Sesuai dengan janji, dua pasang suami istri itu pergi bersama. Sesampai di depan butik, Nadlyne menatap Leon dan Suaminya."Kalian sampai di sini saja."
"Kenapa?"tanya Leon heran.
"Kalian pergi saja, aku dan Liona akan memilih baju di butik. Kami akan lama dan kalian akan bosan,"kata Nadlyne.
Emil dan Leon bertukar pandang. Namun, mereka tidak ingin merumitkan hal sekecil ini.
"Ah, baiklah, kami akan ngobrol di toko roti. Selamat menikmati waktu kalian." Emilio mengalah dan mengajak Leon untuk ngobrol.
"Sekarang kita bisa belanja." Nadlyne teryawa senang.
"Bisakah kau bantu aku memilihkan gaun uang cocok?"tanya Liona.
"Tentu saja. Itulah alasan kenapa kita harus pergi bersama."
"Gaun di sini bagus-bagus, ya." Liona menatap deretan gaun dengan takjub. Selama belasan tahun ia tinggal di sini, ia tidak pernah memasuki butik ini. Ternyata begitu menyenangkan berbelanja sesuatu yang akan kita pakai sendiri.
"Kau juga harus membeli sepatu dan perhiasan,"kata Nadlyne.
"Tapi, aku belum minta izin Leon."
Nadlyne memutar bola matanya."Dia pasti akan setuju. Dia itu sangat mencintaimu. Percayalah padaku."
"Begitu, ya." Meskipun mungkin yang dikatakan Nadlyne benar, ia merasa sungkab belanja dalam jumlah yang banyak.
Nadlyne menyenggol Liona saat ada tamu yang baru saja masuk."Itu Anne."
"Apa?" Liona menoleh. Benar saja, Anne dan Damian datang. Mereka terlihat sangat mesra. Mungkin mereka akan memesan gaun pengantin karena di sini adalah perancang gaun terbaik.
"Hoho, siapa yang ada di sini." Anne tersenyum sinis.
"Ah, Anne kebetulan kita bertemu lagi,"sapa Nadlyne,"Hallo, Damian."
"Halo. Kalian bicara saja, aku harus menemui pemilik butik." Damian pergi begitu saja.
Anne melihat beberapa perhiasan di atas meja, lalu ada sepatu dan gaun yang sedang dibungkus. Belanjaan itu sangat banyak. "Kalian belum pulang ke daerah asal, ya?"
"Iya. Kami memutuskan untuk berbelanja lebih dulu selagi kami masih ada di Kota ini." Nadlyne menjawab.
"Tentu saja, karena di daerah kalian tidak ada tempat seperti ini." Anne tertawa mengejek,"apa lagi tempat tinggal Liona, sangat jauh bukan? Sangat pedesaan dan~tidak ada tempat berbelanja yang bagus. Model di sana juga sangat kampungan."
"Semua itu tentang uang, Anne. Kami punya banyak uang dan bisa kapan pun datang jika kami mau." Nadlyne bersedekap dan mulai kesal dengan sikap Anne.
"Sayang, kemarilah, ayo coba gaun ini,"panggil Damian.
"Lebih baik tinggal di Kota dan punya banyak uang seperti aku." Anne tertawa mengejek, kemudian ia pergi menemui Damian.
"Maafkan sikapnya, Nadlyne." Liona tersenyum tipis.
Nadlyne mendesah panjang."Andai saja dia bukan saudaramu, sudah kuacak-acak rambutnya."
"Kau boleh menarik rambutnya"balas Liona sembari tertawa.
"Sepertinya kita sudah selesai, ya?"
Liona mengangguk."Iya, kita hanya perlu menunggu mereka selesai membungkus dan menunjukkan total harga."
"Aku sudah lapar." Nadlyne mengusap perutnya.
"Setelah ini kota langsung menemui suami mereka. Semoga saja mereka tidak marah karena kita terlalu lama."
Nadlyne terkekeh."Itu setimpal dengan apa yang mereka lakukan setiap malam, bukan?"
"Astaga." Liona tertawa karena mengerti ke mana arah pembicaraan Nadlyne.
"Liona~"
"Ya?" Liona tersentak karena Damian tiba-tiba datang.
"Ini untukmu." Damian menyerahkan sebuah perhiasan mahal dari toko itu.
Semua orang terkejut. Liona melihat ke sekelilingnya dan menggeleng."Terima kasih, tapi, aku tidak bisa menerimanya. Maafkan aku."
"Kenapa?aku memberi hadiah pada adik iparku sendiri. Sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, kan?"
"Benar, tapi, aku tidak bisa. Maafkan aku." Liona menolak dengan nada yang sangat lembut.
"Lebih baik kau serahkan saja pada Anne." Nadlyne menimpali. Ia tahu bahwa Liona terlihat tidak nyaman,"kami sudah membeli banyak perhiasan."
"Kau tahu, kan, kalau menolak hadiah seperti ini tidak sopan. Apa lagi aku ini akan menjadi saudaramya." Damian tidak mau menyerah.
"Baiklah, Liona terima saja." Nadlyne meyakinkan Liona untuk menerimanya agar situasi tidak nyaman ini segera berakhir.
"Apa itu?" Anne datang dengan wajah penuh kecurigaan. Namun, Damian tampak tenang-tenang saja.
"Aku memberi hadiah untuk adikmu, sayang,"jawab Damian santai.
Anne menatap Damian bingung."Kenapa kau memberinya hadiah?"
"Karena dia cantik." Damian tersenyum tanpa merasa bersalah.
Nadlyne menutup mulutnya karena tidak percaya. Ia terdiam sembari menatap ekspresi Anne yang tampak murka.
"Sebaiknya untuk Anne saja." Liona angkat bicara. Situasi ini sudah pasti menjadi tidak menyenangkan.
"Anne sudah beli. Kau tidak perlu sungkan, karena harganya tidak lebih mahal dari milik Anne. Aku hanya suka memberi hadiah. Tolong hargai rasa bahagiaku ini, Liona. Anggap saja ini hadiah pernikahanmu dengan Leon."
Liona menerimanya dengan cepat. "Ba-baiklah, terima kasih. Aku akan memberikan hadiah di pernikahan kalian nanti. Terima kasih."
"Karena kami sudah selesai, kami harus pergi. Suami sudah menanti,"kata Nadlyne.
"Silakan dan hati-hati di jalan,"kata Damian.
Nadlyne memeluk tangan Liona dan berjalan cepat. Sementara itu pelayan toko mengikuti ddi bekakang sembari membawa barang-barang yang mereka beli.
"Kenapa Damian seperti itu padamu, Liona? Apa dia menyukaimu?"bisik Nadlyne sembari terus berjalan.
"Entahlah, Nadlyne, dia terus mengikutiku. Kami selalu bertemu secara tidak sengaja dan dia selalu mengajakku bicara. Ini sama saja seperti pengibaran bendera perang dengan Anne."
"Kau harus berhati-hati. Tapi, dipikir-pikir dia memang tampan sekali dan masih muda. Siapa pun pasti akan tertarik padanya. Selain itu juga dia kaya raya, astaga~" Nadlyne menggelengkan kepalanya.
"Jangan bahas perihal Damian di depan Leon, ya. Dia sangat cemburu. Selain itu dia juga tidak terlalu akur dengan Damian,"pesan Liona.
"Baiklah, aku mengerti. Ayo temui mereka."
Liona menoleh ke belakang, melihat apakah Anne dan Damian masih ada di sana. Mereka terlihat bicara dengan serius. Liona berpikir kalau mereka sedang bertengkar. Sikap Damian memang berlebihan. Semoga semua baik-baik saja. Tetapi, kenapa Damian bersikap seperti itu? Apa mungkin Damian menyukainya? Kenapa?

KAMU SEDANG MEMBACA
EROTIC NIGHT
RomansLiona Cassandra dibenci Luvia karena merupakan anak simpanan suaminya. Sejak kecil, hidup Liona menderita. Kebencian luvia membuatnya menjodohkan Liona dengan pria yang menurutnya buruk. Namun, kesalah pahaman terjadi. Yang menikahi Liona bukanlah p...