Pagi ini, seperti biasa, Liona sudah bersiap. Ia sudah mandi dan membersihkan kamar. Ia sudah mengenakan pakaian yang rapi. Lalu, ia akan keluar sebentar lagi mengerjakan yang bisa ia kerjakan. Pintu kamar ketuk. Liona berpikir itu adalah Amy yang memanggilnya untuk makan atau keperluan lain.
Liona membuka pintu dan terkejut karena Anne ada di depan kamarnya."Oh, Anne~"
Anne bersedekap dengan wajah yang misterius.
"Ayah memintamu turun untuk sarapan bersama sekarang."Liona terkejut karena ini pertama kalinya mereka mengajak sarapan bersama. Jika sudah begitu, artinya ada sesuatu yang penting menyangkut kebahagiaan mereka tentunya.
"Baik, aku turun sekarang."
Anne langsung pergi dan Liona mengikutinya. Liona berdiri di dekat meja. Caesar melihatnya dan mempersilakan Liona duduk di kursi yang disediakan. Di meja sudah tersedia porsi yang sama dengan mereka. Liona duduk dengan canggung.
"Ayo sarapan, Liona,"kata Caesar.
Liona mengangguk."Terima kasih, Ayah." Gadis itu menikmati sarapannya dengan canggung. Hatinya bertanya-tanya ada apakah gerangan.
"Akan ada yang datang melamarmu hari ini." Caesar berkata setelah makanannya habis separuh.
"Apa?" Liona tersentak. Ia menatap Anne dan Luvia yang terlihat tenang-tenang saja.
"Iya. Kau akan dilamar hari ini. Kenapa terkejut? Ini akan dialami semua wanita. Sama seperti Anne, dia juga dilamar tanpa sepengetahuannya."
"Tap-tapi, hanya sekadar datang melamar, kan? Aku masih bisa memikirkannya?"
Luvia menggeleng."Kami sudah menerima lamarannya. Oleh karena itu, mereka akan datang hari ini. Mereka sedang dalam perjalanan yang cukup jauh. Mungkin~mereka akan sampai pada sore hari."
Rasa kecewa menggelenyar dalam tubuh Liona.Harusnya mereka menanyakan pendapatnya terlebih dahulu. Namun, mereka memutuskannya begitu saja."Tapi, dalam pernikahan~bukankah harus meminta pendapatku terlebih dahulu? Bagaimana pun aku yang akan menjalani pernikahan ini."
Sendok di tangan Caesar terlepas hingga menimbulkan bunyi keras. Semua langsung terdiam."Apa kau meragukan pilihan kami?"
"Tidak begitu, Ayah aku harus tahu dulu siapa pria yang akan melamarku." Liona membalas sebagai bentuk pertahanan diri.
"Kau tenang saja, Liona. Pria ini berasal dari keluarga terhormat, keluarga Jayantaka. Semua orang mengenal keluarga kaya raya itu. Mereka punya kebun anggur yang sangat luas. Produksi mereka tiap tahunnya juga tidak main-main. Kami tak mungkin memilih calon suami yang buruk. Kau tidak akan kesusahan jika menjadi bagian dari keluarga Jayantaka." Luvia menjelaskan dengan nada bahagia.
"Keluarga Jayantaka?" Liona berkata dalam hatinya. Selama ia mengikuti kegiatan sosial, ia belum pernah mendengar nama keluarga itu. Mungkin mereka tak sempat bertemu. Namun, jika memang pria ini sesuai dengan yang Luvia katakan, kenapa tidak dijodohkan dengan Anne saja. Pasti ada satu hal yang tidak mereka sukai untuk menjadi suami Anne.
"Setidaknya kau harus menuruti perintahku, Liona. Kau menganggapku sebagai Ayahmu bukan?"tanya Caesar dengan nada suara dingin.
Liona menelan ludahnya. Ia mengangguk pelan."Iya, Ayah. Saya~menerimanya sesuai dengan permintaan Ayah." Gadis itu mengalah. Ini tak sepenuhnya kabar buruk. Jika ia menikah, ia akan bebas dari keluarga jahat itu.
Luvia tertawa bahagia. Anne juga terlihat tersenyum puas. Liona tak tahu situasi apa yang sedang terjadi. Kenapa semua tampak bahagia?
Setelah sarapan, Liona kembali ke kamarnya. Tak lama setelah itu, Anne dan Luvia datang. Mereka membawakan gaun yang harus Liona pakai sore ini menyambut calon suaminya.
"Ini gaunmu. Kami belikan yang baru karena ini adalah hari bahagiamu." Luvia meletakkannya di atas ranjang.
"Terima kasih sudah memperhatikanku, Ibu." Sejujurnya Liona terharu mendapat gaun bagus pertamanya. Namun, ia berpikir ada sesuatu di balik ini semua.
"Aku membawakanmu seperangkat makeup untukmu. Kau harus terlihat cantik dan menawan hari ini." Anne tersenyum ramah untuk pertama kalinya pada Liona.
Liona melirik hadiah pemberian Anne. Satu set make up yang bagus. Ini benar-benar kejutan."Terima kasih, Anne. Saya sangat terkejut menerima kasih sayang seperti ini."
Luvia memegang lengan Liona."Hmm~kami sudah bersikap tidak baik denganmu selama ini. Paling tidak, izinkan kami bersikap baik sebelum kau pergi dari rumah ini."
"Aku tidak akan pergi dalam waktu dekat, Bu. Apakah pernikahannya akan segera dilaksanakan?"tanya Liona penasaran.
"Itu akan dibicarakan nanti. Kami juga tidak mengetahuinya. Jadi, bersiap-siaplah,"kata Luvia dengan lembut.
"Aku sudah menyuruh Amy dan asisten yang lain untuk melayanimu hari ini. Kau harus menjalani beberapa perawatan tubuh." Anne menambahkan.
"Terima kasih untuk perhatian kalian yang luar biasa ini,"ucap Liona.
Luvia dan Anne pergi, digantikan beberapa asisten rumah tangga yang melayani Liona. Wanita itu menerima perawatan tubuh untuk pertama kali. Rasanya sangat menyenangkan.
Ini seperti mimpi. Kebahagiaan yang ia rasakan sepertinya hanya sementara. Liona masih memikirkan apa yang akan terjadi sore nanti. Sepertinya Anne dan Luvia sedang merencanakan sesuatu. Sementara Ayahnya itu hanya mendukung Anne dan Luvia. Bagaimana pun mereka adalah wanita yang lebih dulu ada di hidup Caesar.Setelah melewati perawatan yang panjang,wajah Liona dirias dengam cantik karena ini sudah sore. Liona menunggu dengan sabar di dalam kamar sampai dipanggil. Amy merapikan barang-barang yang berserakan di kamar Liona. Lalu mengemasnya dengan baik.
"Amy, apa tamunya sudah datang?""Baru saja datang, Nona. Tunggulah sebentar lagi. Aku akan melihat ke bawah."
Liona mengangguk. Tangannya bergetar karena sedikit takut menghadapi hari ini. Setelah setengah jam menunggu, Amy memanggil dan menyuruhnya untuk turun. Liona berjalan cepat menuruni anak tangga. Semua orang melihat ke arahnya. Liona mengedarkan pandangannya mencari sosok yang asing di antara mereka.
"Liona, perkenalkan ini Darren, pria yang melamar kamu. Darren, ini Liona." Caesar memperkenalkan keduanya.
Darren melihat ke arah Liona dan tersenyum ramah.
Liona terkejut melihat pria yang datang melamarnya. Pria itu memiliki kulit yang putih, badannya berisi cenderung gemuk. Ada lipatan di dagunya. Ia memiliki rambut hitam yang lebat dan berantakan. Liona kini paham mengapa ia dijodohkan dengan lelaki tersebut. Ia sudah telanjur menerima lamaran keluarga Jayantaka. Mereka juga sudah datang. Tidak ada kata mundur. Lagi pula, ia pasti tak bisa menolak.
"Liona, ayo duduk." Luvia terlihat ramah dan menunjukkan sikap seorang Ibu.
Liona berjalan pelan, lalu duduk di sebelah Luvia sesuai instruksi. Gadis itu tersenyum menyapa pria di hadapannya.
"Dia gadis yang cantik dan ramah,"puji Darren.
"Putri kami diurus dan dibesarkan dengan baik. Kami sangat menyayanginya,"kata Luvia.
Darren mengangguk puas."Baiklah, sesuai pembicaraan tadi, artinya sudah ada persetujuan di antara kedua belah pihak. Liona sudah menerima lamaran ini, begitu juga dengan Nyonya dan Tuan Caesar."
"Benar."
"Seperti pembicaraan sebelumnya, kalian mengizinkan kami membawa Liona ke wilayah kami sebagai bentuk pendekatan. Karena setelah ini kami belum bisa memastikan kapan datang kembali. Urusan pekerjaan sudah banyak menanti,"kata Darren lagi.
"Kau ingin langsung membawaku?"ucap Liona terkejut.
Luvia meremas tangan Liona."Tenanglah, Liona."
"Iya, benar. Kedua orang tuamu sudah setuju. Tentu saja kita tidak pergi sekarang karena ini sudah malam. Kita akan pergi besok pagi,"balas Darren.
Liona terdiam seketika. Kepalanya mendadak pusing dan ingin muntah. Apa yang sedang terjadi? Ia harus pergi besok?
❤❤❤
![](https://img.wattpad.com/cover/348344489-288-k913871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EROTIC NIGHT
RomansaLiona Cassandra dibenci Luvia karena merupakan anak simpanan suaminya. Sejak kecil, hidup Liona menderita. Kebencian luvia membuatnya menjodohkan Liona dengan pria yang menurutnya buruk. Namun, kesalah pahaman terjadi. Yang menikahi Liona bukanlah p...