Bab 28

1.3K 154 7
                                    

Liona tiba di rumah. Lalu, ia melihat Leon sedang duduk di ruang tengah dengan wajah kelelahan. Liona segera menghampiri suaminya tersebut.

"Sayang~"

"Oh, sayang~kau sudah pulang." Leon meraih tubuh Liona dan memangku istrinya itu.

"Eh, nanti banyak yang melihat." Liona panik sambil melihat sekitar.

"Aku sangat merindukanmu." Leon menyandarkan kepalanya pada tubuh Liona.

"Ayo istirahat, kamu sudah sangat lelah." Liona menyingkir dari pangkuan Leon, lalu membawa suaminya itu ke kamar.

"Pekerjaan hari ini sudah selesai. Banyak kerugian yang kita dapatkan,"cerita Leon pada Liona yang melepaskan pakaiannya yang kotor.

"Kita akan memulainya lagi, kan?" Liona tersenyum memberikan semangat,"selalu ada harapan, sayang."

"Iya. Dengan tabungan yang ada bisa merecovery gandum dan anggur. Tapi, aku harus tetap menjual beberapa aset untuk biaya perawatan dan gaji. Kamu jangan khawatir. Aku bisa melewatinya."

"Tidak apa-apa. Kita bisa membelinya lagi nanti. Yang terpenting kita sudah menemukan jalan keluar." Liona menyingkirkan pakaian kotor Leon."Ayo mandi. Kamu terlihat kotor dan capek."

"Kalau mandi, kau juga harus membuka pakaian. Bukan hanya aku." Leon tersenyum penuh arti.

"Aku hanya ingin memandikanmu."

Aku juga ingin memandikanmu." Leon melepaskan gaun Liona,"aku ingin bermanja-manja denganmu malam ini."

"Baiklah, lepaskan segala lelahmu." Liona mengalungkan kedua tangannya di leher Leon dan berpagutan mesra.

Leon menatap Liona dalam-dalam, perlahan ia melumat bibir Liona. Wanita itu memejamkan mata, membalas ciuman Leon, mengusap punggung dan leher laki-laki itu. Ciuman Leon berpindah ke leher, dada, perut, kemudian berpindah ke paha Liona. Tangan Leon mengusap milik Liona dengan lembut.

Liona meraih milik Leon yang, menggenggam dan mengusapnya sampai benar-benar mengeras. Lalu ia berlutut di hadapan Leon dan mengulum milik lelaki itu.

"Oh, Baby!" teriak Leon. Suaranya menggema di sana. Liona mengulumnya dengan erat, sedikit memainkan lidahnya di ujung kejantanan Leon. Leon termanjakan oleh lidah Liona yang membuat sekujur tubuhnya bergetar dan rileks.

Leon mendorong tubuh Liona agar berbaring di dalam bak mandi sembari menyalakan air,  kemudian menindih wanita itu.  Ia menciumi leher Liona dan menggesekkan miliknya dengan begitu bernafsu. Leon menghunjamkan miliknya ke daging lembut milik Liona.

"Ah!"pekik Liona karena Leon memasukinya dengan begitu keras."Kau sangat bersemangat, aku kaget."

"Itu karena aku menahannya selama berhari-hari. Itu sungguh menyiksaku. Aku tidak bisa jauh darimu." Leon berkata sembari menghunjam dengan napas memburu.
Pria itu berhenti dan melepaskan miliknya. Ia menatap milik Liona kemudian membasuhnya dengan air yang sudah mulai mengisi bak mandi. Leon meletakkan kedua kaki Liona di tepi bak mandi. Lalu, ia menenggelamkan wajahnya pada milik istrinya tersebut. Liona memekik merasakan miliknya disapu oleh lidah Leon yang begitu lincah di dalam sana. Liona meremas rambut Leon dan merasakan sensasinya.

Wajah Liona memerah, saat Leon menyelesaikan kegiatannya pada milik Liona. Pria itu tersenyum puas. Lalu, kembali menyatukan miliknya dengan Liona.

Liona mendesah dan mengerang karena Leon menghunjamnya dengan cukup lama. Air mulai memenuhi bak mandi, Liona harus berpegangan erat.

Leon membalikkan tubuh Liona, menyuruhnya menungging,posisi yang paling disukai Leon. Liona bertumpu dengan erat, sebagian tubuhnya tenggelam di dalam air. Dalam satu kali hentakan milik mereka menyatu.

"Oh, yeah!" Pria itu kembali bersuara. Suara hentakan miliknya menyatu dengan suara air. Liona sudah pasrah, berpegangan erat dan menunggu Leon orgasme.

Liona mendengar erangan Leon semakin intens. Sepertinya Leon akan pelepasan. Beberapa detik setelahnya ia mendengar erangan panjang sebagai tanda percintaan itu berakhir. Keduanya pun mengubah posisi dan kemudian berendam secara berhadapan. Kaki mereka saling menindih.

"Bagaimana perasaamu sekarang? Lebih tenang, kan?"tanya Liona. Sudah lima menit mereka berendam air hangat.

"Iya, sayang. Aku sudah rileks jika bercinta denganmu. Aku akan mudah stres dan emosi jika tidak melakukannya,"balas Leon dengan kerlingan nakalnya.

"Kau boleh melakukannya kapan pun. Aku akan memenuhinya,"balas Liona.

"Oh, ya?" Ekspresi Leon terlihat bersemangat. Ia menarik tangan Liona yang kini jatuh ke dalam pelukannya.

"Ya-ya?"tanya Liona bingung.

Leon tidak menjawab. Ia menarik Liona ke pangkuannya. Liona duduk di pangkuan Leon. Leon memeluk Liona dari belakang dan sesekali meremas milik wanita itu. Liona mulai berpikir bahwa Leon sedang merangsangnya. Mereka baru melakukannya sepuluh menit lalu.

"Beberapa menit lalu, kau terlihat sangat lelah. Tapi, melihatmu saat ini sepertinya aku salah,"komentar Liona saat remasan Leon semakin intens.

"Aku tidak lelah jika tentang ini,"bisik Leon. Ia membalikkan posisi Liona,"kamu juga bilang aku bisa melakukannya kapan pun, kan?"

"Kita baru melakukannya beberapa menit lalu."

"Tapi, itu belum cukup untukku." Leon menyeringai. Ia kembali menyerang bibir Liona. Ia melumat bibir Liona dan menuntut wanita itu segera menyambutnya. Liona tergoda untuk kembali melakukannya. Leon tahu bagaimana cara agar ia terangsang kembali.

Lumatan-lumatan lembut, lidah yang saling bertautan dan bibir yang saling menghisap itu berakhir. Ia meninggalkan jejak-jejak kemerahan di bagian dada. Liona menjadi liar, menjambak-jambak lembut rambut Leon dengan begitu erotis. Miliknya terasa gatal karena cairan yang mengalir terus menerus.

Leon pun merasakan miliknya menegang kembali. Ia siap untuk menegang berkali-kali, menyemburkan cairan kental begitu banyak dalam waktu berdekatan. Ia hanya bisa mengeras dengan cepat jika wanita itu adalah Liona. Ia benar-benar merasa gila saat bersama wanita itu. Leon mengarahkan miliknya pada milik Liona yang ada di pangkuannya, kemudian menghujamkannya. Ia sungguh tergila-gila dengan rasanya. Begitu hangat. Sesekali ia mengigit puncak dada Liona hingga wanita itu mendesah kencang. Semakin kencang desahannya, maka gairahnya semakin terbakar.

Liona mengalungkan kedua tangannya di leher Leon. Tubuhnya terguncang keras saat Leon menghentakkan pinggulnya dari bawah.

"Ka-kamu selalu terlihat kuat dan perkasa." Liona merasakan cairannya keluar berkali-kali.

"Itu karenamu, sayang." Leon menjawab dengan kalimat terputus. Ia menggerakkan pinggulnya dengan cepat,"ah, aku sangat menyukainya."

Leon membawa Liona ke dekat dinding, merapatkan tubuh wanita itu di sana. Lalu menghunjamnya dari belakang.

"Leon~" Liona merasakan tubuhnya ditekan ke dinding, sedikit sakit. Namun, rasa sakitnya tertutupi oleh rasa nikmat hunjaman Leon.

Dengan napas yang memburu, Leon menyapu telinga Liona dengan lidahnya. Kemudian mengigiti pundak Liona hingga meninggalkan bekas.

"Oh, sayang~aku sangat tergila-gila denganmu,"kata Leon dengan suara yang mendesah. Ia terus menekan tubuh Liona dengan penuh hasrat. Rasanya berbeda dsri percintaannya beberapa menit lalu. Untuk kali ini rasanya lebih gila.

"Menungginglah,"kata Leon lembut.

Liona menelan ludahnya. Ia menuruti permintaan Leon. Ia bertumpu pada dinding dan mengarahkan miliknya pada Leon. Ia siap untuk dihunjam dengan keras.

Leon meremas kedua bongkahan bokongnya. Pria itu menepuknya pelan. Ia memasuki Liona, kemudian menghunjam keras diikuti erangan keras dari keduanya. Leon menepuk bokong Liona sesekali untuk menaikkan gairahnya.

Leon terdengar sangat bergairah. Ia tidak bisa mengontrol suaranya yang mungkin terdengar ke mana-mana. Hingga akhirnya ia menyerah dan menyemburkan cairan miliknya. Keduanya tampak terengah-engah setelah percintaan yang cukup panjang ini.

EROTIC NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang