Part 26

1.5K 166 6
                                    

Mata Leon terbuka begitu saja padahal ia tertidur lelap. Ia mendengar sesuatu yang tak lazim di luar sana. Ia melompat dari ranjang dengan cepat mengagetkan Liona yanh juga tertidur.

"Ada apa, sayang?"tanya Liona bingung.

Leon membuka tirai jendela dan tercengang. Ia mematung cukup lama dan tak bisa berkata apa-apa. Liona menghampiri Leon dan mengusap lengannya.

"Sayang, kamu kenapa?" Liona melihat ke arah luar. Cuaca di luar sangat gelap, angin berembus kencang dan hujan. Sekilas tidak ada yang aneh. Beberapa saat kemudian Liona baru menyadari apa yang membuat Leon sesedih itu. Hujan akan membuat tanaman anggur rusak. Liona menelan ludahnya, mereka mendapatkan musibah lanjutan

"Wilayah ini bukan wilayah hujan. Tapi kenapa~ini terjadi seperti sebuah kutukan,"kata Leon ďengan suara tertahan,"baru saja aku menggantungkan harapan pada anggur. Tapi, akhirnya semua menjadi sia-sia."

Liona tak bisa melakukan apa pun. Menghibur Leon pun rasanya sangat sulit. Suaminya itu pasti terpukul sekali.

"Aku harus melihat tanamannya." Leon bangkit.

"Tapi, masih hujan deras,sayang, "cegah Liona,"kita akan melihatnya jika cuaca sedikit membaik."

Leon mengangguk mengerti. Sekali pun ia keluar sekarang, itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa saat ini sedang hujan. Ia tidak bisa menghentikan air yang turun seperti ditumpahkan dari langit."Semoga masih ada yang bertahan,"gumam Leon.

"Sèmoga semua baik-baik saja." Liona menenangkan.

Leon tertawa lirih."Jika angin kencang dan curah hujan seperti ini, sepertinya tidak banyak yang selamat." Leon memeluk Liona melepaskan segala kesedihannya.

Setelah hujan reda, Leon segera ke kebun anggur untuk memeriksa kondisi yang ada. Sesuai prediksinya, sebagian anggur rusak karena cuaca yang ekstrim. Saat itu juga semua pekerja harus menyelamatkan yang masih tersisa. Mereka bekerja keras sepanjang malam dengan harapan yang besar. Liona dan pelayan yang ada di rumah juga ikut membantu sesuai kemampuan mereka.

Matahari mulai terbit. Semua masih bekerja dengan keras. Liona menghampiri Leon yang terduduk dengan tatapan kosong. Ia mengusap lengan Leon.

"Sepertinya aku akan tetap di sini untuk mengurus kerusakan ini. Kita harus menghitung kerugiannya dan berapa yang tersisa."

"Kita bisa melakukannya saat pekerjaan ini selesai. Aku sudah mencatat sebagian." Liona menunjukkan catatannya pada Leon.

Leon tersenyum,"terima kasih. Aku harus menggunakan tabungan untuk memperbaiki semuanya."

"Semua akan baik-bàik saja. Kita hadapi sama-sama." Liona menggenggam tangan Leon, meyakinkan bahwa ia akan tetap ada di sisi Leon dalam keadaan suka dan duka.

Liona mengatur makan pagi untuk semua orang yang sudah bekerja semalaman. Sampai pagi ini, pekerjaan belum juga selesai karena perkebunan ini cukup luas.

"Kau tidak lelah, sayang? Kembalilah ke rumah." Leon melihat Liona sangat aktif bergerak membagikan makanan dan minuman.

Liona menoleh, wajahnya terlihat ceria sekali setelah berinteraksi dengan banyak orang. Ia merasa apa yang ia lakukan saat ini meringankan pekerjaan pelayan yang lain. "Aku senang melakukan pekerjaan ini. Aku senang membantumu, jadi, jangan khawatir. Ini juga bagian dariku, kan?"

"Terima kasih."

"Mereka semua sudah mèndapatkan makanan dan minuman. Ini makananmu." Liona memberikan makanan untuk suaminya.

Leon duduk sembari menatap hamparan tanaman anggurnya yang rusak. Ia mulai makan walau sedikit tidak berselera."Kita mendapatkan undangan pesta pernikahan."

Liona sempat terdiam beberapa saat kareba topik pembicaraan mereka tiba-tiba berubah. "Oh, kita tidak bisa datang, kan, karena kita sedang mendapatkan musibah."

"Itu tidak mungkin karena lokasinya juga tidak jauh dari sini." Leon merasa tidak enak jika tidak menghadirinya. Kehidupan sosila itu sangat penting.

"Mereka pasti akan mengerti. Lagi pula, bagaimana kau bisa berekspresi di sana saat pikiranmu masih ada di sini. Sebaiknya jangan datang. Kirimkan saja hadiah."

Leon menatap Liona di sampingnya. "Apakah kau bisa menghadirinya?"

Liona tercengang."Kamu memintaku datang sendirian?" Wanita itu menunjuk dirinya sendiri.

"Tentu saja dengan pengawal."

"Tap-tapi, apa itu nggak apa-apa?" Liona tidak yakin dengan ucapan Leon.

"Tidak apa-apa, setidaknya kita bisa datang. Kau cukup menghadirinya saja, tidak perlu banyak berinteraksi. Sekadar menampakkan diri, itu sudah cukup. Aku mengandalkanmu~"

Liona mengangguk kuat. Ia tidak ingin menambah beban pikiran Leon."Baiklah, serahkan semuanya padaku. Kapan pesta itu berlangsung?"

"Malam ini. Oleh karena itu aku meminta padamu untuk menghadirinya. Aku masih hatus mengurus anggur. Aku tidak mungkin membiarkan mereka bekerja tanpa aku."

Liona mengangguk dan tersenyum."Aku akan datang. Kau harus semangat, ya."

"Aku semangat." Leon tertawa kecil. Raut wajah ceria Liona membangkitkan gairah hidupnya.

"Leon~aku tahu Kakak sedang sakit. Kau merasa lemah karena tidak ada Kakak di sampingmu, kan?"

Leon tertawa lirih, sepertinya Liona mengetahui hal tersebut. Leon merasa tidak punya kekuatan saat Darren tidak ada di sampingnya."Mungkin seperti itu."

"Tapi, sebenarnya kau bisa melakukannya tanpa Kakak. Kakak bilang kau lebih hebat dan kuat darinya. Dia sangat mempercayaimu,"sambung Liona.

Leon terdiam mencerna kata-kata tersebut.

"Kakak pasti akan sembuh dengan istirahat yang cukup. Jadi, kami harus bertahan~jangan sampai kau juga sakit. Semua orang bergantung padamu, sayang. Pikiranmu harus tetap fokus dan jernih. Aku ingin menjadi Kak Darren agar kamu lebih kuat dan percaya diri lagi."

Leon menatap Liona. Ia cukup kaget mendengar kalimat panjang itu keluar dari mulut istrinya. Pada titik ini ia tersadar bahwa ia terlalu memikirkan dirinya sendiri. Pria itu mengedarkan pandangannya, menatap pekerja yang sedang makan. Sebagian dari mereka dikunjungi anak dan istri mereka. Banyak orang bergantung pada pekerjaan ini. Ia tidak boleh menyerah. Ini akan membuat Darren bangga padanya.

"Aku beruntung~memilikimu."

"Akulah yang sangat beruntung dipilih olehmu."

"Kalau begitu kita sama sama beruntung."

Liona berdiri. "Aku kembali ke rumah, ya? Makan siang dan cemilan harus disiapkan agar kalian kuat dalam bekerja. Aku juga akan menyiapkan pakaian untuk malam ini."

"Baiklah, hati-hati di jalan."

EROTIC NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang