❤
Pukul tujuh malam Liona sudah siap dengan gaun pengantin yang simple tapi elegan. Tetapi, ia tahu bahwa harganya tidak sesederhana desainnya. Ia sudah akan dibawa ke altar. Ia bahkan belum bertemu dengan pria yang bernama Leon. Lalu ia akan bertemu dengannya pertama kali di altar. Jantung Liona bergetar tiada henti. Adeline mendampinginya sampai ke tempat di mana Liona dan Leon mengucapkan janji suci.Pintu terbuka dan ruangan itu sangat sunyi. Hanya ada para asisten rumah tangga saja di dalamnya. Tentunya di sana ada pendeta, Darren dan~yang berdiri tegap mengenakan jas hitam itu adalah Leon. Liona bisa merasakan tatapannya dari kejauhan. Saat Liona berjalan menghampiri, Leon terus tersenyum padanya. Sementara Liona masih canggung membalas, ia hanya tertunduk malu. Akhirnya keduanya mengucapkan janji suci dan sah menjadi suami istri.
Darren menangis haru melihat Leon kini resmi menikah. Ia memeluk Leon sembari terisak. Liona tak tahu apa yang selama ini terjadi sampai Darren begitu sedih melepaskan Leon menikah. Darren memeluk Leon begitu lama sampai akhirnya acara itu selesai.
"Kalian pergilah berbulan madu,"kata Darren.
"Aku tidak bisa meninggalkan Kakak di sini,"kata Leon,"bagaimana, Liona? Kita pergi berbulan madu di luar atau berbulan madu di rumah?"
Liona menggeleng,"jika itu tentang Kakak, kita di rumah saja. Kita bisa pergi lain kali."
"Mana bisa begitu. Pergilah menikmati waktu kalian berdua. Kalian, kan belum berkenalan." Darren tertawa sambil mencolek lengan Leon.
Leon tersipu malu."Aku akan pergi. Tapi, aku tidak pergi jauh. Aku ingin membawa Liona ke taman hutan dan tinggal di sana beberapa hari."
"Ah, iya itu tempat yang bagus untuk pengantin baru. Pergilah sekarang juga,"kata Darren.
"Ayo, Liona." Leon menyodorkan lengannya agar Liona memeluknya.
Liona mengangguk dan tersenyum,"Kakak, kami pergi ya."
"Hati-hati."
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam dan malu. Baik Liona maupun Leon tak berani menatap masing-masing. Jantung keduanya berdebar kencang.
Tempat yang mereka kunjungi adalah hutan yang indah. Ini adalah hutan kecil yang berada di wilayah tanah milik keluarga Jayantaka. Sengaja dirawat dan diurus dengan baik karena Leon menyukai tempat ini. Darren bahkan membuatkan rumah dengan fasilitas lengkap di dalamnya.
Mobil berhenti di depan rumah. Leon membantu Liona turun. Mobil pun langsung meninggalkan tempat. Liona menatap Leon bingung.
Leon tertawa kecil."Karena kita baru menikah maka kita berdua saja di sini. Ayo masuk." Pria itu memberanikan diri menggenggam tangan Liona dan membawanya masuk.
"Rumah ini sangat nyaman dan hangat. Hutan ini juga aman, jadi, jangan khawatir ya?"
"Iya."
Leon menunjukkan kamar mereka. Tentu saja sudah diatur dengan desain khas kamar pengantin baru. Wajah Liona terasa panas saat melihatnya.
"Kamu ganti baju saja dulu, setelah itu~kita ngobrol dan kamu bisa melepaskan rasa penasaran kamu." Leon tersenyum penuh arti.
"Baik. Tap-tapi, aku tidak membawa pakaian pengganti." Liona tak tahu akan pergi ke tempat ini setelah menikah. Ia tak mempersiapkan apa pun karena tidak ada yang memberi tahu.
"Adeline sudah menyiapkannya. Kamu cek saja isi lemari. Aku menunggu di ruang tengah, ya?"
"Baik." Liona masuk ke dalam kamar yang dipenuhi aroma mawar. Ia segera mencari pakaian di lemari. Ada beberapa gaun untuk dipakai sehari-hari, ada juga gaun untuk tidur. Liona mengenakan gaun tidur berbahan satin. Tentu saja gaun tidur itu panjang semata kaki dilengkapi dengan outer. Ia segera menemui Leon.
Leon yang tengah duduk kini terpana saat Liona menghampiri. Tubuhnya terasa panas dan dingin saat melihat wanita yang sudah lama ia idamkan tersebut. Liona duduk di hadapan Leon sembari merapatkan outernya.
"Kita sudah menikah. Jadi, duduklah di sampingku~"kata Leon.
Liona bangkit dan duduk di sebelah Leon yang telah mengganti pakaiannya. Leon menelan ludahnya menatap istrinya tersebut. Liona membalas tatapan Leon. Liona terkesima melihat senyum Leon yang sangat menyejukkan hati. Hati yang panas pun akan dingin seketika ketika melihatnya.
"Hai, Liona, maaf karena terlambat menemuimu. Ada tugas yang harus kuselesaikan. Ternyata lebih lama dari waktu yang direncanakan. Maaf sudah membuatmu menunggu begitu lama." Akhirnya Leon mengeluarkan kalimat yang ingin ia ucapkan.
"Aku pikir~su-suamiku itu Darren."
Leon menggeleng lembut. "Kakak tidak menjelaskan sejak awal, ya, tapi tidak apa-apa. Yang terpenting aku adalah suamimu. Atau kau sudah jatuh cinta pada Kak Darren?"
"Nggak sama sekali!"balas Liona cepat.
Leon tertawa kecil."Karena kita sudah menikah, maka~mulai sekarang kita akan selalu bersama. Kamu harus menemani ke mana pun aku pergi."
Liona mengangguk."Aku kaget karena tiba-tiba harus menikah. Lalu, aku dibawa jauh ke tempat yang asing bersama orang asing. Tapi, Kak Darren sangat baik. Aku baru tahu pagi ini bahwa yang akan menikahiku adalah kamu."
Leon kembali tersenyum, kali ini tangannya bergerak mengusap pipi Liona."Maafkan aku membuatmu kaget. Ibumu juga membuatku kaget sekaligus senang. Aku bersyukur bahwa yang mereka hubungi adalah Kak Darren. Aku menyukaimu sejak lama."
"Sejak kapan? Kapan kita bertemu?"
"Di sebuah pesta. Katanya, itu adalah pesta pertamamu. Aku memang tidak menyapamu secata langsung. Aku hanya memperhatikanmu dari jauh. Sejak itu, bayanganmu selalu memenuhi kepalaku. Rasanya aku hampir gila. Aku mendatangi setiap pesta yang diadakan. Aku berharap kau juga ada di sana. Ternyata tidak selalu ada."
Liona tersenyum lirih."Iya. Aku tidak bisa melakukan apa yang aku suka. Aku hanya~anak dari wanita simpanan. Apakah kamu tahu tentang statusku?"
Leon memeluk Liona beberapa saat, lalu melepaskannya karena tak ingin melakukannya sekarang. Ia masih ingin bicara dengan istrinya itu."Liona~aku juga anak dari wanita simpanan."
"Ap-apa?" Liona tertegun,"nggak mungkin. Kamu pasti berbohong untuk menghiburku, kan?"
"Tidak. Aku adalah anak dari wanita simpanan, lalu, Kak Darren adalah anak dari istri yang sah." Leon memulai ceritanya.
"Benarkah? Tapi, Kak Darren tidak membencimu seperti yang Anne lakukan."
"Usiaku dan Kakak berjarak lima tahun. Lalu, saat usia Kakak lima belas tahun, orang tua kami bertengkar. Status ibuku sebagai wanita simpanan ketahuan. Ibuku dan Ibu Kakak bertengkar hebat. Entah bagaimana ceritanya akhirnya mereka bertiga kecelakaan dan tewas bersamaan." Leon menarik napas menahan rasa sakit di dadanya.
Liona mengusap tangan Leon dengan lembut.
"Kak Darren melihatku dan menyadari bahwa aku adalah adiknya. Dia tidak membenciku. Dia justru memelukku saat pemakaman. Lalu dia mengatakan jangan bersedih, kita jalani hidup ini bersama-sama. Aku akan melindungimu. Oleh karena itu dia membesarkanku dengan baik. Sebagai anak pertama, dia bertanggung jawab penuh atas hidupku. Menyekolahkanku sampai ke perguruan tinggi. Dia bahkan mengabaikan dirinya demi aku. Kakak mengatakan bahwa anak tidak pernah berdosa hanya karena dilahirkan dari hubungan yang tidak sah. Perbuatan orang tua kitalah yang berdosa." Air mata Leon menetes saat mengakhiri kalimatnya.
Liona menghapus air mata Leon dengan spontan."Kamu melewati semuanya dengan hebat. Kamu sudah tumbuh dengan baik."
"Kakak melakukan semuanya untukku. Ia bahkan tak mengurus dirinya demi aku. Kakak bekerja siang dan malam meneruskan peninggalan Ayah tanpa mengenal waktu. Oleh karena itu aku tak bisa meninggalkannya. Jadi, aku juga harus membawamu tinggal di sini." Leon menatap Liona dengan begitu dalam.
"Aku akan tinggal di sini bersama kalian. Jangan khawatir, aku juga akan menyayangi Kak Darren seperti Kakakku sendiri. Terima kasih sudah membawaku ke tempat indah ini. Aku sangat bahagia sekarang." Liona pun ikut menangis. Keduanya berpelukan.
"Jadi, Liona~jangan sedih. Aku dan Kakak akan melindungimu. Lalu~aku mencintaimu." Leon mengecup kening Liona untuk pertama kalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
EROTIC NIGHT
RomanceLiona Cassandra dibenci Luvia karena merupakan anak simpanan suaminya. Sejak kecil, hidup Liona menderita. Kebencian luvia membuatnya menjodohkan Liona dengan pria yang menurutnya buruk. Namun, kesalah pahaman terjadi. Yang menikahi Liona bukanlah p...