Pagi ini Liona menyiapkan diri tanpa bantuan Tracy atau pun Adeline. Tentu hari ini berbeda dengan hari biasanya karena Leon menginap di rumah utama bersamanya.
"Sayang, hari ini kita makan pagi bersama Kakak, ya?"kata Leon ketika ia selesai berpakaian.
Liona menoleh dan mengangguk."Baik."
"Kamu kenapa? Terlihat tidak bersemangat." Leon menghampiri Liona yang duduk di depan cermin.
"Pangkal pahaku nyeri."
Leon tersenyum,"nanti kamu akan terbiasa, sayang." Leon memberikan kecupan di pipi Liona."Kamu istirahat setelah kita sarapan bersama Kakak. Sekarang kita pergi."
Liona dan Leon pergi ke ruang makan. Darren sudah menunggu di sana. Pria itu tersenyum melihat pengantin baru itu datang. Keduanya terlihat sangat serasi.
"Selamat pagi, Kak,"sapa Liona.
"Pagi, Liona. Kalian terlihat sangat serasi." Darren mempersilakan keduanya duduk,"ayo kita makan pagi."
"Terima kasih, Kak." Liona menatap hidangan lalu dua pria di sekelilingnya. Hidupnya benar-benar berubah. Ia memiliki orang yang bisa melindunginya.
Leon memperhatikan penampilan Darren."Kakak sudah berpakaian rapi,apa kakak akan pergi?"
Darren mengangguk."Iya, aku akan membeli lahan yang dijual warga. Mereka sangat membutuhkan uang itu."
"Apa Kakak membelinya dengan harga murah?"
"Aku membelinya dengan harga sesuai pasaran. Aku bahkan memberinya lebih karena mereka terlihat kesulitan keuangan." Darren memang pria yang sangat dermawan. Dia juga banyak disukai orang karena keramahannya. Orang-orang suka berinteraksi dengannya. Berbeda dengan Leon yang lebih pendiam dan terkesan misterius. Orang-orang cenderung menyeganinya.
"Kakak memang yang terbaik. Tapi, Kakak harus memperhatikan kesehatan. Belakangan ini Kakak jarang istirahat." Leon tidak tahu bagaimana caranya menghentikan Darren agar mengurangi aktivitasnya.
"Aku baik-baik saja." Darren tidak pernah mendengarkan nasehat Leon perihal kesehatannya. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana cara mengumpulkan uang agar adiknya tidak kesulitan.
"Biar aku yang melakukan beberapa pekerjaan,"kata Leon.
"Jangan. Kalian baru saja menikah. Kau harus menemani istrimu lebih dulu. Ajaklah pergi ke tempat-tempat yang menarik. Kau harus membahagiakannya."Leon tertegun."Kakak juga harus bahagia dengan menemukan wanita yang menerima Kakak."
"Aku akan bertemu dengannya suatu saat nanti." Darren pun terbatuk.
"Sebaiknya Kakak mengurangi rokok."
"Iya-iya." Darren menatap Liona,"apa kau bahagia , Liona?"
Liona mengangguk pelan."Aku sangat bahagia, Kak. Kakak dan Leon menyayangiku. Aku adalah orang asing yang masuk ke keluarga ini. Tetapi, aku diterima dan diperlakukan dengan baik."
"Itu pantas kau dapatkan. Kau pasti sudah menanti kebahagiaan. Sekarang kebahagiaan itu sudah datang, jadi, nikmatilah. Jika Leon menyakitimu, katakan saja padaku." Darren terkekeh.
"Mana mungkin aku menyakitinya,"gumam Leon,"tapi, bagaimana pun kakak harus membiarkan aku tetap bekerja. Karena aku sudah punya istri. Aku harus bekerja keras."
Darren terkekeh."Kalau begitu pergilah ke Barat untuk pesta pertunangan anak Keluarga Lincollin. Kau bisa pergi sore ini karena lokasinya tidak terlalu jauh. Bawalah istrimu."
"Baik, Kak."
Setelah sarapan pagi, Darren pergi bersama beberapa pengawalnya. Sementara itu Leon dan Liona kembali ke kamar.
"Lalu, apa yang kita lakukan sekarang?"tanya Liona.
"Aku harus memeriksa laporan keuangan, sayang. Kalau kamu~pergilah temui Adeline atau Tracy. Minta mereka menyiapkan gaun dan sepatu yang cocok untuk pesta malam nanti."
"Baik,aku pergi menemui mereka sekarang,"kata Liona dengan nada riang. Untunglah Leon mulai disibukkan dengan pekerjaan. Jadi, ia tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga karena bercinta. Liona merasa tenaga Leon tidak ada habisnya.
"Adeline~"panggil Liona.
"Iya, Nyonya." Adeline datang menghampiri.
"Tolong bantu aku memilih pakaian. Malam ini kami akan pergi ke pesta pertunangan salah satu teman Leon."
Adeline berpikir sejenak mengingat pakaian yang dimiliki oleh Liona."Oh, baiklah, Nyonya. Apa Nyonya ingin gaun baru? Karena jumlah gaun yang Nyonya miliki hanya sedikit."
"Hmm apa tidak apa-apa aku membeli gaun lagi?" Liona tidak yakin dengan hal ini.
"Tentu saja boleh. Lagi pula status Nyonya adalah istri Tuan Leon. Nyonya merupakan 'wajah' dari Tuan Leon,"kata Adeline.
Liona tersenyum."Ternyata kau lebih mengerti dari pada aku. Terima kasih, Adeline. Aku harus pamit pada Leon. Tapi, dia masih kerja."
"Tidak apa-apa mengganggunya untuk berpamitan, Nyonya."
"Leon~" Liona muncul di ambang pintu perpustakaan di mana Leon sedang bekerja.
"Ya, sayang? Masuklah."
Liona berjalan pelan menghampiri sang suami."Apa aku boleh membeli satu gaun untuk malam ini? Adeline akan menemaniku membeli gaun."
"Boleh. Belilah sebanyak yang kamu butuhkan, sayang. Karena kamu adalah istriku dan akan menemaniku dalam beberapa perjalanan. Jadi, belilah beberapa,"jawab Leon.
"Baiklah, terima kasih."
"Bawalah uang ini." Leon menatap Liona dengan begitu dalam,"apa aku harus ikut juga?"
"Kamu sedang bekerja."
"Aku bisa meninggalkannya sebentar." Leon hendak berdiri,tetapi, Liona menahannya."Jangan begitu. Aku pergi dengan Adeline saja. Aku akan segera kembali."
"Baiklah, sayangku, hati-hati. Bawalah Lukas juga untuk mengawal kalian,"pesan Leon yang kemudian memberikan kecupan di kening Liona.
Liona mengangguk, lalu ia pergi dengan Adeline menuju kota. Mereka berhenti di sebuat butik ternama di Kota itu.
"Gaun seperti apa yang harus kubeli?"Liona bertanya-tanya dalam hatinya. Saat ini ia tengah memandang gaun yang dipajang dengan bingung.
"Gaun ini sepertinya cocok dengan kulit putih Anda." Suara itu tiba-tiba muncul di belakang Liona.
Liona terkejut karena ada pria muda yang sangat dekat dengan posisinya berdiri. Liona menjauhkan tubuhnya."Ah, terima kasih."
"Sepertinya ini pertama kalinya aku melihatmu. Apakah kau orang baru di sini?"tanyanya dengan suara yang seksi.
Liona mengangguk karena gugup bertemu dengan orang baru.
"Siapa namamu?"
"Ya?" Liona terkejut karena ada yang menanyakan namanya.
"Nyonya~" Adeline menghampiri Liona dengan cepat.
"Ah, Adeline, aku~"
"Aku menemukan gaun yang cocok untuk Anda,"kata Adeline cepat, kemudian memeluk lengan Liona erat."Ayo kita lihat."
"Tap~tapi~" Liona terseret ke arah Adeline pergi dan meninggalkan pria tersebut.
"Nyonya jangan bicara dengan sembarangan orang,"bisik Adeline.
"Dia merekomendasikan gaun yang cocok untukku. Aku ssmpat berpikir kalau dia adalah penjaga toko,"kata Liona.
"Tuan tidak akan suka jika melihat kejadian barusan. Apa lagi pria itu~" Adeline termenung sejenak.
Liona menoleh ke arah pria tadi. Ternyata ia masih ada di sana dan saat ini sedang memperhatikannya. "Memangnya kenapa dengan pria itu? Kau mengenalnya?"
"Ah, bukan siapa-siapa. Pokoknya Nyonya harus berhati-hati. Kita cukup memilih apa yang Nyonya butuhkan dan segera pulang,"kata Adeline.
"Baiklah." Liona penasaran dengan ucapan Adeline. Namun, mengingat Leon tidak akan menyukai kabar ini, lebih baik ia menghilangkan rasa penasarannya.
❤❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
EROTIC NIGHT
RomanceLiona Cassandra dibenci Luvia karena merupakan anak simpanan suaminya. Sejak kecil, hidup Liona menderita. Kebencian luvia membuatnya menjodohkan Liona dengan pria yang menurutnya buruk. Namun, kesalah pahaman terjadi. Yang menikahi Liona bukanlah p...