Part 22

1.6K 180 15
                                    

Leon dan Liona sampai di kediaman mereka setelah melewati perjalanan panjang. Mereka disambut hangat oleh para pelayan di rumah.

"Selamat datang, Nyonya,"sapa Adeline.

"Hai, Adeline, sudah lama tidak bertemu. Tolong bawakan beberapa barang ke kamar, ya. Aku membelikan hadiah untukmu dan Tracy,"kata Liona.

"Ah, Nyonya tidak perlu repot-repot. Akan saya bawakan ke kamar Anda,"kata Adeline senang.

Tracy menghampiri Leon."Tuan, selamat datang."

"Terima kasih, Tracy, di mana Kak Darren?"

"Tuan Darren~tadi pergi dengan buru-buru. Ada yang membakar ladang gandum. Setengahnya terbakar habis,"jelas Tracy dengan wajah sedih. Ia turut merasakan duka yang sedang dialami keluarga majikannya tersebut.

Leon terbelalak. Selama hidupnya bersama Darren, ini pertama kalinya ia mendengar ada musibah besar dalam usahanya."Berapa besar kerugiannya? Apakah para pekerja aman?"

"Para pekerja aman, Tuan. Hanya lahannya saja terbakar. Saya tidak tahu pasti mengenai besar kerugiannya,"balas Tracy.

Dada Leon terasa sesak."Terima kasih, Tracy, kalau begitu saya akan pergi menyusul Darren satu jam lagi. Tolong katakan pada Lukas untuk menyiapkan keperluan saya."

"Baik, Tuan."

Leon berjalan cepat mencari keberadaan Liona. Wanita itu sedang bersama Adeline membuka barang-barang yang ia beli di Kota.

"Sayang,"panggil Leon pada Liona.

Adeline dan Liona menoleh. Adeline segera bangkit dan ingin menyingkir dari ruangan itu.

"Kau di sini saja, Adeline. Aku hanya bicara sebentar. Teruslah rapikan pakaian itu,"kata Leon.

Adeline memgangguk. Liona mendekati suaminya."Ada apa? Kamu terlihat resah."

"Hmm~ladang gandum terbakar. Jadi, aku harus menyusul kakak ke sana untuk melihat keadaan di sana. Dia pasti membutuhkan bantuan,"kata Leon.

Liona menutup mulutnya karena kaget."Astaga, apakah semua baik-baik saja?"

Leon mengangguk,"tidak ada korban jiwa. Hanya saja kemungkinan kita mengalami kerugian yang lumayan mengingat~gandum itu akan dipanen dalam waktu dekat."

Liona memegang tangan Leon."Semoga kita bisa melewatinya dengan kuat. Jadi, kapan kita akan pergi? Aku harus bersiap-siap." Liona hendak memberi perintah pada Adeline untuk menyiapkan barangnya.

"Sayang~ aku pergi sendirian." Leon menahan Liona.

Liona tertegun selama beberapa saat. Lalu, ia menggeleng."Aku tidak bisa membiarkan kalian menghadapinya. Aku juga ingin membantu."

"Tetaplah di sini. Aku akan segera kembali,"kata Leon dengan nada tenang.

"Aku tidak bisa tenang menunggumu di sini. Lebih baik aku ada di sampingmu. Aku tidak akan merepotkanmu,"kata Liona dengan sungguh-sungguh.

"Aku akan baik-baik saja, sayang. Percayalah padaku,"kata Leon meyakinkan.

"Baiklah, semoga masalahnya segera teratasi,"kata Liona pasrah,"tap-tapi, kita baru saja sampai. Apa kamu tidak lelah?"

"Tidak, sayang." Leon menangkup wajah Liona,"percayakan semuanya padaku."

"Baiklah, aku percaya padamu. Kembalilah dengan selamat dan aman. Jaga kesehatan selama di sana." Liona terlihat sedih karena tidak bisa berbuat banyak dalam masalah ini.

"Jadi, selama aku pergi~tanggung jawab di rumah ini kuserahkan padamu. Gantikan posisiku selama aku pergi. Kamu mengerti?"

Liona mengangguk pelan. Entah kenapa ia merasa sedih sekali dengan perpisahan sementara ini. Semoga saja semua berjalan dengan lancar.

Leon pun akhirnya pergi. Liona hanya bisa berdoa agar semua baik-baik saja dan mereka bisa melewatinya dengan baik.

Pagi ini, Liona sudah merasa rindu dengan suaminya. Ia pun memutuskan untuk menikmati makan paginya di taman bersama Adeline dan Tracy.

"Nyonya, apa yang membuat Anda murung sepanjang hari?"tanya Tracy.

Liona menarik napas panjang."Aku memikirkan Leon dan Kak Darren. Aku cemas apakah mereka bisa melewatinya atau tidak."

Tracy tersenyum dengan kekhawatiran Liona. "Nyonya, Tuan pasti menyelesaikannya dengan baik. Nyonya hanya perlu memberikan semangat dan dukungan terhadap mereka. Dalam setiap pekerjaan, pasti ada saja masalah dan kendala. Mereka sudah mengurusnya selama bertahun-tanun, jadi, Anda tidak perlu khawatir."

"Terima kasih, Tracy. Tapi, apa yang bisa kulakukan di sini?"

"Kita bisa mengawasi kebun anggur. Kita harus menjaganya dengan baik, karena hanya ini yang tersisa. Untuk gandum~memerlukan waktu untuk memulihkannya kembali."

"Saya bisa menemani Anda, Nyonya,"kata Adeline menawarkan.

"Baiklah, setelah ini kita akan pergi,"kata Liona bersemangat.

Setelah sarapan, Liona mengganti pakaiannya agar bisa leluasa mengawasi kebun anggur. Ia harus kuat agar bisa menjadi pelindung dan pelengkap bagi suaminya.

"Adeline~"panggil Liona saat mereka melewati deretan tanaman anggur.

"Ya, Nyonya?"

"Berapa usiamu?"

"Dua puluh enam tahun."

"Apa kau tidak punya kekasih? Sepanjang waktumu dihabiskan untuk melayaniku."

Wajah Adeline merona."Saya tidak punya kekasih. Hidup saya didedikasikan untuk keluarga Jayantaka. Keluarga ini pernah menolong keluarga saya yang terlilit hutang.

"Tapi, bukankah kau juga harus menikah?" Liona menatap Adeline.

"Saya belum memikirkannya, walaupun ada seseorang saya suka. Tapi, sepertinya kami tidak akan mungkin bersama. Saya hanya bisa memujanya dari jauh,"balas Adeline sembari tersenyum.

"Aku ingin kau juga hidup bahagia bersama pria yang kau cintai, Adeline. Itu impian banyak wanita,"kata Liona.

Adeline tersenyum dan tenggelam dalam pikirannya sendiri selama beberapa saat."Saya juga berharap begitu. Terima kasih atas perhatiannya."

"Adeline, selama kau bekerja pada keluarga ini, apakah Leon pernah memiliki kekasih?" Liona penasaran akan hal ini.

"Tuan Leon pernah dekat dengan beberapa wanita. Tapi, saya tidak tahu persis bagaimana hubungan mereka. Saya pun tidak bisa mengambil kesimpulan  apakah mereka memang dekat sekadar berteman,"jelas Adeline,"tapi, saya hanya melihatnya benar-benar jatuh cinta pada Nyonya."

"Oh, begitu~" Meskipun saat ini ia adalah istrinya, tetap saja ada rasa cemburu mendengar kedekatan suaminya dengan wanita di masa lalu.

"Tapi, keseriusan pertamanya adalah saat menyukai Anda. Tuan langsung menikahi Anda."

"Itu membuatku terkejut." Liona tersenyum penuh arti,"tapi, akhirnya aku sangat bersyukur bisa memiliki suami dan keluarga seperti saat ini. Aku juga sangat bersyukur bisa bertemu denganmu, Adeline."

"Saya juga senang melayani Anda."

Liona menghela napas panjang."Kalau begitu, ayo kita berkeliling lagi. Setelah itu kita pergi ke gudang penyimpanan."

"Baik, Nyonya."

EROTIC NIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang