10

10.6K 1.1K 8
                                    

Tiara Agnito. Mau di novel atau game dia adalah seorang pemeran utama. Rambut panjang sepinggang berwarna emas, bola mata berwarna hijau dengan tatapan mata yang lembut, dan jangan lupa aset yang paling penting yakni wajahnya yang cantik.

Serius, deh. Kenapa setiap perempuan yang cantik itu rambutnya selalu pirang. Ini antara author ingin menjadikan pemeran utama bersinar dari yang lain atau memang malas buat deskripsi yang berlebihan.

Apapun itu intinya Tiara Agnito adalah pemeran utama dari karya 'Holy God'. Bisa dibilang sumber tata surya utama khususnya untuk para haremnya.

Aku menyebutnya sumber tata surya juga dengan alasan, karena memang dia ramah dan murah senyum, dikelilingi banyak orang, dan bersinar juga.

"Nona Tiara, senang bertemu denganmu disini."

"Sudah saya duga nona pasti akan datang."

"Saya senang nona Tiara hadir."

"Benarkah? Saya juga senang bisa datang kemari. Oh iya, saya sudah membaca novel yang direkomendasi nona, lho."

"Benarkah?"

Sebenarnya apa yang aku lakukan disini? Apa-apaan obrolan hangat di depanku ini. Kenapa ada efek bunga-bunga dan cahaya emas? Situasi harmonis apa ini!?

Secara mengejutkan aku diundang ke acara pesta teh milik keluarga Marquiss Cygnus. Ini pesta teh pertama yang diselenggarakan oleh Valen sendiri, karena dia sudah menginjak usia 10 tahun ia harus menguasai ilmu tentang dunia pesta bangsawan.

Aku otomatis diikut sertakan, awalnya untuk menemani Valen selama acara tapi setelah dipikir kenapa aku tidak sekalian dijadikan tamu saja, pesta teh untuk anak-anak juga tidak terlalu dikhususkan untuk wanita, setidaknya belum. Itulah kenapa aku bisa berada disini.

Aku cuma mikir bisa makan enak di pesta ini. Aku lupa kalau Tiara juga seorang bangsawan dan belum mendapat pelatihan khusus sebagai Saintess. Aku telah terbutakan oleh makanan.

"Kamu tidak mengobrol, Valen? Posisimu sebagai penyelenggara tergeser, lho," ucapku kepada Valen yang berada disamping kanan dengan mataku masih fokus pada Tiara yang berada diseberangku.

"Tidak mau. Tugasku cuma mengadakan pesta, selama tidak kacau maka baik-baik saja."

"Bisa-bisa kamu tidak punya teman perempuan. Kalau Marchioness tanya kamu yang jawab ya, aku tidak mau terseret."

"Tidak perlu menjawab juga ibu sudah tahu."

"Hah?"

Aku melirik Valen yang arah matanya melirik ke arah lain, seperti menghindar dari sesuatu. Aku mencari ke segala arah alasan kenapa Valen menghindar.

Di bangunan kediaman utama keluarga Cygnus dekat dengan tempat pesta terdapat banyak jendela besar, seperti bangunan kediaman bangsawan biasanya. Di salah satu jendela besar itu samar-samar terlihat siluet seorang wanita dewasa yang bersandar di sisi jendela.

Kalau aku perhatikan lebih seksama siluet itu membentuk seorang yang aku kenal. Ah, Marchioness sedang mengawasi disana. Dari tatapannya yang sangat tajam tidak heran kenapa Valen harus menghindar.

'Marchioness seperti bilang kalau Valen harus mengobrol atau hukuman menanti. Aku pahan Marchioness, anda sebal dengan Valen yang tidak mau bergaul di pesta.'

"Kurasa kamu tetap harus mengobrol walau cuma hal remeh. Marchioness terlihat siap untuk menghukummu."

"Tidak mau."

Bocah ini!

"Aku mencoba menyelamatkanmu dari amukan ibumu. Setidaknya terima nasehatku!" Aku berbisik pada Valen, tidak ingin orang lain mengetahuinya.

Kaizen itu AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang