35

4.7K 463 56
                                    

Tidak mungkin aku takut. Darimana aku takut. Karena apa juga aku takut. Tidak mungkin aku takut keluarga Agate meninggalkanku, kan aku berencana untuk kabur dari sini. Perkataan paman Eli sangat tidak masuk akal.

... Tapi perkataannya membuatku kepikiran. Labil sekali diriku, baru juga tadi menyangkal sekarang malah mempertanyakan diri sendiri. Masalahnya semalaman ini perkataan paman masih terbayang di dalam kepalaku. Berulang kali aku terngiang dan berulang kali aku menyangkal untuk menenangkan diri, tapi tetap saja aku kepikiran.

Dipikir-pikir kalau kabur dari kediaman akan lebih baik dilakukan sebelum pesta kedewasaan atau seharusnya sudah kulakukan bertahun-tahun yang lalu. Tapi aku tidak melakukan hal itu, sebenarnya baru terpikirkan sekarang, sih. Agak bodoh karena baru sekarang sadarnya.

"Tuan muda... Anda tidak bersemangat hari ini, apa anda sakit?" tanya Benji sambil meletakkan secangkir teh di depanku.

"Tidak, Benji. Aku tidak sakit." Aku menunduk menatap pantulan wajahku di dalam air teh. Memang benar, aku kehilangan semangat hari ini. "Benji, bagaimana menurutmu tentang perkataan paman kemarin?"

Benji memandangku dengan tatapan khawatir, dia mengerti apa yang tengah aku pikirkan. "Menurut saya apa yang dikatakan tuan Joanna kemarin benar."

"Sudah kuduga... Perlakuanku di masa lalu yang salah, ahahaha..." Sial, aku benar-benar kalah telak.

"Saya juga mengerti dengan sikap yang anda ambil, tuan muda. Anda yang diperlakukan tidak adil dalam keluarga tidak mengherankan anda menjauhi keluarga anda. Tapi keluarga tetaplah hubungan yang sangat erat, anda bisa marah tapi anda tidak bisa menghancurkan hubungan sebuah keluarga," ucap Benji dengan nada suara yang lembut.

"Tapi mereka duluan yang menjauhiku. Selain itu, apa maksudnya aku takut dijauhi keluargaku sendiri? Mereka bisa mengabaikan ku masa aku tidak."

Benji tersenyum. "Kalau itu hanya anda yang bisa menjawabnya."

Apa sih. Sok misterius sekali. Aku kan butuh jawaban darinya juga. "Aku kesal sama Benji, aku cemberut gara-gara Benji. Humph!"

Benji terkekeh mendengar balasanku. "Tuan muda saya ingin bertanya, apa anda yakin dengan mengabaikan tuan Duke dan kakak anda adalah cara terbaik untuk memutuskan hubungan anda?"

"Tentu saja. Aku hanya melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lakukan."

"Apakah ada alasan lain?"

Alasan lain... Ada. "Aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasa."

"Lalu apa yang anda dapatkan? Apa sudah sesuai yang anda harapkan?"

Yang aku harapkan dari balas dendam itu adalah membuat mereka jengah denganku hingga berada di titik mereka tidak menganggap ku ada dan hanya fokus pada Tiara saja. Jika mereka seperti itu maka aku telah membuka pintu pelarian dengan lebar lalu memulai hidup baruku sendiri. Apakah itu sesuai yang aku harapkan? Tidak, malah sebaliknya.

"Yang aku harapkan tidak terwujud, malah aku terikat. Kamu tau kan, Benji. Aku terkadang di teror oleh kakak kedua untuk melakukan sparing dan setiap kita ingin pergi keluar kakak pertama entah darimana akan muncul lalu bertanya kita mau kemana. Setiap bertatap muka dengan mereka aku merasa aneh."

"Menurut saya apa yang telah anda lakukan selama ini seakan anda sedang menarik perhatian tuan Duke dan kakak anda."

"Ma-mana mungkin, Benji... Kau mengada-ngada."

"Tidak, tuan muda. Anda secara tidak sadar telah melakukannya. Ingat saat anda berduel dengan tuan Viktor dan perut anda robek, bukankah itu awal dimana anda dan tuan Viktor berbincang secara informal."

Kaizen itu AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang