang terjadi?
Benjamin menggeleng kepalanya mengusir semua pemikiran negatif serta meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja. Tangannya terangkat berpegang pada gagang pintu, menarik napas dalam-dalam lalu mendorong pintu tersebut hingga terbuka. Hanya ada kesunyian dan pemandangan yang biasa bagi Benjamin tiap paginya tapi untuk kali ini berbeda, masih ada perasaan khawatir didalam hatinya.
Sebuah gundukan terlihat di atas kasur besar yang berada di dalam kamar tidur. Tidak ada yang perlu ditakutkan dari keberadaan gundukan di atas kasur itu karena Benjamin dapat menebak apa isi jika selimut itu disingkirkan. Benjamin hanya perlu bersimpati pada sang tuan muda karena jika tuannya mengubur diri dalam selimut itu artinya dia menangis dan ada kemungkinan tidak tidur semalaman ini. Itulah yang Benjamin sadari, saat tuannya sedang dalam masalah atau gejolak batin atau bahkan perang batin dia akan terus memikirkannya hingga mengabaikan waktu tidurnya. Memang stres dapat merusak jam tidur tapi masalahnya tuannya ini masih muda dan ditimpa perang batin hingga kurang tidur terlalu berlebihan. Tapi Benjamin memakluminya karena yang dipikirkan adalah mengenai keluarga, sikap keluarganya berubah bagaimana tuan mudanya tidak kepikiran.
Benjamin berjalan mendekati kepompong selimut tersebut. "Tuan muda." Benjamin menepuk pelan sang tuan muda, tidak ingin mengejutkannya di pagi hari. "Tuan muda, waktunya untuk bangun."
Ada pergerakan namun tidak kunjung membuka selimut. Benjamin segera memutar otaknya untuk membujuk.
"Anda tidak apa-apa?" Sebuah gelengan terlihat, Benjamin bingung apakah itu artinya tidak apa-apa ataukah kenapa-napa.
"Apakah terjadi sesuatu kemarin sore?"
Sebuah anggukan. Ah, Benjamin seperti membujuk anak kecil saja. Mungkin memang benar, bungsu akan tetap bersikap seperti anak kecil mau berapapun usianya.
"Apa anda ingin menceritakannya dengan saya?"
Tidak ada pergerakan. "Anda belum siap bercerita? Tidak apa, tuan muda. Saya dapat menunggu sampai anda siap."
"Aku... tidak mengerti..."
Ah, akhirnya berbicara tapi suaranya serak. Ternyata benar dia menangis mungkin semalaman ini hanya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaizen itu Aku
FantasyAku masuk ke dalam novel dan video game dengan judul yang sama, Holy God. Novel dan video game yang berisi kisah kehidupan dari seorang gadis bangsawan bernama Tiara. Kisah Holy God bergenre revenge harem dimana seorang gadis dikerumuni oleh banyak...