28

5.6K 732 13
                                    

"PENONTON SEKALIAN, TELAH TERJADI KECURANGAN DI TEMPAT INI. SEORANG PESERTA TELAH MELANGGAR PERATURAN TANTANGAN. HMM SAYANG SEKALI YA... DIA SUDAH DINYATAKAN MENANG DAN SEBENTAR LAGI MASUK FINAL. TAPI... TIDAK ADA MAAF UNTUK ORANG CURANG."

Benar-benar deh...

"Huft, syukurlah tuan muda ketiga. Anda tidak jadi melawan orang itu." Dokter Leo bersuara di sampingku.

"Memang kenapa, dokter?"

"Kenapa? Anda tanya kenapa? Jika anda melawan dia anda kalah telak! Sudah begitu lihat kondisi anda!" Dokter langsung menempelkan kain yang sudah direndam obat ke pipiku yang memar.

"WAA! Ini dingin, dokter! Maafkan aku, maafkan aku!" Dokter menghela nafasnya lalu menjauhkan kain itu dari wajahku kemudian melanjutkan kegiatannya.

Tapi apa yang dikatakan dokter ada benarnya. Jika aku jadi melanjutkan duel aku pasti akan tumbang, kepalaku masih sedikit berputar dan pusing, untuk berdiri lama saja aku tidak yakin bisa menahannya.

Dengan diskualifikasi orang itu bukankah artinya aku langsung ke grand final? Aku tidak harus melawan satu orang lagi karena dia sudah tumbang dan keadaannya lebih butuh pengobatan dibanding duel untuk kemenangan. Itu artinya lawanku selanjutnya adalah Nolan Joel.

"SEKARANG... ADALAH WAKTU YANG SUDAH KALIAN TUNGGU-TUNGGU. WAKTUNYA GRAND FINAL!!!..."

Sudah waktunya. "Terima kasih, dokter Leo. Aku sudah cukup membaik sekarang." Aku berdiri dari tempat dudukku.

Dokter yang melihatku berdiri langsung menunjukkan wajah khawatir. "Anda yakin, tuan muda ketiga? Bagaimana dengan kepala dan penglihatan anda?"

"Semua baik. Penglihatan ku tidak buram lagi dan kepalaku tidak berputar lagi, meskipun masih pusing tapi masih bisa ku tahan."

Dokter Leo diam tapi matanya seperti menghindar dari mataku, dia terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi ragu. "Tuan muda ketiga, bagaimana jika saya meminta anda untuk menyerah dan berhenti saja disini, apa anda akan melakukannya?"

Tunggu, apa? Kenapa tiba-tiba? Dokter Leo tidak pernah berkata seperti ini, di tidak sedang khawatir, kan? Tidak, khawatirnya dokter Leo tidak seperti ini. Tatapan matanya tidak menunjukkan perasaan sendiri tapi terlihat dia disuruh untuk melakukannya.

"Aku menolak." Aku berbicara tegas membuat dokter Leo terkejut. "Kau tahu, dokter. Aku mengikuti ini bukan untuk bunuh diri atau mencari perhatian atau apapun itulah. Aku ikut benar-benar untuk mendapat hadiahnya, aku sudah janji untuk membantu seseorang dan kebetulan hadiahnya menggiurkan, jadi kenapa tidak aku lakukan saja."

"Apa itu sesuatu yang sangat penting bagi anda? Apa anda tidak bisa menolaknya?"

"Sudah kucoba, tapi dia merengek. Tapi aku jadi berpikir, sekali-kali aku ingin menyenangkannya, begitulah."

"BABAK TERAKHIR AKAN SEGERA DIMULAI!!!..."

Ah, sekarang giliranku. "Aku pergi sekarang, dokter. Tidak ada lagi yang ingin anda katakan, kan?"

Dokter menghela nafas, terdengar seperti dia menyerah. "Anda memang batu."

Hah?

"Selamat berjuang, tuan muda ketiga. Memang anda sulit dibantah."

"Akan kuanggap itu pujian. Aku pergi dulu, dokter." Aku pergi menuju arena meninggalkan dokter Leo di ruang medis sendirian.

Dokter Leo menghela nafasnya lagi. "Itu jawaban beliau. Saya sudah menduganya, beliau sangat keras kepala. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikannya, tuan Duke." Dokter Leo berbicara pada orang yang berada di balik pintu. Dokter yakin, meski tidak bertatapan langsung tapi pasti beliau mendengar perkataannya. Tidak ada suara sebagai jawaban, ini sangat lumrah terjadi jadi tidak heran.

Kaizen itu AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang